Senin, 16 November 2009

Diberkati Untuk Menjadi Berkat

ZAMAN ini tepat seperti yang digambarkan oleh Paulus dalam 2 Timotius 3:2: zaman uang. “Manusia akan menjadi hamba uang,” tegas Paulus. Ya, kecintaan akan uang memang telah menggilas habis nurani banyak orang. Dalam surat yang sebelumnya kepada Timotius, Paulus juga telah menyinggung hal ini. Dalam 1 Timotius 6:10, dia berkata: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Sebuah kenyataan yang menggelisahkan.

Idealisme nyaris tak tersisa, bahkan jika ada yang memilikinya sering kali dianggap bodoh, tidak realistis, melepas kesempatan emas, dan berbagai penilaian lainnya. Orang tak segan-segan menjual kebenaran demi uang. Hati nurani secara perlahan tapi pasti, teriris habis. Dengan mudah kita menemukan pertengkaran hingga permusuhan karena uang. Bahkan kasus pembunuhan bermotif uang semakin meninggi jumlahnya. Pertalian darah dengan mudah bisa “putus” karena harta warisan yang juga sama dengan uang. Wajah dunia makin hari makin menyedihkan, tak lagi mampu memancarkan kemurnian yang murni. Kehidupan terus berubah, penuh basa-basi, semakin kehilangan arti kasih yang sejati, karena semua bisa dibeli. Orang kini bisa membeli senyuman, bahkan “perkawinan” hingga “pernikahan”. Semboyan asal ada uang semua bisa datang, semakin mendapat pembenaran dalam kenyataan. Namun yang paling menyedihkan adalah runtuhnya tembok keimanan.

Iman, yang seharusnya membuat manusia beriman berdiri teguh di tengah badai godaan uang, ternyata, juga turut mengalami goncangan. Banyak orang “beriman” kini tak lagi menyukai iman. Iman dianggap menyingkirkan diri dari pergaulan zaman. Orang tak dihargai karena beriman, melainkan karena beruang, begitu sinis yang muncul. Di lingkungan rohani virus ini terus menyebar luas. Ironis. Kini ada guyonan pahit: Jika berbisnis bukalah gereja, dijamin tak rugi, bahkan terkesan suci. Mengapa? Karena ternyata banyak “petinggi gereja” yang memang berbisnis dalam membuka gereja. Jabatan “pendeta” menempel tanpa pernah jelas dari mana asalnya, dan bagaimana bisa meraihnya. Pemahaman theologi tak ada, berkhotbah tak pernah, yang ada hanya kata bagaikan mantera, “Roh Tuhan berbicara pada saya…” Visi diungkapkan seakan datang dari surga untuk digarap di Bumi. Namun jika dicermati, hati tersentak karena semua bermuara pada sang pendeta.

Yang lain mungkin sedikit lebih baik dalam kemampuan. Sekalipun tak memiliki pemahaman theologi, namun karena fasih lidah sang pendeta berkhotbah. Yang dikisahkan selalu yang meninabobokkan umat. Sukses yang semu dikumandangkan dalam apa yang disebut kesaksian, sementara kebenaran sebagai buah hidup orang percaya, nyata-nyata, tak tampak. Pendekatan emosi selalu menjadi pola karena sukses mendulang hasil. Lagi-lagi ungkapan rohani: “sentuhan Roh Kudus”, menjadi kata-kata sakti yang membutakan umat untuk tak lagi menguji segala sesuatu. Padahal Alkitab jelas berkata, “jangan padamkan Roh, namun ujilah segala sesuatu” (1Tes. 5:19, 21). Umat percaya habis, dan dana mengalir kencang. Tampaknya tak jelas berakhir di mana. Karena ada gedung gereja, aset gereja dan lainnya. Seakan pemakaian uang tampak nyata, namun ternyata, di balik semuanya tersisa masalah yang luar biasa. Aset atas nama pribadi pendeta, sering terungkap setelah pendeta tiada. Terjadilah tarik-menarik aset yang sungguh tak menarik sama sekali.

Yang sedikit lebih canggih, aset atas nama yayasan, atau bahkan gereja. Namun dalam akte notaris ternyata susunan pengurus didominasi oleh keluarga pendeta. Lagi-lagi untuk suara terbanyak, pengurus dan umat kecele. Tapi ada yang lebih halus lagi, seakan pengurus tidak didonimasi keluarga pendeta, namun ternyata bunyi klausul yang ada memberikan kekuasaan tak terbatas pada pendeta atau segelintir orang dekat pendeta, atas aset yang ada. Umat selalu berkata, itu urusan pendeta dengan Tuhan, dan tentu saja pendeta senang karena memang pemahaman itu yang ditabur untuk dituai. Umat telah digiring pada paham yang salah, sehingga tak lagi kritis, apalagi menguji sesuai kata Alkitab. Belum lagi ketakutan akan kutuk yang selalu ditebar, seperti “jangan mengganggu pendeta, karena dia adalah biji mata Tuhan”. Pengultusan dilakukan dalam waktu yang lama lewat indoktrinasi. Sayangnya, umat semakin teggelam dan gelap mata menghargai pendeta, sekalipun nyata-nyata salah. Apalagi jika lingkungan pelayanan diwarnai suasana dan ajaran yang mistis, dan lagi-lagi, obral kata-kata “kehendak Roh”.

Penguasaan pendeta atas umat, sudah tak bertepi. Nah, ketika pendeta kaya raya, maka alasannya sangat mudah: itulah bukti pendeta diberkati, pendeta beriman. Padahal kekayaan pendeta yang bertumpuk justru bukti ketidakpedulian pada yang susah. Banyak umat yang susah, apalagi dalam konteks Indonesia. Tidak salah pendeta memiliki mobil karena memang dia membutuhkannya. Namun jika mobil itu mewah dan jumlahnya yang berlebih, bukankah itu tak lazim? Pendeta harus memiliki rumah, karena dia dan keluarga memerlukannya. Tapi jika rumah itu mewah dan ukurannya wah, bagaimana mungkin dia bisa berkata, sangat peduli pada umat yang kebanyakan tak, atau, belum, memiliki rumah. Umat yang dimaksud tentulah orang percaya yang baik, di berbagai tempat secara merata. Terhadap berbagai hal ini, biasanya dengan mudah pula pendeta berkelit dan berucap, ini adalah pemberian umat juga. Mungkin dia benar. Hanya saja, mengapa umat memberi, itu tetap harus diuji. Jangan-jangan hasil indoktrinasi. Belum lagi, namanya “diberi”, apakah dia tak bisa menerima yang pas, sesuai kebutuhan, menolak yang berlebih, sehingga berkat bisa terdistribusi.

Dengan demikian juga menjadi pembelajaran bagi umat untuk saling menolong. Karena ada juga umat yang suka memberi pada pendeta ternyata pelit pada sesama. Mengapa? Anda pasti tahu alasannya. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan. Sudah waktunya kita mengembalikan semuanya pada kebenaran. Gereja bukan kerajaan, sehingga yang ada suksesi keturunan, kekeluargaan, padahal tidak ada panggilan yang jelas. Sangat menyenangkan jika anak pendeta menjadi pendeta karena panggilan, tapi jangan dengan motivasi melanggengkan kekayaan. Jangan lagi terucap kalimat “pendeta harus kaya sebagai bukti diberkati”, karena yang benar adalah pendeta yang diberkati akan menjadi berkat bagi banyak orang. Jangan lagi menumpuk kekayaan untuk diri, karena Alkitab telah mengatakan, “adalah terlebih berkat memberi daripada menerima”. Bukankah “Doa Bapa Kami” yang antara lain berkata “Berilah kami makanan kami yang secukupnya”, nadanya sangat indah? Atau mungkin kita telah lupa pada apa yang diajarkan Yesus?

Biarlah para pebisnis hidup sesuai dunia mereka (pakaian, mobil dan rumah mewah sebagai bukti prestasi) dan pendeta di panggilannya (kejujuran, kesetiaan, kesederhanaan). Berpunya tapi tak berlebih, karena memilih fungsi bukan prestise. Mari menjadi pendeta, yang adalah gembala, tapi bukan upahan tentunya. Berani menyatakan kebenaran dan menjadi model dalam kehidupan. Selamat menjadi pak pendeta yang kaya rasa, bukan kaya harta. Semoga umat jeli mengamati dan membantu pendeta agar berada di jalurnya.

Kamis, 05 November 2009

Sangat Jengkel .......

