Senin, 16 November 2009

Diberkati Untuk Menjadi Berkat

ZAMAN ini tepat seperti yang digambarkan oleh Paulus dalam 2 Timotius 3:2: zaman uang. “Manusia akan menjadi hamba uang,” tegas Paulus. Ya, kecintaan akan uang memang telah menggilas habis nurani banyak orang. Dalam surat yang sebelumnya kepada Timotius, Paulus juga telah menyinggung hal ini. Dalam 1 Timotius 6:10, dia berkata: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Sebuah kenyataan yang menggelisahkan.

Idealisme nyaris tak tersisa, bahkan jika ada yang memilikinya sering kali dianggap bodoh, tidak realistis, melepas kesempatan emas, dan berbagai penilaian lainnya. Orang tak segan-segan menjual kebenaran demi uang. Hati nurani secara perlahan tapi pasti, teriris habis. Dengan mudah kita menemukan pertengkaran hingga permusuhan karena uang. Bahkan kasus pembunuhan bermotif uang semakin meninggi jumlahnya. Pertalian darah dengan mudah bisa “putus” karena harta warisan yang juga sama dengan uang. Wajah dunia makin hari makin menyedihkan, tak lagi mampu memancarkan kemurnian yang murni. Kehidupan terus berubah, penuh basa-basi, semakin kehilangan arti kasih yang sejati, karena semua bisa dibeli. Orang kini bisa membeli senyuman, bahkan “perkawinan” hingga “pernikahan”. Semboyan asal ada uang semua bisa datang, semakin mendapat pembenaran dalam kenyataan. Namun yang paling menyedihkan adalah runtuhnya tembok keimanan.

Iman, yang seharusnya membuat manusia beriman berdiri teguh di tengah badai godaan uang, ternyata, juga turut mengalami goncangan. Banyak orang “beriman” kini tak lagi menyukai iman. Iman dianggap menyingkirkan diri dari pergaulan zaman. Orang tak dihargai karena beriman, melainkan karena beruang, begitu sinis yang muncul. Di lingkungan rohani virus ini terus menyebar luas. Ironis. Kini ada guyonan pahit: Jika berbisnis bukalah gereja, dijamin tak rugi, bahkan terkesan suci. Mengapa? Karena ternyata banyak “petinggi gereja” yang memang berbisnis dalam membuka gereja. Jabatan “pendeta” menempel tanpa pernah jelas dari mana asalnya, dan bagaimana bisa meraihnya. Pemahaman theologi tak ada, berkhotbah tak pernah, yang ada hanya kata bagaikan mantera, “Roh Tuhan berbicara pada saya…” Visi diungkapkan seakan datang dari surga untuk digarap di Bumi. Namun jika dicermati, hati tersentak karena semua bermuara pada sang pendeta.

Yang lain mungkin sedikit lebih baik dalam kemampuan. Sekalipun tak memiliki pemahaman theologi, namun karena fasih lidah sang pendeta berkhotbah. Yang dikisahkan selalu yang meninabobokkan umat. Sukses yang semu dikumandangkan dalam apa yang disebut kesaksian, sementara kebenaran sebagai buah hidup orang percaya, nyata-nyata, tak tampak. Pendekatan emosi selalu menjadi pola karena sukses mendulang hasil. Lagi-lagi ungkapan rohani: “sentuhan Roh Kudus”, menjadi kata-kata sakti yang membutakan umat untuk tak lagi menguji segala sesuatu. Padahal Alkitab jelas berkata, “jangan padamkan Roh, namun ujilah segala sesuatu” (1Tes. 5:19, 21). Umat percaya habis, dan dana mengalir kencang. Tampaknya tak jelas berakhir di mana. Karena ada gedung gereja, aset gereja dan lainnya. Seakan pemakaian uang tampak nyata, namun ternyata, di balik semuanya tersisa masalah yang luar biasa. Aset atas nama pribadi pendeta, sering terungkap setelah pendeta tiada. Terjadilah tarik-menarik aset yang sungguh tak menarik sama sekali.