Pada umumnya sebagian besar dari isi doa adalah permohonan kepada Bapa Disorga. Permohonan itu biasanya dimulai dari yang paling mudah; agar dosa-dosa kita diampuni s/d permohonan agar yang sudah mau mati sekarat pun bisa disembuhkan kembali.
Maklum manusia mana sih yang tidak punya problem mulai dari Presiden sampai dengan wong gembel semuanya sama. Mungkin hanya mereka yang sudah tidak bisa berpikir dengan sehat lagi seperti wong pikun atau yang sudah berada dirumah sakit jiwa yang sudah tidak memiliki problem lagi.
Seperti layaknya semua orang yang mengajukan permohonan; pasti ia mengharapkan jawaban entah itu jawaban YES or NO. Hanya sayangnya jawaban itu kandang-kadang sering molor dan sangat laaaa..amban sekali, bahkan terkadang pun tidak ada jawaban sama sekali. Hal inilah yang membuat Mang Ucup jadi jengkel, karena tidak sabaran lagi menunggu.
Tetapi mari kita renungkan jawaban mana yang paling baik bagi kita, apabila Tuhan menjawab: ”Doa permohonan engkau akan dikabulkan” ataukah sudah cukup apabila Ia menjawab “Aku mengasihi engkau”!
Mang Ucup pribadi lebih sering mefokuskan akan permohonan doanya daripada Tuhan-Nya sendiri. Yang penting Doa saya dikabulkan sedangkan urusan Tuhan itu adalah urusan nomor berikutnya begitu juga halnya dengan Marta dan Maria yang memberitahu kepada Tuhan Yesus bahwa saudara lelakinya Lazarus sakit. Yesus menjawab: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian” (Yoh 11:4) Namun setelah itu bukannya Tuhan Yesus buruan mencari sang pasien yang membutuhkan uluran tangan-Nya, melainkan sengaja tinggal lebih lama dua hari lagi ditempat lain. (Yoh 11:6)
Cobalah Anda renungkan sendiri; pada saat dimana Anda memanggil Dr, karena ada anggota keluarga yang sakit keras, bukannya ia buruan datang, tetapi pergi jalan-jalan ke Bandung (tempat lain) dahulu. Bagaimana perasaan Anda? Akhirnya Lazarus mati sebelumnya Tuhan Yesus tiba ditempat. Hal inilah yang membuat Marta jadi jengkel : Tuhan sekiranya Engkau ada disini, saudaraku pasti tidak mati.(Yoh 11:32) Marta jadi jengkel, karena tidak sabaran, terlebih lagi, karena ia tidak percaya kepada janji-Nya. Mang Ucup sendiri sering mengalami hal yang sama seperti Marta, karena merasa permohonan doanya tidak digubris atau terlambat dijawabnya.
Apakah hanya manusia biasa seperti mang Ucup dan Anda saja yang bisa mempunyai perasaan jengkel ini? Tidak Tuhan Yesus pun pernah merasakan hal yang sama. Tuhan merasa jengkel, karena ketidak percayaan kita kepada-Nya. Jengkel, geram atau kesal. (Yoh 11:33; 11:38)Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Elohim” (Yoh 11:40)
Pada umumnya kita baru percaya apabila permohonan kita dikabulkan. Jadi percaya itu timbul pada umumnya, karena kita tahu, bukannya percaya dahulu baru kita tahu. Dengan ini Mang Ucup lampirkan resep agar jangan cepat jadi jengkel.
Apakah Anda tahu bahwa Doa itu sungguh dapat mengubah segala sesuatu? Tidak yakin? Bacalah sendiri jawabannya.
Apakah doa dapat mengubah suatu keadaan secara tiba-tiba ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah cara kita memandang situasi tersebut!
Apakah doa mengubah kondisi keuangan kita dimasa depan ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kepada siapa kita berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari!
Apakah doa mengubah hati yang hancur atau tubuh yang rusak ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah sumber kekuatan dan sumber penghiburan kita!
Apakah doa mengubah apa yang kita butuhkan dan inginkan ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kebutuhan dan keinginan kita menjadi yang sesuai dengan keinginan TUHAN!
Apakah doa mengubah cara kita melihat dunia ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah dengan mata siapa kita akan melihat dunia!
Apakah doa mengubah penyesalan kita akan masa lalu ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah harapan kita dimasa depan!
Apakah doa mengubah orang-orang disekitar kita ? Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kita karena masalah tidak selalu terletak dalam diri orang-orang disekitar kita!
Apakah doa sungguh mengubah segala sesuatu ?
YA, DOA SUNGGUH MENGUBAH SEGALA SESUATU !
Amin
By.
Mang Ucup

Jumat, 28 Agustus 2009

Obat Paling Mujarab Adalah ........

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, “Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!”Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.
Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, “Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya.”
“O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda.” jawab pria itu.
“Apa, maaf?” tanya wanita itu denga gusar.
“Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang.Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya,” jawab pria itu.
Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.“Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal..Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!
”Moral cerita:
Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.
Amsal 17 : 22
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Rabu, 05 Agustus 2009

Jangan Memaksakan Kehendak Kepada Tuhan

Hidup oleh Roh, Dipimpin oleh Roh, Gal.5:25
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurlintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit, matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju" , begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarla h gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua.
Amin

Rabu, 29 Juli 2009

WAKTU KITA BUKANLAH WAKTU TUHAN

Kisah 3 pohon

Memang benar kita semua punya mimpi-mimpi yang hancur dan Allah tetap berdiri di atas mimpi-mimpi kita yang hancur itu, karena Dia memiliki mimpi yang lebih baik, lebih tinggi, lebih agung bagi kita...

Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka. Pohon pertama berkata: "Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas, perak dan berbagai batu permata dan semua
orang akan mengagumi keindahannya" ..

Kemudian pohon kedua berkata: "Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku".

Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya: "Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku".

Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu...

Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan setiap hari diisi dengan jerami.

Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi... ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil. Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.

Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan teronggok dalam gelap. Tahun demi tahun berganti..., dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.

Kemudian suatu hari...
Sepasang suami istri tiba di kandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang dan menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa di dalamnya telah diletakkan harta terbesar sepanjang masa.
Bertahun-tahun kemudian...
Sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Di tengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai: "Diam!!!" Tenanglah". Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala raja.
Akhirnya...
Seseorang datang dan mengambil pohon ketiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat
dengan TUHAN, karena YESUSlah yang disalibkan padanya...

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar
kepada pengertianmu sendiri" (Ams. 3:5) "

KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN,
KETAHUILAH BAHWA TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU.
JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA
IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT BESAR.
KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN,
TETAPI TIDAK DENGAN CARA YANG SEPERTI MEREKA BAYANGKAN.
BEGITU JUGA DENGAN KITA, KITA TIDAK SELALU TAHU APA
RENCANA TUHAN BAGI KITA.
KITA HANYA TAHU BAHWA JALAN-NYA BUKANLAH JALAN KITA,
TETAPI JALAN-NYA ADALAH
YANG TERBAIK BAGI KITA, SELAMANYA...

Jumat, 19 Juni 2009

Mengapa kita tidak bisa menikmati sesuatu yang indah

Lukas 23 : 13 - 27

Dalam bagian Firman Tuhan ini saya coba angkat sebuah tema untuk bahan renungan kita dalam mengarungi kehidupan ini yaitu “Tuhan Dekat Dengan Kita, Namun Kita Tidak Dapat Menikmatinya/Merasakannya”.

Dari tema ini timbul pertanyaan dalam hati; “Mengapa Hal Demikian Bisa Terjadi ?”

1. Karna kita tidak Taat Luk. 24 : 13 yang berbunyi demikian ” Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem”.
Padahal ada larangan dari Tuhan agar mereka tetap tinggal di Yerusalem sampai digenapi firmanNya yaitu mencurahkan Roh Kudus, karena setelah Dia (Tuhan) mati, dan Bangkit akan naik ke Surga dan akan menurunkan Roh Kudus sebagai Penggantinya, namun kedua murid ini pergi ke Emaus yang cukup jauh dari Yerusalem dan hari-hari itulah yang disebut hari Penantian dan akhirnya menjadi hari Pentakosta (hari Roh Kudus). Jadi walaupun Yesus sudah begitu dekat dengan mereka berdua akan tetapi mereka tidak bisa merasakannya juga tidak mengetahuinya padahal mereka sudah begitu lama bersama dengan Dia dan baru tiga hari mereka berpisah dengan Tuhan langsung tidak bisa mengenal dan merasakan keberadaan Tuhan; Kis 1 : 4 - 5 “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang demikian kata-Nya "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”. Melihat dari bagian firman Tuhan ini jelas murid-muridnya sudah melanggar perintah Tuhan yang berarti “DOSA” dan itulah yang menutupi pandangan, perasaan mereka hingga mereka tidak mengetahui juga tidak merasakan keberadaan Tuhan dekat mereka.

2. Karena kita menyimpan Dendam dalam hati Luk 24 : 17 – 20 yang berbunyi demikian “Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi. Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya”.
Kalau kita menyingkapi ayat ini jelas kita lihat “Dengan Muka Muram” berarti masih ada rasa sedih dan kalau kita lanjutkan pada ayat (kalimat terakhir) terakhir dimana mereka dengan jelas ada perasaan jengkel dan sakit hati “Imam kepada dan pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk di hokum mati” yang berarti mereka masih menyimpan dendam padahal dalam “DOA” yang diajarkan oleh Yesus sendiri “Ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni orang bersalah kepada kami” yang berarti kita harus lebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain biar Tuhan berkenaan mengampuni segala salah dan dosa kita. Firman Tuhan juga menyarankan dan bahkan memerintahkan kita biar kiranya amarah harus hilang dari hati dan pikiran kita sebelum matahari terbenam Efesus 4 : 26 “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”. Padahal dalam ayat diatas sudah sampai 3 (tiga) hari amarah, dendam, sakit hati dari murid Tuhan Yesus ini masih membara yang berarti telah berbuat “DOSA” yang menjadikan penghalang pandangan dan perasaan mereka akan keberadaan Tuhan di dekat mereka.


3. Karena kita Kurang Percaya dan bahkan Tidak Percaya Luk 24 : 21, 25 – 27 yang berbunyi demikian “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi”.

Apapun yang kita lakukan atau yang kita kerjakan tidak akan berhasil atau menghasilkan suatu hasil yang memuaskan apabila kita melakukannya dengan setengah hati atu bisa dibilang kurang percaya. Bila kita bekerja dalam suatu perusahaan namun kita tidak percaya bahwa kita akan mendapatkan akan apa yang kita cari/butuhkan sebaiknya kita secepat mungkin keluar/pindah dari perusahaan tersebut karena pada akhirnya semua yang kita lakukan akan terasa sia-sia dan berakibat sakit hati.
Namun apabila kita bekerja dengan kepercayaan penuh bahwa segala apa yang kita butuhkan.harapkan bisa kita capai di tempat tersebut maka kita akan melakukan segala sesuatu itu dengan semangat dan menghasilkan ssesuatu hal yang Sangay menggembirakan kita, dan mungkin akan jauh dari apa yang kita bayangkan sebelumnya, karena kita melakukan segala sesuatu itu dengan sekuat tenaga dan tanpa ada sungut-sungut sehingga Tuhan juga ikut bekerja pada diri kita dan pada diri orang yang selalu memperhatikan kita.

Oleh karena itu bila mana kita ingin merasakan segala sesuatu itu “INDAH SELALU” baiknya kita ;
1. Taat untuk segala aturan yang berlaku
2. Jangan ada sakit hati dan atau dendam dalam diri kita
3. Melakukannya dengan penuh semangat dan kepercayaan tinggi.

Tuhan Memberkati kita semua

Selasa, 26 Mei 2009

Utamakan Kepentingan Orang Banyak

“Jika mau aman, maka lebih baik diam dan tidak perlu macam-macam”, kalimat ini sering muncul dari mereka yang ingin posisi dan jabatannya tetap aman dan nyaman. Betapa tidak jarang kita menemukan orang-orang yang sudah tahu apakah itu kebenaran dan keadilan, namun ia rela tutup sebelah mata terhadap ketidak-adilan. . Hal ini terjadi semata-mata hanya karena ia mau mencari aman. Apabila ia bersikap arogan dan menantang maka kemungkinan besar akan kehilangan teman dan sahabat, bahkan para pendukung dan posisinya bisa terancam.

Demi untuk kepentingan yang sama, maka tidak jarang yang bermusuhanpun dapat menjadi sahabat. “Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan” (Lukas 23 :12) Kondisi semacam ini yang sedang dihadapi oleh seorang tokoh Alkitab yang bernama Pilatus. Tatkala Yesus dibawa kehadapan persidangannya, sebenarnya ia tahu jelas siapa Yesus itu, Ia juga tahu kalau Yesus itu tidak bersalah. Coba lihat Lukas 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." Lukas 23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya”..