Yang sedikit lebih canggih, aset atas nama yayasan, atau bahkan gereja. Namun dalam akte notaris ternyata susunan pengurus didominasi oleh keluarga pendeta. Lagi-lagi untuk suara terbanyak, pengurus dan umat kecele. Tapi ada yang lebih halus lagi, seakan pengurus tidak didonimasi keluarga pendeta, namun ternyata bunyi klausul yang ada memberikan kekuasaan tak terbatas pada pendeta atau segelintir orang dekat pendeta, atas aset yang ada. Umat selalu berkata, itu urusan pendeta dengan Tuhan, dan tentu saja pendeta senang karena memang pemahaman itu yang ditabur untuk dituai. Umat telah digiring pada paham yang salah, sehingga tak lagi kritis, apalagi menguji sesuai kata Alkitab. Belum lagi ketakutan akan kutuk yang selalu ditebar, seperti “jangan mengganggu pendeta, karena dia adalah biji mata Tuhan”. Pengultusan dilakukan dalam waktu yang lama lewat indoktrinasi. Sayangnya, umat semakin teggelam dan gelap mata menghargai pendeta, sekalipun nyata-nyata salah. Apalagi jika lingkungan pelayanan diwarnai suasana dan ajaran yang mistis, dan lagi-lagi, obral kata-kata “kehendak Roh”.

Penguasaan pendeta atas umat, sudah tak bertepi. Nah, ketika pendeta kaya raya, maka alasannya sangat mudah: itulah bukti pendeta diberkati, pendeta beriman. Padahal kekayaan pendeta yang bertumpuk justru bukti ketidakpedulian pada yang susah. Banyak umat yang susah, apalagi dalam konteks Indonesia. Tidak salah pendeta memiliki mobil karena memang dia membutuhkannya. Namun jika mobil itu mewah dan jumlahnya yang berlebih, bukankah itu tak lazim? Pendeta harus memiliki rumah, karena dia dan keluarga memerlukannya. Tapi jika rumah itu mewah dan ukurannya wah, bagaimana mungkin dia bisa berkata, sangat peduli pada umat yang kebanyakan tak, atau, belum, memiliki rumah. Umat yang dimaksud tentulah orang percaya yang baik, di berbagai tempat secara merata. Terhadap berbagai hal ini, biasanya dengan mudah pula pendeta berkelit dan berucap, ini adalah pemberian umat juga. Mungkin dia benar. Hanya saja, mengapa umat memberi, itu tetap harus diuji. Jangan-jangan hasil indoktrinasi. Belum lagi, namanya “diberi”, apakah dia tak bisa menerima yang pas, sesuai kebutuhan, menolak yang berlebih, sehingga berkat bisa terdistribusi.

Dengan demikian juga menjadi pembelajaran bagi umat untuk saling menolong. Karena ada juga umat yang suka memberi pada pendeta ternyata pelit pada sesama. Mengapa? Anda pasti tahu alasannya. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan. Sudah waktunya kita mengembalikan semuanya pada kebenaran. Gereja bukan kerajaan, sehingga yang ada suksesi keturunan, kekeluargaan, padahal tidak ada panggilan yang jelas. Sangat menyenangkan jika anak pendeta menjadi pendeta karena panggilan, tapi jangan dengan motivasi melanggengkan kekayaan. Jangan lagi terucap kalimat “pendeta harus kaya sebagai bukti diberkati”, karena yang benar adalah pendeta yang diberkati akan menjadi berkat bagi banyak orang. Jangan lagi menumpuk kekayaan untuk diri, karena Alkitab telah mengatakan, “adalah terlebih berkat memberi daripada menerima”. Bukankah “Doa Bapa Kami” yang antara lain berkata “Berilah kami makanan kami yang secukupnya”, nadanya sangat indah? Atau mungkin kita telah lupa pada apa yang diajarkan Yesus?