Memang pada awal nampaknya ada niat baik dari Pilatus berusaha membebaskan Yesus dengan dalih tradisi disetiap perayaan Paskah, ia boleh membebaskan seorang penjahat. Oleh sebab itu Pilatus menawarkan dua orang narapidana yang kontras, yakni seorang penjahat besar Barabas dan Yesus. Dalam pikiran Pilatus ada harapan besar jika masyarakat memilih Yesus ketimbang Barabas dengan mempertimbangkan kejahatan yang telah diperbuatnya. Lukas 23:20 “Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus”. Lukas 23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya. "

Namun kenyataan yang terjadi justru mereka memilih membebaskan Barabas sang perampok besar itu dan menyalibkan Yesus. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu fakta kebenaran yang dapat kita lihat adalah bahwa ada ketakutan dalam diri Pilatus terhadap suara mayoritas. Jabatannya dapat dicopot atau juga nyawanya terancam apabila ia membela minoritas. Pilatus sendiri yang mengatakan bahwa sebenarnya ia berhak membebaskan atau menghukum Yesus, namun tatkala ia berada pada kondisi ini justru ia menyerahkan kepada orang banyak untuk mengambil keputusan. Kisah 13:28 Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Kepentingan pribadi Pilatus makin terlihat tatkala ia melimpahkan tanggung jawabnya kepada ornag lain. Matius 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"

Sangat disayangkan, di mana-mana hingga hari ini sang minoritas selalu tidak terhitung dan diremehkan. Seorang pencuri ayam dapat divonis bertahun-tahun, sementara para koruptor tetap menghirup udara segar, bahkan boleh berpesta-pesta di hotel berbintang. Semua ini terjadi karena ada pihak-pihak tertertu sedang berusaha meraih kepentingan pribadi. Rupanya tradisi tidak pernah luntur, sebab yang berhubungan dengan kepentingan pribadi itu sering diutamakan manusia. Hingga hari ini, mulai dari golongan bawah hingga golongan atas bahkan para pejabat gereja tidak pernah terlepas dari yang disebut kepentingan pribadi. Tidak jarang kita menemukan rapat pengurus/majelis bahkan pendeta diakhiri dengan pertengkaran hanya karena kepentingan pribadi. Posisi pribadi lebih penting ketimbang memikirkan orang lain.

Memang benar ada orang yang mencoba berargumentasi dengan pemikiran bahwa, kepentingan sendiri saja belum terpenuhi jangan memikirkan kepentingan orang lain? Pemikiran seperti ini tidak salah seratus persen, tetapi penerapannya harus pada konteksnya. Misalnya jika saya belum makan, bagaimana mungkin memberi makan pada orang lain? Namun bukankah saya dapat memberi setengah dari makananku kepada ornag lain. Inilah konsep pengajaran Tuhan Yesus. Ia bahkan rela mengorbankan diriNya demi kepentingan umat manusia bukan setengah dari hidupNya yang Dia korbankan akan tetapi semua hidupNya Dia relakan hingga ke kayu salib untuk menyelamatkan kita umat ketebusanNya.

Kepentingan pribadi, produk lama yang tidak pernah usang. Tanpa disadari, kita juga sering terjebak di dalam kepentingan pribadi ini bukan? Tatkala anda menyetir mobil, sementara kemacetan terjadi. Kalau di Jakarta kita sudah biasa melihat pemandangan berduyun-duyun mobil menumpuk macet di persimpangan lampu merah. Semua orang harus duluan, akhirnya macet total. Bagaimana pula dengan orang-orang yang berdesakan di dalam bus? Relakah kita menyerahkan tempat duduk kita yang nyaman pada orang lain? Bagaimana pula dengan ketidak-adilan yang anda lihat dengan mata kepala sendiri di kantor? Bukanklah demi keamanan lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain? Bagaimana dengan penyaluran dana kepada mereka yang terkena bencana alam? Sering penyalurannya tidak lancar juga karena ada oknum yang sedang bermain-main dengan kepentingan pribadi?

Kondisi begini juga tidak jarang muncul di gereja. Demi kepentingan pribadi ada artis yang gara-gara pernikahannya rela meninggalkan Kristus, padahal konon cerita ia pernah melayani sebagai penginjil. Pernahkah anda mengecek bagaimana kehidupan dan karakter para majelis di dalam usaha dagang mereka? Kadang demi kepentingan pribadi para pejabat gereja tertentu, maka para koruptorpun dibiarkan mengerjakan pelayanan dengan posisi yang aman. Mereka ibarat Robinhood masa kini, merampok di sana , mengerjakan dan mendukung kegiatan rohani di sini. Jika kepentingan pribadi didahulukan, maka hal ini membahayakan; sebab bisa timbul oknum yang mau mencari kepentingan dan keuntungan untuk diri sendiri.

Mari kita syukuri, dalam rangka mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus ini kita diingatkan kembali betapa jahat dan bejat bila kepentingan pribadi selalu diutamakan. Apalagi karena demi kepentingan pribadi orang lain yang dikorbankan. Tuhan Yesuslah satu-satunya teladan yang rela mengorbankan kepentingan pribadiNya untuk kepentingan orang lain. Ia rela terpaku di atas kayu salib dan mati demi orang lain. Dan orang lain itu tidak lain dan tidak bukan, anda dan saya. Masihkah kita mempertahankan kepentingan pribadi itu?

Kamis, 21 Mei 2009

Haus Akan Mujizat ..... Lanjutan

Apakah kalau Pendeta/Pastor tidak mampu melakukan Mukjizat berarti mereka itu hamba yang dunguk bin goblok dan tidak terurapi ? Tidak. Apabila kita belum mampu untuk melakukan mukjizat, bukan berarti bahwa kita tidak sanggup melakukan amanat agung, mewartakan kabar gembira, memberitakan injil. Saya yakin dari segi kaliber maupun kelas, jarang ada Pendeta/Pastor yang mampu menandingi Yohanes Pembaptis.

Selama masa hidupnya hingga meninggal Yohanes tidak pernah satu kalipun melakukan mukjizat. (Yohanes 10:41) Dari segi penampilan maupun pakaiannya pun kalah jauh dari para selebritis yang selalu tampil dengan setelan jas putih walaupun sama buatan BOS. Tetapi pakaian Yohanes hanya dari Bulu Onta Saja.

Untuk memberitakan injil kita tidak dituntut untuk mampu membuat KKR, mampu menghidupkan orang mati, mampu menyembuhkan orang sakit, mampu melakukan berbagai mukjizat dan sebagainya, tapi cukup lewat kesaksian kecil mewartakan Tuhan Yesus.

Namun dengan ini saya ingatkan kepada kita Amat KetebusanNya agar tidak tersesat dengan segala mujizat-mujizat yang terjadi saat ini, karena hal ini juga sudah dituliskan dalam firman Tuhan di Matius 24 : 24 “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”. Jadi tidak semua mujizat yang terjadi benar-benar berasal dari Tuhan …. Untuk hal ini kita harus benar-benar hati-hati.

Memperkenalkan siapa Tuhan Yesus kepada saudara-saudara kita bisa dengan cara memberitahuan kepada mereka tentang; "apa yang kita alami ketika kita berjalan bersama dengan Yesus". Ini semuanya bisa kita angkat dalam serangkaian kata maupun tulisan sebagai kesaksian kita. Belajarlah dari Yohanes untuk mewartakan apa yang ia lihat, ia alami dan ia saksikan, sehingga kita pun mulai dari sekarang bisa menjadi murid Yesus sesungguhnya, walaupun tanpa harus dibumbui dengan adanya kemampuan mukjizat sekalipun.

1 Korintus 1:22-23
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda (mukjizat) dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan.

Rabu, 20 Mei 2009

Haus Akan Mujizat ..... Kudu Hati-Hati

Banyak Pendeta/Pastor sekarang ini jadi merasa minder berat, bahkan merasa tidak Pe-De. Masalahnya mereka tidak mampu melakukan mukzijat seperti David Copperfield. Pada kehidupan modern yang serba canggih sekarang ini, Hamba Tuhan hanya baru dapat diakui dan dihargai oleh umat, apabila ia mampu menciptakan mukzijat. Tanpa adanya kemampuan ini, mereka akan dinilai sebagai Pendeta/Pastor Kelas Dua baca Dunguk! Lihat saja hampir tidak ada Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) tanpa adanya Show Mukjizat. Masa Pendeta/Pastor kalah sama dukun cilik Ponari, malu donk kawan!

Tidak bisa dipungkiri pula, bahwa kebanyakan Pendeta/Pastor dari segi kesaktian masih kalah jauh, karena mereka tidak mampu melakukan mukjizat. Beda dengan para hamba Tuhan yg setiap saat bisa melakukan mukjizat dengan motto: Kapan saja, dimana saja, Yes We Can!

Saya yakin banyak Hamba Tuhan dari segi jumlah Quantity mukjizat yang telah dilakukan oleh mereka; ada jauh lebih banyak daripada apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Mereka bukan hanya sekedar mampu menyembuhkan orang buta maupun lumpuh, tetapi juga membangkitkan orang mati. Apakah tidak hebat ?

Maka dari itu daripada mahal-mahal mengundang David Copperfield, lebih baik mengundang Hamba Tuhan yang mampu melakukan mukjizat. Bisa dipastikan, bahwa semakin hebat pertunjukan show mukjizatnya, semakin besar pula uang kolekte yang akan masuk. Maklum kebanyakan gereja sekarang ini telah beralih fungsi menjadi showbiz.

Gereja tanpa adanya pertunjukan/hiburan akan terasa hambar dan membosankan, seperti halnya kebanyakan gereja Protestan/Katolik yang miskin akan mukjizat maupun hiburan. Sudah mulai banyak dari mereka menilai jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak hadir dalam kebaktian itu alias tidak berada ditempat, sedang cuek, sedang istirahat atau sedang cuti weekend.

Kekecewaan umat yang tidak dapat melihat Show Mukjizat telah dirasakan sendiri oleh Tuhan Yesus, pada saat Ia pulang mudik ke kampungnya di Nazareth. Disitu Ia sudah berkhotbah dengan kata-kata yang indah, sehingga para pendengarnya terpukau, tetapi ternyata ini tidak cukup. No Wonder - No Fun, maka dari itu Ia diusir bahkan sampai mau dilempar dari tebing. (Lukas 4:29 “Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu”). Kalau kita jujur umat sekarang ini juga tidak beda jauh dengan para penduduk di Nazareth.