Biarlah para pebisnis hidup sesuai dunia mereka (pakaian, mobil dan rumah mewah sebagai bukti prestasi) dan pendeta di panggilannya (kejujuran, kesetiaan, kesederhanaan). Berpunya tapi tak berlebih, karena memilih fungsi bukan prestise. Mari menjadi pendeta, yang adalah gembala, tapi bukan upahan tentunya. Berani menyatakan kebenaran dan menjadi model dalam kehidupan. Selamat menjadi pak pendeta yang kaya rasa, bukan kaya harta. Semoga umat jeli mengamati dan membantu pendeta agar berada di jalurnya.

Kamis, 05 November 2009

Sangat Jengkel .......

Pada umumnya sebagian besar dari isi doa adalah permohonan kepada Bapa Disorga. Permohonan itu biasanya dimulai dari yang paling mudah; agar dosa-dosa kita diampuni s/d permohonan agar yang sudah mau mati sekarat pun bisa disembuhkan kembali.
Maklum manusia mana sih yang tidak punya problem mulai dari Presiden sampai dengan wong gembel semuanya sama. Mungkin hanya mereka yang sudah tidak bisa berpikir dengan sehat lagi seperti wong pikun atau yang sudah berada dirumah sakit jiwa yang sudah tidak memiliki problem lagi.
Seperti layaknya semua orang yang mengajukan permohonan; pasti ia mengharapkan jawaban entah itu jawaban YES or NO. Hanya sayangnya jawaban itu kandang-kadang sering molor dan sangat laaaa..amban sekali, bahkan terkadang pun tidak ada jawaban sama sekali. Hal inilah yang membuat Mang Ucup jadi jengkel, karena tidak sabaran lagi menunggu.
Tetapi mari kita renungkan jawaban mana yang paling baik bagi kita, apabila Tuhan menjawab: ”Doa permohonan engkau akan dikabulkan” ataukah sudah cukup apabila Ia menjawab “Aku mengasihi engkau”!
Mang Ucup pribadi lebih sering mefokuskan akan permohonan doanya daripada Tuhan-Nya sendiri. Yang penting Doa saya dikabulkan sedangkan urusan Tuhan itu adalah urusan nomor berikutnya begitu juga halnya dengan Marta dan Maria yang memberitahu kepada Tuhan Yesus bahwa saudara lelakinya Lazarus sakit. Yesus menjawab: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian” (Yoh 11:4) Namun setelah itu bukannya Tuhan Yesus buruan mencari sang pasien yang membutuhkan uluran tangan-Nya, melainkan sengaja tinggal lebih lama dua hari lagi ditempat lain. (Yoh 11:6)
Cobalah Anda renungkan sendiri; pada saat dimana Anda memanggil Dr, karena ada anggota keluarga yang sakit keras, bukannya ia buruan datang, tetapi pergi jalan-jalan ke Bandung (tempat lain) dahulu. Bagaimana perasaan Anda? Akhirnya Lazarus mati sebelumnya Tuhan Yesus tiba ditempat. Hal inilah yang membuat Marta jadi jengkel : Tuhan sekiranya Engkau ada disini, saudaraku pasti tidak mati.(Yoh 11:32) Marta jadi jengkel, karena tidak sabaran, terlebih lagi, karena ia tidak percaya kepada janji-Nya. Mang Ucup sendiri sering mengalami hal yang sama seperti Marta, karena merasa permohonan doanya tidak digubris atau terlambat dijawabnya.
Apakah hanya manusia biasa seperti mang Ucup dan Anda saja yang bisa mempunyai perasaan jengkel ini? Tidak Tuhan Yesus pun pernah merasakan hal yang sama. Tuhan merasa jengkel, karena ketidak percayaan kita kepada-Nya. Jengkel, geram atau kesal. (Yoh 11:33; 11:38)Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Elohim” (Yoh 11:40)
Pada umumnya kita baru percaya apabila permohonan kita dikabulkan. Jadi percaya itu timbul pada umumnya, karena kita tahu, bukannya percaya dahulu baru kita tahu. Dengan ini Mang Ucup lampirkan resep agar jangan cepat jadi jengkel.
Apakah Anda tahu bahwa Doa itu sungguh dapat mengubah segala sesuatu? Tidak yakin? Bacalah sendiri jawabannya.
Apakah doa dapat mengubah suatu keadaan secara tiba-tiba ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah cara kita memandang situasi tersebut!
Apakah doa mengubah kondisi keuangan kita dimasa depan ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kepada siapa kita berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari!
Apakah doa mengubah hati yang hancur atau tubuh yang rusak ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah sumber kekuatan dan sumber penghiburan kita!
Apakah doa mengubah apa yang kita butuhkan dan inginkan ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kebutuhan dan keinginan kita menjadi yang sesuai dengan keinginan TUHAN!
Apakah doa mengubah cara kita melihat dunia ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah dengan mata siapa kita akan melihat dunia!
Apakah doa mengubah penyesalan kita akan masa lalu ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah harapan kita dimasa depan!
Apakah doa mengubah orang-orang disekitar kita ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kita karena masalah tidak selalu terletak dalam diri orang-orang disekitar kita!
Apakah doa sungguh mengubah segala sesuatu ?
YA, DOA SUNGGUH MENGUBAH SEGALA SESUATU !
Amin
By.
Mang Ucup