Betapa kecilnya iman kita apabila kita hanya bisa percaya dan menerima Tuhan lewat mukjizat semata? Apakah disetiap kebaktian harus menjadi ibadah penyembuhan? Tidak! Baca tuh Alkitab disitu tercantum dengan jelas "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga AKU MEMBERITAKAN INJIL, karena UNTUK ITULAH AKU TELAH DATANG" (Mark.1:38) dan apakah kita harus menjadi sama dengan Thomas seperti yang terdapat pada Yoh. 20 : 25 “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percata”. Janganlah kiranya kita harus mendapatkan jawaban serupa dari Yesus seperti jawaban yang diterima oleh Thomas seperti yang terdapat dalam Yoh. 20 : 29A “Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya". Namun kiranya kita bisa dan mau percaya dengan mendengar dan atau membaca firman Tuhan seperti kata Tuhan Yesus dalam frimanNya pada Yoh 20 : 29B “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
======Tuhan Yesus Memberkati ========

Selasa, 19 Mei 2009

Kasihilah seorang akan yang lain


Kasih adalah sesuatu yang mempunyai nilai paling tinggi dalam segala hal karena kasih bisa ada kalau ada Roh Tuhan dalam hidupnya seperti tertulis dalam Gal. 5: 22 – 23 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”, hal ini juga bisa saya katakan karena dalam berbagai masalah semuanya tidak akan terasa apabila orang-orang disekeliling kita penuh dengan kasih dan mengasihi kita. Dan kalau benar-benar kasih ini bekerja dengan tulus dalam hati kita masing-masing tidaklah menuntut imbal balik. Akan tetapi jauh lebih tinggi lagi kalau kasih yang kita berikan itu dibalaskan lagi dengan kasih dan hal ini juga yang diinginkan dalam ayat Firman Tuhan yang ada dalam Yoh. 15 : 9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu”.

Dalam lingkup pekerjaan kita, pimpinan kita pasti sangat menyayangi kita, mangasihi kita apabila kita juga mengasihi pimpinan kita. Mengasihi disini tidak sama kedudukannya antara pimpinan kita mengasihi kita dengan kita mengasihi pimpinan kita, dimana kalau pimpinan kita mengasihi kita bisa dengan memperhatikan apa yang kita kerjakan hingga memperhatikan akan masa depan kita dalam jenjang karir dalam lingkungan kerjaan kita, namun kita mengasihi pimpinan tidak demikian namun dengan mematuhi perintahnya, mengerjakan apa yang diperintahkan untuk kita kerjakan. Apabila kita bisa mencukupkan apa yang dia (pimpinan) mintakan kepada kita (sehubungan dengan pekerjaan) pasti pimpinan kita juga sangat senang kepada kita, dan akan selalu memperjuangkan segala yang berhubungan dengan kita. Hal seperti inilah mungkin yang bisa kita lihat dalam gambaran dari Firman Tuhan yang tertulis pada Yoh: 15:10 “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya”.

Akan tetapi jauh lebih indah kasih itu kalau kita lakukan tanpa pamrih, karena kalau yang mengasihi kita baru kita kasihi, semua orang yang tidak kenal Tuhan pun melakukan hal itu dan bisa dibilang itu adalah sifat duniawi, namun Tuhan menginginkan hal jauh lebih dari itu seperti halnya yang tertulis dalam Matius 5:44 - 48” Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.". Jadi jauh lebih indah dan lebih baik apabila kita bisa mengasihi semua orang, baik itu yang mengasihi kita apalagi orang-orang mamusuhi/memyakiti kita karena hal demikian yang susah dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kasih didalam Tuhan. Karena hal ini sudah lebih dahulu diteladankan oleh Tuhan dalam hal mengasihi, Tuhan datang ke dunia ini bukan hanya untuk orang yang mengenal dan atau yang mengasihi Dia, namun Tuhan datang ke dunia ini untuk semua orang apalagi untuk orang yang berdosa hal ini bisa kita lihat dalam ayat Firman Tuhan Lukas 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Jadi Tuhan rela menjelma menjadi manusia turun dari tahta Kedudusannya hingga rela disiksa, dihina dan bahkan mati di Kayu Salib semuanya itu dilakukan bukan untuk orang yang benar, bukan untuk orang yang mengasihi Dia, namun paling utama adalah untuk menyelamatkan orang-orang yang hilang, orang-orang yang berdosa.

Kalau kita kembali berbicara dalam hal pekerjaan pasti ada jarak antara pimpinan dengan bawahannya (anak buah), namun kasih yang diberikan antara satu dengan lain oleh pimpinan kepada bawahannya (anak buahnya) bisa berbeda-beda berdasarkan kasih dari masing-masing dari mereka. Kalau pimpinan menilai bawahannya itu sangat mengasihi dia, menyayangi dia, maka sang pimpinan tidak akan sungkan-sungkan mencurahkan atau menceritakan segala unek-unek yang ada dalam hatinya kepada orang yang bisa dipercayakan itu. Karena apabila bawahan sangat menyayangi sang pimpinannya pasti tidak akan pernah dipermalukan, tidak akan pernah menyakiti perasaannya dan bisa menyimpan rahasia sang pimpinannya itu, maka pimpinan itu juga pasti tidak menganggap dia lagi hanya sebagai bawahannya atau hanya sebagai anak buahnya, namun sang pimpinan telah mengubah keberadaan dia menjadi sahabatnya, hal seperti inilah yang bisa kita lihat dalam gambaran Firman Tuhan yang tertulis dalan Yoh 15:15 “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”
Akan tetapi banyak anak buah atau bawahan yang berusaha untuk mendapatkan perhatian lebih dari atasannya/pimpinannya namun dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan hingga dia merasa sakit hati yang mengakibatkan dia melakukan hal yang menyakitkan hati dari sang pimpinannya dan dia tidak sadar bahwa tidak semua kita dapatkan akan apa yang kita harapkan namun kita harus sadar bahwa segala sesuatunya Tuhanlah yang mengaturnya hal ini bisa kita lihat pada Firman Tuhan yang tertulis dalah Yoh. 15 : 16A “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”. Namun yang perlu kita sadari bahwa segala sesuatu itu indah pada waktunya dan waktu kita bukan waktu Tuhan dan kehendak kita bukan kehendak Tuhan dan juga, hal ini bisa kita lihat dalam Firman Tuhan yang tertulis pada Pengkhotbah 3 : 11 “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

Jadi dari penjelasan-penjelasan diatas yang perlu kita simak dan kita perhatikan adalah :

1. Kita harus bisa mengasihi semua orang (yang mengasihi dan yang membenci kita) dengan sepenuh hati.
2. Dalam hal kita mengasihi baiknya kita melakukannya dengan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan yang setimpal dengan apa yang kita lakukan karena apabila kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan sangatlah menyakitkan.
3. Dalam melakukan segala kebaikan jangan membatasi waktu namun marilah kita lakukan selama umur kita, karena bukan kita yang menentukan namun Tuhanlah yang menentukannya.
====== AMIN ======

Senin, 11 Mei 2009

Gratis Itu Tidak Selamanya Murah

GRATIS TETAPI TIDAK MURAH!


Anugerah yang Murah?

Seseorang sangat mungkin untuk salah dalam memberikan makna pada sesuatu, misalnya menempatkan makna yang sangat tinggi kepada sesuatu yang kurang bernilai dan tidak penting, atau sebaliknya menganggap sesuatu yang sebetulnya penting dan bernilai sebagai sesuatu kurang bernilai dan kurang penting.

Evelyn Adams memenangkan lotre New Jersey dua kali berturut-turut pada tahun 1985 dan 1986 sejumlah $5,4 juta dan sebagian besar ludes di mesin jackpot Atlantic City . Ia pun kemudian harus hidup di Trailer Park. Adams berkata: “Saya harap saya punya kesempatan lagi.”

Mungkinkah Adams menganggap remeh uang sebesar 5,4 juta dolar Amerika karena ia mendapatkannya dengan mudah dua kali berturut-turut? Sikap dan pemikiran (mind set) seperti ini bisa terjadi pada orang Kristen dalam memahami aspek-aspek keselamatan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Banyak orang Kristen yang menganggap murah anugerah Allah dengan menjadi seorang Kristen namun menjauhi ibadah, tidak mau terlibat dalam pelayanan, tidak mau bertumbuh dan tetap mencintai dosa. Di sisi lain banyak orang Kristen yang merasa pasti masuk surga dan setiap mengaku dosa pasti diampuni oleh Tuhan (1Yoh. 1:9) lantas dengan alasan itu tetap bermain-main dengan dosa dan tidak hidup dalam kekudusan.

Alkitab mengajarkan dan menegaskan bahwa keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dan manusia tidak bisa menambah atau menyumbangkan apa pun sehingga keselamatan itu diberikan Allah kepadanya (Rm. 3:20). Namun karena cuma-cuma alias gratis (Ef. 2:8-9), keselamatan dan Kekristenan itu sering dipandang sebelah mata dan dianggap murah melalui sikap dan cara hidup orang Kristen yang tidak hidup dalam kekudusan. Mengapa demikian? Mungkin banyak orang Kristen yang melupakan kemutlakan sifat moral Allah, seperti diungkapkan T. C. Hammond (1938): “Adalah sesuatu yang selalu penting untuk mengingatkan diri kita sendiri akan keagungan kesempurnaan moral yang absolut, yang mengelilingi Pribadi Ilahi. Tanpanya, penyembahan sejati akan mengecil dan manusia akan menjadi arogan.”

Menghitung Harga Anugerah

Mengapa ada orang yang berpikir yang gratis itu pasti murah? Padahal yang gratis tidak selalu murah, tergantung nilai yang terkandung di dalamnya. Kata gratis mungkin dapat menjelaskan tindakan Allah menyelamatkan orang berdosa.

“Gratis” berasal dari kata latin “gratia” (for zero price, free of charge) atau dalam bahasa Inggris “grace” yang diterjemahkan dalam Alkitab sebagai anugerah atau kasih karunia (Ef. 2:8-9; Rm. 3:24). Secara penuh dan mutlak penebusan dosa telah dibayar lunas dalam kematian Kristus di kayu salib bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus (1Ptr. 1:18-19). Apakah penebusan itu murah, sehingga Allah mau memberikan keselamatan itu bagi orang-orang berdosa yang telah memberontak bahkan telah melakukan banyak kejahatan dan kekejian di hadapan-Nya? Strategi manajemen ‘six sigma’ menekankan beberapa prinsip antara lain: “You don’t know until you measure, you don't measure what you don't value, you don't value what you don't measure.” Dengan kata lain prinsip di atas menegaskan bahwa setiap orang Kristen harus melakukan perhitungan atau kalkulasi total atas tindakan yang dilakukan Allah atas keselamatan yang diberikan secara gratis kepadanya. Berapa harga anugerah Allah? Tergantung tindakan apa yang dilakukan oleh Allah untuk keselamatan tersebut. Surat Petrus mengatakan: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1Ptr. 1:18-19).