Jumat, 28 Agustus 2009

Obat Paling Mujarab Adalah ........

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, “Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!”Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.
Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, “Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya.”
“O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda.” jawab pria itu.
“Apa, maaf?” tanya wanita itu denga gusar.
“Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang.Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya,” jawab pria itu.
Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.“Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal..Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!
”Moral cerita:
Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.
Amsal 17 : 22
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Rabu, 05 Agustus 2009

Jangan Memaksakan Kehendak Kepada Tuhan

Hidup oleh Roh, Dipimpin oleh Roh, Gal.5:25
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurlintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit, matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju" , begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarla h gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua.
Amin

Rabu, 29 Juli 2009

WAKTU KITA BUKANLAH WAKTU TUHAN

Kisah 3 pohon

Memang benar kita semua punya mimpi-mimpi yang hancur dan Allah tetap berdiri di atas mimpi-mimpi kita yang hancur itu, karena Dia memiliki mimpi yang lebih baik, lebih tinggi, lebih agung bagi kita...

Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka. Pohon pertama berkata: "Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas, perak dan berbagai batu permata dan semua
orang akan mengagumi keindahannya" ..

Kemudian pohon kedua berkata: "Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku".

Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya: "Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku".

Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu...

Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan setiap hari diisi dengan jerami.

Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi... ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil. Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.

Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan teronggok dalam gelap. Tahun demi tahun berganti..., dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.

Kemudian suatu hari...
Sepasang suami istri tiba di kandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang dan menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa di dalamnya telah diletakkan harta terbesar sepanjang masa.
Bertahun-tahun kemudian...
Sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Di tengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai: "Diam!!!" Tenanglah". Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala raja.
Akhirnya...
Seseorang datang dan mengambil pohon ketiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat
dengan TUHAN, karena YESUSlah yang disalibkan padanya...

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar
kepada pengertianmu sendiri" (Ams. 3:5) "

KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN,
KETAHUILAH BAHWA TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU.
JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA
IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT BESAR.
KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN,
TETAPI TIDAK DENGAN CARA YANG SEPERTI MEREKA BAYANGKAN.
BEGITU JUGA DENGAN KITA, KITA TIDAK SELALU TAHU APA
RENCANA TUHAN BAGI KITA.
KITA HANYA TAHU BAHWA JALAN-NYA BUKANLAH JALAN KITA,
TETAPI JALAN-NYA ADALAH
YANG TERBAIK BAGI KITA, SELAMANYA...