Harga keselamatan tidak bisa diukur dengan uang atau dengan apa pun yang ada di dunia ini, harga itu tidak bisa dibayar dengan usaha apa pun yang dapat dilakukan oleh manusia karena terlalu mahal harganya (Mzm. 49:8-10), karena hanya bisa dibayar dengan darah Kristus sang domba Allah. Begitu mahal harga penebusan dosa manusia sehingga Allah harus menjadi manusia, harga yang tak terhingga bagi manusia. Mengapa Allah mau melakukannya? Tentunya karena kasih-Nya yang sangat besar (Yoh. 3:16), kitab Hosea juga menggambarkan betapa besarnya hasrat Allah untuk menyelamatkan anak-anak-Nya yang berdosa (Hos. 14:5), dan puncak dari semuanya itu adalah pengorbanan Kristus di kayu salib (Rm. 5:8). Kalau seseorang diselamatkan dan menjadi seorang Kristen itu berarti anugerah diberikan kepadanya, mengapa mendapat anugerah? Tentu tidak ada alasan pada manusia selain dari kasih Allah semata. Paulus mengatakan, “Karena anugerah Allah di dalam Kristus kita tidak binasa” (Rm.. 3:24; 6:23).

Free, but not cheap

Dietrich Bonhoeffer, theolog Jerman yang meraih gelar Ph.D. pada usia 21 tahun dari University of Berlin, sangat menggumuli fenomena di atas. Dari pengamatannya di Jerman maupun ketika di Amerika ia melihat banyak hal yang tidak wajar terjadi dalam Kekristenan. Ia melihat Kekristenan yang semakin sekuler dan mengakomodasi tuntutan sosial daripada menaati Kristus, sehingga anugerah menjadi property umum. Tahun 1937 ia menulis buku “The Cost of Discipleship,” yang mengulas tentang “anugerah yang murah atau anugerah yang mahal” (“cheap grace or costly grace”). Ia mengaskan “anugerah yang murah adalah musuh gereja yang mematikan, kita berjuang hari ini untuk anugerah yang mahal, anugerah yang mahal adalah inkarnasi Kristus dan kematian-Nya di kayu salib (Flp. 2:5-8). Baginya anugerah yang murah adalah mengkhotbahkan pengampunan tanpa tuntutan pertobatan, memberikan baptisan tanpa disiplin, melakukan perjamuan kudus tanpa pengampunan dosa. Anugerah yang murah adalah Kekristenan tanpa pemuridan, Kekristenan tanpa salib dan tanpa Kristus. Ia menegaskan bahwa tuntutan menjadi orang Kristen adalah menjadi murid Kristus berapa pun harganya (following Jesus at all costs), dan ia dieksekusi hukuman mati oleh Hitler karena memperjuangkan Kekristenan.

Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk. 9:23). Salah satu tuntutan dan kualitas tertinggi yang diharapkan Yesus dalam ayat tersebut pastilah berbicara tentang kekudusan dan hal ini ditegaskan dalam Ibrani 12:10: “Sebab ayah kita mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” Sinclair Ferguson (1985) dalam bukunya “A Heart for God,” mengatakan: “Kekudusan Allah mengajarkan kita bahwa hanya ada satu cara untuk berhadapan dengan dosa–secara radikal, serius, menyakitkan, konstan. Bila engkau tidak hidup demikian, engkau tidak hidup di hadirat Dia yang Kudus dari Israel .” Harga yang harus dibayar untuk menjadi orang Kristen “KTP” pasti murah sekali, namun Alkitab menegaskan: “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1Yoh. 2:6).

Sejatinya yang gratis tidak berarti murah (free, but not cheap) dan gratis hanya berlaku bagi kita yang menerima penebusan tetapi harus dibayar oleh Kristus dengan pencurahan darah yang mahal di kayu salib. Haleluya!

Minggu, 03 Mei 2009

Kapan Kita MenerimaNya

Kasih Allah
Roma 5:8

I) Penderitaan bukan bukti bahwa Allah tidak kasih.

Pernahkah saudara merenungkan apakah Allah mengasihi saudara atau tidak? Kalau saudara adalah orang kaya, sehat, hidup enak, keluarga saudara rukun, dsb, maka mungkin tidak terlalu sukar bagi saudara untuk percaya bahwa Allah mengasihi saudara. Tetapi kenyataannya semua orang punya penderitaannya sendiri-sendiri, bahkan ada orang-orang yang menderita sangat hebat. Apakah orang-orang ini bisa merasakan bahwa Allah mengasihi mereka?

Saya pernah membaca tentang rekor dunia lamanya masuk rumah sakit. Ada orang yang masuk rumah sakit waktu usia 3 tahun, dan baru keluar dari rumah sakit itu pada waktu dia mati pada usia hampir 103 tahun. Jadi ia ada di rumah sakit selama hampir satu abad! Kalau saudara adalah orang itu, apakah saudara bisa percaya bahwa Allah mengasihi saudara?

Sekitar 20 tahun yang lalu, saya pernah punya teman dari luar kota yang kos di rumah familinya di Surabaya. Suatu hari, seluruh familinya yang berjumlah 7 orang pergi ke Malang , meninggalkan ia sendirian di rumah. Dalam perjalanan, hujan lebat membuat kali kecil di pinggir jalan meluap, dan mobil selip, lalu masuk kali yang mengalir deras. 4 mayat langsung diketemukan di situ, 2 lainnya di Pasuruan, dan 1 terhilang selama-lamanya. Waktu saya pergi ke rumahnya, saya melihat 6 buah peti mati berjejer. Kalau saudara adalah teman saya itu, bisakah saudara pada saat seperti itu percaya bahwa Allah mengasihi saudara?

Mungkin saudara tidak pernah merasakan sakit selama 1 abad, atau ditinggal mati seluruh keluarga, tetapi mungkin saudara mempunyai penderitaan yang lain. Bisa dalam bentuk kemiskinan, atau keluarga yang berantakan, anak yang rusak, problem pekerjaan/study, kesendirian/kesepian, dsb. Atau bisa juga saudara mengalami penderitaan batin, hati yang gelisah, tidak damai, kuatir, dsb. Apakah penderitaan-penderitaan yang saudara alami itu menyebabkan saudara beranggapan bahwa Allah tidak mengasihi saudara, atau bahkan bahwa Allah tidak peduli kepada saudara atau benci kepada saudara?

Perlu saudara ketahui bahwa pada waktu Allah pertama kalinya menciptakan manusia, yaitu Adam dan Hawa, maka Allah tidak memberikan penderitaan apapun kepada mereka. Tetapi mereka lalu berbuat dosa. Mereka makan buah yang oleh Tuhan dilarang untuk dimakan. Sebagai hukuman karena dosa mereka, maka penderitaan masuk ke dalam dunia. Jadi, penderitaan ada dalam dunia, bukan karena kesalahan Allah, tetapi karena kesalahan manusia sendiri. Karena itu jelaslah bahwa adanya penderitaan dalam hidup kita tidak boleh dijadikan dasar untuk berkata bahwa Allah tidak mengasihi kita, atau bahkan benci kepada kita.

II) Bukti kasih Allah.

1) Roma 5:8 berkata: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus ...".
Jadi bukti pertama dari kasih Allah adalah Kristus. Kristus adalah Allah sendiri yang rela menjadi manusia karena cintaNya kepada kita. Peristiwa Allah menjadi manusia, atau turun dari sorga ke dunia, jelas merupakan suatu penurunan luar biasa, yang jelas memberikan penderitaan. Orang dengan mudah bisa naik, tetapi sukar untuk bisa turun. Kalau saudara sudah biasa hidup di kota, tidur di kasur yang empuk, pakai AC, mau minum tinggal ambil di lemari es, mau masak pakai kompor Elpiji/microwave oven, dsb. Lalu tahu-tahu saudara mesti turun ke desa yang termasuk daerah minus dimana tidak ada listrik; saudara harus tidur di tikar di tanah; pada waktu kepanasan jangankan AC, kipas anginpun tidak ada; kalau mau minum mesti menimba air di sumur atau mengambil di sungai; kalau mau masak mesti mengumpulkan kayu bakar lalu mem-buat api, dsb, maka itu semua tentu merupakan penderitaan. Padahal itu baru turun dari kota ke desa. Bayangkan pada waktu Yesus harus turun dari sorga ke dunia. Ini tentu merupakan penurunan yang jauh lebih hebat, dan karenanya melibatkan penderitaan yang hebat. Tapi Ia mau mengalaminya demi kita, dan itu menunjukkan cintaNya kepada kita.

2) Roma 5:8 itu lagi: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ...".

Ini bukti kedua kasih Allah kepada kita! Kalau tadi Allah itu sudah rela menjadi manusia, maka sekarang, Allah yang sudah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus itu, lalu rela mati bagi kita.
2 hal yang akan saya bahas:

a) Mengapa Dia harus mati bagi kita?

Karena kita adalah manusia berdosa, dan Allah itu adil, sehingga harus menghukum manusia berdosa. Yesus ingin supaya kita jangan sampai dihukum, dan supaya kita tidak dihukum, Ia yang harus memikul hukuman kita. Karena itulah maka Ia mati di kayu salib. Kalau kita tahu mengapa Yesus mati bagi kita, maka jelas bagi kita bahwa kematianNya itu menunjukkan kasihNya kepada kita.

Illustrasi:
ada seorang anak gadis kecil yang mengalami kecelakaan, sehingga membutuhkan darah untuk transfusi. Tetapi anak gadis kecil ini mempunyai golongan darah yang langka, dan hanya cocok dengan kakak laki-lakinya yang juga masih kecil. Waktu mau diambil darahnya, anak laki-laki itu bertanya: ‘Apakah saya segera akan mati setelah darah saya diambil?’ Ia mempunyai pengertian yang salah tentang pengambilan darah, tetapi ia tetap rela memberikan darahnya karena cintanya kepada adiknya.

Pada waktu Yesus rela mencurahkan darahNya bagi kita, Ia menunjukkan cinta yang lebih hebat dari pada cinta anak laki-laki itu, karena anak laki-laki itu merelakan darahnya untuk adiknya, sedangkan Yesus merelakan darah/ nyawaNya untuk kita yang adalah musuh-musuhNya, karena kita adalah manusia berdosa yang selalu menyakiti hatiNya melalui dosa-dosa kita.
Ada tuan tanah kejam yang mempunyai banyak budak. Suatu hari ada budak yang melarikan diri, tetapi ia tertangkap, dan tuannya memerintahkan hukuman cambuk 50 x. Seorang teman dari tuan tanah itu lalu berkata: ‘Kamu gila, budak sekurus itu mau dicambuk 50 x? Ia pasti akan mati!’. Tuan tanah berkata: ‘Aku tidak peduli, itu sudah hukumnya dan harus dilaksanakan. Hanya bisa dibatalkan kalau ada orang yang mau menjadi pengganti dia memikul hukuman cambuk itu’. Teman tuan tanah itu begitu kasihan kepada budak itu, sehingga ia lalu rela memberikan dirinya untuk dicambuki 50 x, supaya budak itu bebas dari hukuman.
Apa yang teman tuan tanah itu rela alami dan lakukan demi budak itu, mirip dengan apa yang Kristus rela alami dan lakukan demi kita. Kristus rela mengalami penderitaan dan kematian yang sangat mengerikan di kayu salib untuk memikul hukuman kita, supaya kita bisa bebas dari hukuman.

b) Cara kematianNya.

Ada 2 hal yang sangat mengerikan yang Yesus alami, yaitu:
pencambukan.
penyaliban.
Cobalah merenungkan bagaimana rasanya orang dicambuki, ditembus paku pada tangan dan kaki, dan dibiarkan tergantung dalam keadaan seperti itu selama berjam-jam. Kitalah yang seharusnya mengalami semua itu sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, tetapi Yesus rela mengalami semua itu demi kita! Bahwa Ia rela mengalami kedua hal ini untuk memikul hukuman dosa kita, menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa kepada kita.

3) Roma 5:8 berbunyi: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa".

Kalau Ia mau mati bagi orang baik, yang taat kepada Dia, mencintai Dia, maka itu sebetulnya sudah kasih, tetapi itu tidak terlalu mengherankan. Tetapi bahwa Ia mau mati bagi kita ketika kita masih berdosa, itu betul-betul luar biasa. Dan inilah keluarbiasaan kasih Allah! Kalau saudara mengasihi seseorang, maka pasti dalam diri orang itu ada sesuatu yang baik yang menyebabkan saudara mengasihiNya, mungkin wajahnya, bentuk tubuhnya, sifatnya, kepandaiannya, dsb. Tetapi Allah mencintai kita dan rela berkorban bagi kita tanpa melihat kebaikan dalam diri kita.

Sekalipun saudara tidak peduli kepadaNya, benci kepadaNya, acuh tak acuh kepadaNya, tidak pernah ke gereja, tidak senang mendengar Firman Tuhan terus berbuat dosa, dsb, Allah tetap mencintai saudara! Itu Ia buktikan dengan rela mati bagi saudara ketika saudara masih berdosa.
III) Tanggapan kita terhadap kasih Allah.
Kalau saudara sudah mendengar, mengerti dan menyadari akan kasih Allah kepada saudara, maka sekarang saudara perlu memberikan tanggapan ter-hadap kasih Allah itu.

1) Tanggapan yang salah.
Saudara bisa menanggapi kasih Allah itu dengan menolak, acuh tak acuh, atau tidak percaya. Kalau demikian, perlu saya tekankan bahwa sekalipun Allah mengasihi saudara yang berdosa, tetapi kalau kasihNya itu terus-menerus ditolak, maka ada satu saat dimana Allah harus menjalankan keadilanNya dengan menghukum orang yang menolak kasihNya itu, dan membuang orang itu ke dalam neraka!

Seorang penafsir bernama Ironside, dalam komentarnya tentang Kis 4:12, mengatakan: "Remember, it must be Christ or hell, and to neglect the one is to choose the other" (= Ingat, harus Kristus atau neraka, dan mengabaikan yang satu berarti memilih yang lain).

Saudara tidak perlu memusuhi atau membenci Kristus, membakar gereja atau menganiaya orang kristen. Cukup dengan mengabaikan Kristus, itu sudah berarti bahwa saudara memilih neraka! Sekalipun saudara adalah simpatisan kristen, rajin ke gereja, memberi persembahan untuk gereja, dsb, tetapi kalau saudara mengabaikan Kristusnya, saudara sudah memilih neraka!

2) Tanggapan yang benar.

Saudara bisa menanggapinya dengan benar, yaitu dengan percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi saudara.
Saudara harus percaya bahwa Yesus adalah Allah yang sudah menjadi manusia, dan sudah mati disalib untuk semua dosa-dosa saudara. Kalau saudara percaya, maka saudara akan diampuni dan tidak mungkin dihukum. Saudara dijamin akan masuk ke sorga, kapanpun saudara mati.

Yoh 3:16 - "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal".

Roma 8:1 - "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus".

Beberapa halangan untuk percaya kepada Yesus:

a) Saudara mungkin berkata: Kok gampang sekali untuk selamat?

Jawabnya: memang gampang, karena Kristus sudah membayar mahal itu semua itu, yaitu dengan mengorbankan nyawaNya sendiri.

Illustrasi:
Seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata ‘Hanya percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana kamu bekerja?’. Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah, tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau turun’. Lalu penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya, demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus/percaya kepada Yesus, dan Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’

b) Saudara mungkin mau percaya, tetapi bingung karena banyaknya macam gereja / aliran pada jaman ini.

Jawabnya: Keselamatan saudara tidak tergantung gereja, tetapi tergantung pada apakah saudara percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saudara atau tidak.

Illustrasi:
Pada waktu ia hidup, John Wesley, pendiri gereja Metodist, juga bingung karena banyaknya aliran gereja. Suatu hari ia bermimpi dan dalam mimpinya itu ia dibawa ke pintu gerbang neraka. Di sana ada seorang malaikat yang menjaga, dan ia lalu bertanya: ‘Apakah di sini ada orang Katolik?’. Malaikat menjawab: ‘Banyak’. John Wesley bertanya lagi: ‘Apakah ada orang Calvinist?’. Malaikat menjawab: ‘Banyak’. ‘Apa ada orang Baptist?’. ‘Banyak’. Akhirnya John Wesley bertanya: ‘Apakah ada orang Methodist?’. Malaikat menjawab: ‘Juga banyak’.
Lalu John Wesley dibawa ke pintu gerbang surga. Di sana ada malaikat lain yang menjaga, dan ia bertanya kepada malaikat itu: ‘Apakah di sini ada orang Katolik?’. Malaikat menjawab: ‘Tidak ada’. John Wesley bertanya lagi: ‘Apakah ada orang Calvinist?’. Malaikat menjawab: ‘Tidak ada’. ‘Apa ada orang Baptist?’. ‘Tidak ada’. Akhirnya John Wesley bertanya: ‘Apakah ada orang Methodist?’. Malaikat menjawab: ‘Juga tidak ada’. Dengan bingung dan putus asa John Wesley bertanya: ‘Kalau begitu siapa yang ada di dalam sana ?’. Malaikat menjawab: ‘Orang yang percaya kepada Yesus’.

Illustrasi ini menunjukkan bahwa saudara masuk surga bukan karena mengikuti gereja ini atau itu, aliran ini atau itu, tetapi karena percaya kepada Yesus. Ini memang tidak menunjukkan bahwa saudara tidak perlu memilih gereja yang benar, tetapi bagaimanapun keselamatan saudara bukan tergantung pada aliran gereja tetapi tergantung pada apakah saudara percaya kepada Yesus atau tidak!

c) Saudara mungkin percaya, tetapi mau menunda.

Jawab: Saudara tidak tahu kapan saudara akan mati, dan kematian bisa datang secara mendadak. Kalau itu terjadi, dan saudara belum percaya kepada Yesus, saudara akan masuk neraka selama-lamanya!

Illustrasi:

Suatu hari ada seseorang yang bermimpi tentang adanya suatu konperensi setan. Konperensi itu dipimpin oleh Iblis sendiri dan bertujuan untuk mencari siasat yang jitu supaya manusia tidak percaya kepada Yesus dan binasa/masuk neraka. Lalu ada satu setan yang mengusulkan: ‘Baiklah kita membujuk manusia supaya tidak percaya akan adanya Tuhan’. Iblis berkata: ‘Tidak. Manusia merasa dalam hatinya bahwa Tuhan itu ada. Siasat itu tidak akan berhasil’. Setan lain mengusulkan: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa mereka itu terlalu jahat untuk bisa diampuni’. Iblis menolak usul itu dengan berkata: ‘Justru kalau manusia sadar bahwa dirinya jahat, itu akan membawa mereka kepada Tuhan. Usul itu masih kurang baik’. Akhirnya satu setan berkata: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan itu mencintai mereka yang berdosa, dan bahwa Injil itu benar adanya’. Iblis menjawab: ‘Tetapi bagaimana hal itu bisa membinasakan mereka?’. Setan itu melanjutkan siasatnya: ‘Kita akan mengatakan kepada manusia bahwa sekalipun semua itu benar, dan mereka harus percaya, tetapi masih ada cukup waktu. Mereka tidak perlu percaya sekarang’. Iblis senang sekali dengan usul itu, dan memerintahkan supaya usul itu dilaksanakan.

Ini menyebabkan banyak orang yang pada waktu mendengar Injil, lalu menunda untuk datang kepada Yesus. Tetapi tiba-tiba mereka mendapat kecelakaan atau serangan jantung, yang membuat mereka mati secara mendadak, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertobat. Akhirnya mereka terhilang selama-lamanya di dalam neraka, hanya karena mereka menunda untuk percaya kepada Yesus!

Karena itu janganlah turuti bujukan setan supaya menunda keper-cayaan kepada Yesus. Datanglah kepada Yesus dan percayalah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara sekarang juga. Maukah saudara?

====AMIN====

Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba- Ku.

Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.

Kamis, 30 April 2009

Jangan Melalukan Sesuatu Setengah-Setengah

Aku Haus

YOHANES 19:28-30
Pendahuluan:

Ada 2 orang bercakap-cakap. Yang pertama berkata: ‘Aku ingin tahu dimana aku akan mati’. Temannya menjawab: ‘Kamu gila; untuk apa tahu dimana akan mati?’. Yang pertama menjawab: ‘Kalau aku tahu aku akan mati dimana, aku tidak akan pergi ke tempat itu’.