Jumat, 19 Juni 2009

Mengapa kita tidak bisa menikmati sesuatu yang indah

Lukas 23 : 13 - 27

Dalam bagian Firman Tuhan ini saya coba angkat sebuah tema untuk bahan renungan kita dalam mengarungi kehidupan ini yaitu “Tuhan Dekat Dengan Kita, Namun Kita Tidak Dapat Menikmatinya/Merasakannya”.

Dari tema ini timbul pertanyaan dalam hati; “Mengapa Hal Demikian Bisa Terjadi ?”

1. Karna kita tidak Taat Luk. 24 : 13 yang berbunyi demikian ” Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem”.
Padahal ada larangan dari Tuhan agar mereka tetap tinggal di Yerusalem sampai digenapi firmanNya yaitu mencurahkan Roh Kudus, karena setelah Dia (Tuhan) mati, dan Bangkit akan naik ke Surga dan akan menurunkan Roh Kudus sebagai Penggantinya, namun kedua murid ini pergi ke Emaus yang cukup jauh dari Yerusalem dan hari-hari itulah yang disebut hari Penantian dan akhirnya menjadi hari Pentakosta (hari Roh Kudus). Jadi walaupun Yesus sudah begitu dekat dengan mereka berdua akan tetapi mereka tidak bisa merasakannya juga tidak mengetahuinya padahal mereka sudah begitu lama bersama dengan Dia dan baru tiga hari mereka berpisah dengan Tuhan langsung tidak bisa mengenal dan merasakan keberadaan Tuhan; Kis 1 : 4 - 5 “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang demikian kata-Nya "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”. Melihat dari bagian firman Tuhan ini jelas murid-muridnya sudah melanggar perintah Tuhan yang berarti “DOSA” dan itulah yang menutupi pandangan, perasaan mereka hingga mereka tidak mengetahui juga tidak merasakan keberadaan Tuhan dekat mereka.

2. Karena kita menyimpan Dendam dalam hati Luk 24 : 17 – 20 yang berbunyi demikian “Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi. Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya”.
Kalau kita menyingkapi ayat ini jelas kita lihat “Dengan Muka Muram” berarti masih ada rasa sedih dan kalau kita lanjutkan pada ayat (kalimat terakhir) terakhir dimana mereka dengan jelas ada perasaan jengkel dan sakit hati “Imam kepada dan pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk di hokum mati” yang berarti mereka masih menyimpan dendam padahal dalam “DOA” yang diajarkan oleh Yesus sendiri “Ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni orang bersalah kepada kami” yang berarti kita harus lebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain biar Tuhan berkenaan mengampuni segala salah dan dosa kita. Firman Tuhan juga menyarankan dan bahkan memerintahkan kita biar kiranya amarah harus hilang dari hati dan pikiran kita sebelum matahari terbenam Efesus 4 : 26 “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”. Padahal dalam ayat diatas sudah sampai 3 (tiga) hari amarah, dendam, sakit hati dari murid Tuhan Yesus ini masih membara yang berarti telah berbuat “DOSA” yang menjadikan penghalang pandangan dan perasaan mereka akan keberadaan Tuhan di dekat mereka.


3. Karena kita Kurang Percaya dan bahkan Tidak Percaya Luk 24 : 21, 25 – 27 yang berbunyi demikian “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi”.