Ini menunjukkan bahwa orang itu ingin terhindar dari kematian. Dan memang adalah sesuatu yang umum kalau orang ingin terhindar dari kematian.

Tetapi Yesus berbeda.
· Berbeda dengan orang dalam cerita di atas, Ia tahu Ia akan mati dimana. Ia tahu bahwa Ia akan mati di Yerusalem. Tetapi ketika saatnya untuk mati sudah tiba, Ia bukannya menjauhi Yerusalem, tetapi Ia justru pergi ke sana (Mat 16:21-24).
· Di taman Getsemani, pada waktu mau ditangkap, Ia dibela oleh Petrus yang mengeluarkan pedangnya dan membacok hamba imam besar. Sebetulnya bisa saja pada waktu itu Yesus memberi komando kepada 10 murid yang lain untuk membantu Petrus, dan sementara terjadi perkelahian masal, Yesus lari. Tetapi Ia tidak mau melakukan itu, bahkan Ia memerintahkan Petrus untuk menyarungkan pedangnya (Mat 26:51-52).

Ia juga berkata kepada Petrus bahwa sebetulnya Ia bisa minta kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat untuk membantuNya (Mat 26:53). Andaikata Ia melakukan hal ini, sudah pasti semua orang yang mau menangkapNya itu dibasmi dalam sekejap mata. Tetapi Ia tidak mau mela-kukan hal ini.
Sebetulnya, kalaupun Ia tidak mau minta bantuan Bapa untuk mengirimkan pasukan malaikat, Ia sendiri, yang juga adalah Allah sendiri, bisa saja menggunakan kemahakuasaanNya untuk membasmi semua orang yang mau menangkapNya itu. Kalau Ia melakukan hal ini, pasti Ia terhindar dari kematian. Tetapi Ia tidak mau melakukan hal itu, karena Ia memang tidak mau menghindari kematian.

Tetapi ada sesuatu yang lebih aneh, yaitu bahwa Yesus bukan saja tidak mau menghindari kematian, tetapi bahkan tidak mau penderitaanNya dikurangi! Dari mana kita bisa melihat hal ini?

I) Yesus menolak minuman.

Dalam Mat 27:34 dikatakan bahwa Yesus diberi minum ‘anggur bercampur empedu’, dan dalam Mark 15:23 dikatakan bahwa Yesus diberi ‘anggur bercampur mur’. Ini bukan kontradiksi, karena minuman itu adalah anggur bercampur ramuan tertentu, yang mengandung baik empedu maupun mur.
Tetapi pada saat Yesus mengecap minuman itu, dikatakan bahwa Ia tidak mau meminumNya. Mengapa? Padahal sebentar lagi Ia minta minum (Yoh 19:28 - ‘Aku haus’), dan mau meminum minuman yang diberikan kepadaNya (Mark 15:36 Yoh 19:29-30). Beberapa penafsir mengatakan bahwa Ia tidak mau meminum anggur bercampur empedu/mur itu, karena itu adalah minuman yang mengandung ramuan yang bisa membius/mengurangi rasa sakit, dan diberikan kepada orang yang disalib sebagai suatu tindakan belas kasihan kepada mereka.
KetidakmauanNya menerima pengurangan rasa sakit/penderitaan merupakan sesuatu yang lebih aneh lagi dari pada sekedar tidak menghindari kematian. Orang kristen yang sejati, seharusnya mempunyai keyakinan keselamatan, dan karena itu mestinya tidak takut mati. Tetapi siapa yang tidak takut pada penderitaan/rasa sakit yang hebat? Siapa yang pada waktu mengalami rasa sakit yang hebat tidak menginginkan rasa sakitnya dikurangi? Kalau saudara pergi ke dokter gigi untuk dicabut giginya, atau kalau saudara akan dioperasi, tentu saudara senang menerima pembiusan supaya tidak mengalami rasa sakit.
Lalu mengapa Yesus tidak mau rasa sakit/penderitaanNya dikurangi? Karena Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. Dan Ia ingin memikul seluruh hukuman dosa manusia!
Andaikata saja pada saat itu Yesus mau meminum minuman bius itu, dan rasa sakitNya berkurang, katakanlah 10 %, maka itu berarti Ia hanya memikul 90 % hukuman dosa saudara dan saya. Tahukah saudara apa akibatnya? Saudara boleh saja betul-betul percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi hanya 90 % dari dosa-dosa saudara yang ditebus/dibayar oleh Yesus. Sedangkan 10 % sisanya, saudara harus menanggungnya sendiri. Kalau hal ini terjadi, maka renungkanlah 2 hal di bawah ini:

1) 10 % dari dosa kita itu luar biasa banyaknya.

Kalau saudara menganggap diri saudara itu baik, atau kalau saudara beranggapan bahwa jumlah dosa saudara cuma ratusan atau ribuan, maka itu disebabkan saudara tidak mengerti Firman Tuhan, yang merupakan standard Allah untuk menentukan dosa. Kalau saja saudara mengerti Firman Tuhan, dan saudara membandingkannya dengan hidup saudara, maka saya yakin saudara akan menemui berjuta-juta dosa.
Kalau kita menyoroti hukum Tuhan yang berbunyi ‘Jangan berdusta’ saja, maka berapa dosa yang saudara temukan dalam hidup saudara? Mulai saat saudara masih kecil sampai sekarang, berapa kali saudara berdusta kepada orang tua, kakek/nenek, guru di sekolah, teman, kakak/adik, teman kerja/rekan bisnis, langganan, pejabat pemerintahan, pegawai, bahkan kepada pengemis (dengan berkata ‘tidak punya uang’ padahal saudara punya)? Hanya dari satu hukum itu saja, sudah sukar meng-hitung jumlah dosa saudara! Bagaimana kalau ditambahkan dengan hukum-hukum yang lain, seperti jangan berzinah, jangan mencuri, jangan iri hati, hormatilah orang tuamu, hukum hari sabat, hukum antara suami istri, dsb? Bagaimana kalau ditambahkan lagi hukum-hukum yang dianggap tidak masuk akal, seperti:
· Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, pikiran, akal budi (Mat 22:37).
· Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:39).
· Kasihilah musuhmu, doakan orang yang menganiaya kamu (Mat 5:44).
· Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Ro 12:17,21).
· Bersukacitalah senantiasa (1Tes 5:16).
· Mengucap syukurlah dalam segala hal (1Tes 5:18).

Karena itu 10 % dari dosa kita pastilah luar biasa banyaknya. Kalau dosa kita jumlahnya 1 juta, maka 10 % dari dosa kita berarti 100.000 dosa!

2) Satu dosa sudah cukup untuk memasukkan diri saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya!

Ada agama lain yang mengatakan bahwa nanti pada akhir jaman perbuatan baik dan dosa setiap orang akan ditimbang; kalau lebih berat dosanya maka orangnya dimasukkan neraka, dan kalau lebih berat perbuatan baiknya maka orangnya akan dimasukkan surga. Ditinjau dari sudut agama lain itu, maka mungkin masih ada kemungkinan saudara akan masuk surga kalau saudara memikul sendiri 10 % dosa saudara. Tetapi Kitab Suci/ Firman Tuhan tidak mengajar demikian! Roma 6:23 mengatakan bahwa "upah dosa ialah maut"! Jadi, tidak dikatakan kalau dosanya banyak/besar/lebih banyak dari perbuatan baiknya, barulah upahnya maut! Hanya dikatakan bahwa upah dosa ialah maut, dan itu berarti bahwa satu dosa saja sudah cukup untuk membawa saudara kedalam neraka sampai selama-lamanya!
Mengapa demikian? Karena Kitab Suci/Firman Tuhan mengajar bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa (Gal 2:16,21). Memang, kalau saudara ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan akan menghadapi persidangan, bisakah saudara lalu berbuat baik dengan harapan perbuatan baik saudara itu menyebabkan saudara tidak didenda dalam pengadilan? Jelas tidak mungkin! Jadi, hukum duniapun mengata-kan bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa. Dan demikian juga ajaran dari Kitab Suci/Firman Tuhan! Karena itulah maka satu dosa saja sudah cukup untuk membuat saudara masuk neraka sampai selama-lamanya!
Sekarang, bagaimana kalau kita gabungkan 2 hal di atas ini? 10 % dari dosa saudara bukan main banyaknya, sedikitnya ada 100.000 dosa. Padahal satu dosa saja sudah cukup membuang saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya. Bagaimana kalau saudara harus menanggung 100.000 dosa atau bahkan lebih dari itu?
Karena itu, andaikata Yesus mau meminum minuman yang mengandung ramuan bius itu, pasti seluruh umat manusia, mulai dari Adam sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk neraka sampai selama-lamanya!
Tetapi puji Tuhan, Yesus menolak minuman yang mengandung ramuan bius itu! Ia tidak mau memikul hanya sebagian atau 90 % hukuman dosa kita; Ia mau memikul seluruhnya atau 100 % hukuman dosa kita!!

Ada 2 hal lain yang menunjukkan bahwa seluruh hukuman dosa kita memang sudah dibereskan oleh Yesus di kayu salib, yaitu:

a) Kata-kata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30) menunjukkan bahwa penderitaan aktifNya untuk memikul seluruh dosa kita, sudah selesai!
b) Yesus bisa bangkit dari kematian.
Karena upah dosa ialah maut, kalau saja ada satu dosa yang belum beres, maka Ia tidak akan bisa bangkit. Bahwa Ia bisa bangkit pada hari yang ke tiga, menunjukkan bahwa memang seluruh dosa kita sudah dibereskan!

Karena itu, kalau saudara mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saudara, semua dosa saudara tanpa kecuali, akan dihapuskan/diampuni. Ini mencakup:
· dosa asal.
· dosa yang lalu.
· dosa sekarang.
· dosa yang akan datang.
Karena itulah orang yang percaya kepada Yesus mempunyai jaminan keselamatan!
Catatan: Tetapi awas! Ini tidak boleh menyebabkan kita lalu meremehkan dosa/ sengaja berbuat dosa!

II) Yesus minta minum.

Setelah Yesus menolak minuman bius itu, Ia lalu disalibkan. Dan pada waktu ada di kayu salib, Ia berkata: ‘Aku haus’ (Yoh 19:28).

Yesus memang sangat kehausan, karena:
· Ia sudah ditawan sejak kemarin mala
m, dan sebagai tawanan Ia pasti tidak diperlakukan dengan baik. Jadi mungkin sekali Ia tidak diberi makanan ataupun minuman. Ini tentu menyebabkan Ia menjadi haus.
· Ia digiring kesana kemari (kepada Mahkamah Agama, kepada Pontius Pilatus, kepada Herodes, kembali kepada Pontius Pilatus, dsb). Perjalanan ini tentu menambah kehausan Yesus.
· Ia dicambuki dan dipukuli dan dimahkotai dengan duri. Semua ini menim-bulkan luka-luka yang mengeluarkan darah/cairan tubuh sangat banyak, dan ini juga pasti menimbulkan kehausan yang luar biasa.
· Ia harus memikul kayu salib yang cukup berat sejauh kurang lebih 1 km. Ini pasti menyebabkan Ia mengeluarkan banyak keringat, dan ini menam-bah kehausanNya.
· Ia disalibkan mulai pukul 9 pagi (Mark 15:25). Memang mulai pukul 12 siang terjadi kegelapan (Mark 15:33), tetapi mulai pukul 9 pagi sampai pukul 12 siang Ia boleh dikatakan dijemur di panas matahari yang terik.

Semua hal di atas ini sudah pasti memberikan kehausan kepada Yesus, dan ini bukanlah kehausan biasa, tetapi suatu kehausan yang bukan main hebatnya. Dan semua ini sesuai dengan nubuat Maz 22:16 yang berbunyi: "lidahku melekat pada langit-langit mulutku" (Catatan: bacalah seluruh Maz 22 itu, khususnya ay 2,8-9,17b,19 dan saudara akan melihat dengan jelas bahwa itu adalah Mazmur tentang salib).
Bahwa Maz 22:16 itu menggunakan istilah ‘lidah yang melekat pada langit-langit mulut’, jelas menunjukkan kehausan yang luar biasa, dimana seluruh mulut betul-betul kering sehingga lidah melekat pada langit-langit.
Mengapa Yesus harus mengalami kehausan? Tidak cukupkah penderitaan cambuk dan salib yang Ia alami? Untuk ini saudara perlu ingat bahwa kalau orang masuk neraka (lautan api) maka sudah pasti ia akan kehausan luar biasa (bandingkan dengan kata-kata/ seruan orang kaya di dalam neraka kepada Abraham dalam Luk 16:24 yang berbunyi: "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, karena aku sangat kesakitan dalam nyala api ini").
Karena Yesus saat ini sedang memikul seluruh hukuman dosa manusia, maka jelas bahwa Ia harus memikul juga kehausan yang luar biasa yang seharusnya kita alami di neraka.
Persoalan/pertanyaan yang lain ialah: mengapa Ia lalu meminta minum dengan berkata ‘Aku haus’? Apakah hal ini tidak mengurangi penderitaanNya sehingga Ia tidak memikul 100 % hukuman dosa kita?

Ada 3 hal yang perlu diberikan sebagai jawaban:

1) Yesus meminta minum dengan tujuan supaya Firman Tuhan digenapi.

Perhatikan Yoh 19:28 yang berbunyi: "berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - ‘Aku haus!’.
Kitab Suci yang mana? Jawabnya adalah Maz 69:22b yang berbunyi: "Pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam". Ingat bahwa ini juga merupakan suatu nubuat yang berhubungan dengan Mesias / Yesus.
Jadi, Yesus meminta minum dengan tujuan supaya nubuat Firman Tuhan tentang diriNya bisa digenapi. Kalau Firman Tuhan itu digenapi maka:
· Allah dipermuliakan. Sebaliknya kalau Firman Tuhan tidak terjadi, maka tentu saja Allah dipermalukan.
· Orang bisa percaya bahwa Ia memang adalah Mesias. Sebaliknya kalau nubuat tentang Mesias itu ternyata tidak tergenapi dalam diri Yesus, bagaimana mungkin orang akan percaya bahwa Yesus adalah Mesias?
Jadi, ditengah-tengah penderitaanNya yang luar biasa (sedang terpancang di kayu salib), Yesus tetap mengingat, memikirkan, menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu:
· Bagaimana Allah bisa dipermuliakan.
· Bagaimana orang-orang bisa percaya kepada Dia dan diselamatkan.

2) Kristus minta minum supaya Ia bisa meneriakkan kata-kata ‘Sudah selesai’ (ay 30), yang mempunyai arti sangat penting bagi kita, supaya kita tahu tentang kesempurnaan penebusan Kristus bagi dosa kita.

Tanpa minuman itu, mulut, lidah, dan tenggorokan Yesus yang sangat kering karena kehausan yang luar biasa itu, tidak akan bisa mengucapkan kata-kata itu.

3) Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa semua sudah selesai.

Perhatikan sekali lagi ay 28 yang berbunyi: "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus’".

Jadi, setelah penebusan yang Ia lakukan sudah cukup untuk menebus dosa kita, barulah Ia berkata ‘Aku haus’. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini:

"Now, it ought to be remarked, that Christ does not ask any thing to drink till all things have been accomplished ... No words can fully express the bitterness of the sorrows which he endured; and yet he does not desire to be freed from them, till the justice of God has been satisfied, and till he has made a perfect atonement" (= Harus diperhatikan, bahwa Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua telah selesai/tercapai ... Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh kesedihan yang ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai keadilan Allah telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan yang sempurna).

Tetapi bagaimana mungkin penebusan dosa sudah selesai, padahal Ia belum mengalami kematian? Calvin berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata ‘Sudah selesai’ itu dengan memperhitungkan kematianNya yang akan terjadi. Atau ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘sudah selesai’ adalah penderitaan aktifNya dalam memikul hukuman dosa.

III) Tanggapan kita.

1) Percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan.

Yesus sudah memikul seluruh hukuman dosa saudara, dan Yesus sudah memikul kehausan yang luar biasa yang seharusnya saudara alami di neraka. Karena itu, kalau saudara mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, saudara tidak mungkin bisa dihukum lagi oleh Allah. Ini sesuai dengan Roma 8:1 yang berbunyi: "Demikianlah sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus".
Tetapi sebaliknya, kalau saudara tidak mau sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tidak jadi soal apakah saudara itu orang kristen KTP atau kafir, pergi ke gereja atau tidak, sudah dibaptis atau belum, berusaha mentaati Firman Tuhan atau mengabaikannya, saudara tetap akan menangguing hukuman dosa saudara sendiri dengan masuk neraka sampai selama-lamanya, dan mengalami kehausan yang luar biasa yang memang layak saudara dapatkan!

2) Tirulah teladan Yesus, yang dalam keadaan sangat menderita sekalipun, tetap mengingat, memikirkan, menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu:

a) Bagaimana supaya Allah bisa dipermuliakan.
Ini seharusnya menjadi tujuan hidup dari setiap orang kristen.
1Kor 10:31 berbunyi: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah".
Penerapan:

· kalau saudara pergi berbakti di gereja, atau kalau saudara melayani Tuhan, atau kalau saudara memberikan persembahan, apakah saudara melakukannya hanya sebagai suatu kebiasaan, atau karena saudara ingin memuliakan Allah?
· kalau saudara membuang dosa/mentaati Tuhan, apakah saudara melakukannya hanya karena takut dihukum atau karena saudara melakukannya untuk kemuliaan Tuhan?
· hal-hal yang kelihatan remeh dan bersifat jasmani seperti makan dan minumpun (juga belajar, bekerja dsb) harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah. Kalau saudara makan hanya demi memuaskan nafsu makan saudara, apalagi kalau saudara makan tanpa mem-pedulikan apakah makanan itu merusak kesehatan saudara atau tidak, pada hakekatnya saudara sudah berdosa! Makanlah supaya bisa sehat/pilihlah makanan yang menyehatkan diri saudara, supaya dengan kesehatan itu saudara bisa lebih memuliakan Allah.

b) Bagaimana orang banyak bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya supaya orang yang belum percaya bisa percaya:
· Berdoa dengan tekun untuk pertobatan mereka.
· Memberitakan Injil kepada mereka.
· Berusaha memberikan kesaksian hidup yang baik, supaya jangan justru menjadi batu sandungan bagi mereka.
· Mengajak mereka ke gereja yang benar dan Injili!


3) Memberikan yang terbaik kepada Tuhan.

Jangan meniru tentara Romawi yang memberi anggur asam kepada Yesus (ay 29). Sebaliknya, berikanlah yang terbaik kepada Tuhan. Ini berlaku untuk bermacam-macam hal seperti:

a) Memberikan uang kepada Tuhan.
Banyak orang kristen yang kalau mau memberi persembahan selalu bingung mencari uang kecil. Apakah pengorbanan Kristus pantas saudara balas dengan uang kecil? Memang kalau saudara adalah orang miskin yang hanya mempunyai uang kecil, maka persembah-kanlah uang kecil itu kepada Tuhan, Tuhan pasti menerimanya (bdk. Luk 21:1-4). Tetapi kalau untuk makan, pakaian, membangun rumah, hobby, dsb saudara bisa mengeluarkan uang besar, tetapi hanya mau mengeluarkan uang kecil untuk Tuhan, itu betul-betul keterlaluan.

b) Memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk Tuhan.
Ada orang kristen yang pada pagi, siang, sore tidak berdoa membaca Firman Tuhan, dan baru melakukannya pada malam hari setelah tenaga dan pikirannya sudah mencapai titik terendah. Orang seperti ini memberikan waktu, tenaga, pikiran yang terjelek untuk Tuhan. Bukankah sebaiknya kita melakukan doa/saat teduh pada pagi hari, dimana kita ada dalam keadaan paling segar?

c) Memberikan diri/hidup kita untuk Tuhan.
Banyak orang yang pada waktu masih muda menggunakan dirinya/hidupnya untuk diri sendiri. Baru pada saat sudah tua dan hampir mati, ‘menyerahkan dirinya’ untuk Tuhan.
Ada juga orang kristen yang setelah lulus SMA, lalu berusaha masuk ke Universitas. Tetapi karena tidak diterima di mana-mana, akhirnya ia ‘menyerahkan dirinya’ untuk masuk sekolah Theologia / melayani Tuhan!

d) Memberikan anak kepada Tuhan.
Ada orang tua kristen yang mempunyai beberapa anak. Mereka keberatan kalau anak-anaknya yang pandai menjadi hamba Tuhan, tetapi mereka mau menyerahkan anaknya yang bodoh untuk menjadi hamba Tuhan.

IV) Penutup / kesimpulan:

Untuk saudara yang belum percaya kepada Yesus, janganlah menunda! Percayalah sebelum terlambat.

Untuk saudara yang sudah percaya: tirulah teladan Kristus dan berikan yang terbaik kepada Tuhan.
==== AMIN ====

Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba- Ku".

Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.