Apapun yang kita lakukan atau yang kita kerjakan tidak akan berhasil atau menghasilkan suatu hasil yang memuaskan apabila kita melakukannya dengan setengah hati atu bisa dibilang kurang percaya. Bila kita bekerja dalam suatu perusahaan namun kita tidak percaya bahwa kita akan mendapatkan akan apa yang kita cari/butuhkan sebaiknya kita secepat mungkin keluar/pindah dari perusahaan tersebut karena pada akhirnya semua yang kita lakukan akan terasa sia-sia dan berakibat sakit hati.
Namun apabila kita bekerja dengan kepercayaan penuh bahwa segala apa yang kita butuhkan.harapkan bisa kita capai di tempat tersebut maka kita akan melakukan segala sesuatu itu dengan semangat dan menghasilkan ssesuatu hal yang Sangay menggembirakan kita, dan mungkin akan jauh dari apa yang kita bayangkan sebelumnya, karena kita melakukan segala sesuatu itu dengan sekuat tenaga dan tanpa ada sungut-sungut sehingga Tuhan juga ikut bekerja pada diri kita dan pada diri orang yang selalu memperhatikan kita.

Oleh karena itu bila mana kita ingin merasakan segala sesuatu itu “INDAH SELALU” baiknya kita ;
1. Taat untuk segala aturan yang berlaku
2. Jangan ada sakit hati dan atau dendam dalam diri kita
3. Melakukannya dengan penuh semangat dan kepercayaan tinggi.

Tuhan Memberkati kita semua

Selasa, 26 Mei 2009

Utamakan Kepentingan Orang Banyak

“Jika mau aman, maka lebih baik diam dan tidak perlu macam-macam”, kalimat ini sering muncul dari mereka yang ingin posisi dan jabatannya tetap aman dan nyaman. Betapa tidak jarang kita menemukan orang-orang yang sudah tahu apakah itu kebenaran dan keadilan, namun ia rela tutup sebelah mata terhadap ketidak-adilan. . Hal ini terjadi semata-mata hanya karena ia mau mencari aman. Apabila ia bersikap arogan dan menantang maka kemungkinan besar akan kehilangan teman dan sahabat, bahkan para pendukung dan posisinya bisa terancam.

Demi untuk kepentingan yang sama, maka tidak jarang yang bermusuhanpun dapat menjadi sahabat. “Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan” (Lukas 23 :12) Kondisi semacam ini yang sedang dihadapi oleh seorang tokoh Alkitab yang bernama Pilatus. Tatkala Yesus dibawa kehadapan persidangannya, sebenarnya ia tahu jelas siapa Yesus itu, Ia juga tahu kalau Yesus itu tidak bersalah. Coba lihat Lukas 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." Lukas 23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya”..

Memang pada awal nampaknya ada niat baik dari Pilatus berusaha membebaskan Yesus dengan dalih tradisi disetiap perayaan Paskah, ia boleh membebaskan seorang penjahat. Oleh sebab itu Pilatus menawarkan dua orang narapidana yang kontras, yakni seorang penjahat besar Barabas dan Yesus. Dalam pikiran Pilatus ada harapan besar jika masyarakat memilih Yesus ketimbang Barabas dengan mempertimbangkan kejahatan yang telah diperbuatnya. Lukas 23:20 “Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus”. Lukas 23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya. "

Namun kenyataan yang terjadi justru mereka memilih membebaskan Barabas sang perampok besar itu dan menyalibkan Yesus. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu fakta kebenaran yang dapat kita lihat adalah bahwa ada ketakutan dalam diri Pilatus terhadap suara mayoritas. Jabatannya dapat dicopot atau juga nyawanya terancam apabila ia membela minoritas. Pilatus sendiri yang mengatakan bahwa sebenarnya ia berhak membebaskan atau menghukum Yesus, namun tatkala ia berada pada kondisi ini justru ia menyerahkan kepada orang banyak untuk mengambil keputusan. Kisah 13:28 Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Kepentingan pribadi Pilatus makin terlihat tatkala ia melimpahkan tanggung jawabnya kepada ornag lain. Matius 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"

Sangat disayangkan, di mana-mana hingga hari ini sang minoritas selalu tidak terhitung dan diremehkan. Seorang pencuri ayam dapat divonis bertahun-tahun, sementara para koruptor tetap menghirup udara segar, bahkan boleh berpesta-pesta di hotel berbintang. Semua ini terjadi karena ada pihak-pihak tertertu sedang berusaha meraih kepentingan pribadi. Rupanya tradisi tidak pernah luntur, sebab yang berhubungan dengan kepentingan pribadi itu sering diutamakan manusia. Hingga hari ini, mulai dari golongan bawah hingga golongan atas bahkan para pejabat gereja tidak pernah terlepas dari yang disebut kepentingan pribadi. Tidak jarang kita menemukan rapat pengurus/majelis bahkan pendeta diakhiri dengan pertengkaran hanya karena kepentingan pribadi. Posisi pribadi lebih penting ketimbang memikirkan orang lain.

Memang benar ada orang yang mencoba berargumentasi dengan pemikiran bahwa, kepentingan sendiri saja belum terpenuhi jangan memikirkan kepentingan orang lain? Pemikiran seperti ini tidak salah seratus persen, tetapi penerapannya harus pada konteksnya. Misalnya jika saya belum makan, bagaimana mungkin memberi makan pada orang lain? Namun bukankah saya dapat memberi setengah dari makananku kepada ornag lain. Inilah konsep pengajaran Tuhan Yesus. Ia bahkan rela mengorbankan diriNya demi kepentingan umat manusia bukan setengah dari hidupNya yang Dia korbankan akan tetapi semua hidupNya Dia relakan hingga ke kayu salib untuk menyelamatkan kita umat ketebusanNya.

Kepentingan pribadi, produk lama yang tidak pernah usang. Tanpa disadari, kita juga sering terjebak di dalam kepentingan pribadi ini bukan? Tatkala anda menyetir mobil, sementara kemacetan terjadi. Kalau di Jakarta kita sudah biasa melihat pemandangan berduyun-duyun mobil menumpuk macet di persimpangan lampu merah. Semua orang harus duluan, akhirnya macet total. Bagaimana pula dengan orang-orang yang berdesakan di dalam bus? Relakah kita menyerahkan tempat duduk kita yang nyaman pada orang lain? Bagaimana pula dengan ketidak-adilan yang anda lihat dengan mata kepala sendiri di kantor? Bukanklah demi keamanan lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain? Bagaimana dengan penyaluran dana kepada mereka yang terkena bencana alam? Sering penyalurannya tidak lancar juga karena ada oknum yang sedang bermain-main dengan kepentingan pribadi?

Kondisi begini juga tidak jarang muncul di gereja. Demi kepentingan pribadi ada artis yang gara-gara pernikahannya rela meninggalkan Kristus, padahal konon cerita ia pernah melayani sebagai penginjil. Pernahkah anda mengecek bagaimana kehidupan dan karakter para majelis di dalam usaha dagang mereka? Kadang demi kepentingan pribadi para pejabat gereja tertentu, maka para koruptorpun dibiarkan mengerjakan pelayanan dengan posisi yang aman. Mereka ibarat Robinhood masa kini, merampok di sana , mengerjakan dan mendukung kegiatan rohani di sini. Jika kepentingan pribadi didahulukan, maka hal ini membahayakan; sebab bisa timbul oknum yang mau mencari kepentingan dan keuntungan untuk diri sendiri.

Mari kita syukuri, dalam rangka mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus ini kita diingatkan kembali betapa jahat dan bejat bila kepentingan pribadi selalu diutamakan. Apalagi karena demi kepentingan pribadi orang lain yang dikorbankan. Tuhan Yesuslah satu-satunya teladan yang rela mengorbankan kepentingan pribadiNya untuk kepentingan orang lain. Ia rela terpaku di atas kayu salib dan mati demi orang lain. Dan orang lain itu tidak lain dan tidak bukan, anda dan saya. Masihkah kita mempertahankan kepentingan pribadi itu?