Kamis, 19 Maret 2009

Mengapa Orang Lain Diberkati

Pernahkan kita memperhatikan satu keluarga yang begitu pelit, begitu susahnya berbagi dan membantu orang yang berkesusahan hidupnya semakin baik atau semakin kaya? Bukannya semakin kaya atau semakin baik namun malah hal sebaliknya yang terjadi, keluarga itu malah semakin menderita, semakin miskin dan bahkan semakin kesusahan dalam mempercukupkan apa yang mereka butuhakan, karena hal itu sudah jelas dikatakan dalam Firman Tuhan yang tertulis dalam Matius 6:27;
“Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”
Namun apabila kita memperhatikan satu keluarga yang begit baik, begitu ramah dan bahkan begitu banyak menampung orang tinggal bersama-sama dalam rumahnya apakah keluarga itu menjadi melarat dan atau menjadi miskin ??
Saya pernah dan bahkan sering melihat rumah-rumah yang tadinya miskin, tadinya tidak memiliki makanan yang bisa dibilang berlebih dan bahkan dikatakan cukup juga tidak, namun bisa memberi tumpangan untuk tinggal bersama-sama dengan mereka dalam satu rumah sederhana, makan seadanya namum bukan semakin kekurangan, bukan semakin melarat akan tetapi malah kehidupan mereka semakin berkelimpahan.
Apabila kita berpikir secara matematika dan melihat dengan mata telanjang kita itu adalah sesuatu hal yang salah atau sesuatu hal yang mustahil karena apabila kita berpikir yang tadinya 3 piring nasi hanya cukup untuk 3 orang saja yang berarti setiap orang mendapat 1 piring nasi namun dengan bertambahnya orang dalam rumah tersebut seharunya 3 piring nasi tadi menjadi dibagi 4 orang berarti hanya kebagian ¾ piring saja setiap orangnya dan bukan tetap 1 piring yang berarti mereka menjadi kekurangan, kelaparan, akan tetapi dari hal apa yang saya perhatikan sangat jauh kenyataannya dari apa yang kita perkirakan tadi, dimana mereka tidak kekurang atau kelaparan tetapi selalu berkecukupn dan bahkan menjadi bekelimpahan.
Karena kejanggalan yang saya lihat dan saya amati dari kisah yang saya utarakan diatas timbul suatu pertanyaan dalam hati, kok bisa seperti itu ya ?? Apa rahasia dibalik hal itu semuanya ? Sebagai jawaban untuk kita semuanya itu bisa kita lihat dan kita baca dalam Alkitab yang tertulis pada Kitab Matius 14 : 15 – 16

14:15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa."
14:16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan."

Murid-murid Yesus meminta kepada Nya agar menyuruh orang banyak itu pergi karena murid-muridNya berpikir dengan pikiran mereka sendiri karena sudah mulai malam dan pasti mereka sudah lapar dan butuh makanan padahal makanan tidak ada untuk disuguhkan. Mereka tidak berkonsultasi dulu dengan Tuhan, tidak bertanya dulu dengan Tuhan. Begitu juga dengan kita dalam menyingkapi sesuatu kita sering berpikir dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri, kita melihatnya dengan mata badani kita dan berkata bagaimana saya sanggup berbagi dengan orang lain sedangkan untuk diri saya sendiri saja masih kurang, bagaiman saya bisa menolong orang lain sedangkan diri saya saja masih butuh pertolongan.
Jadi yang menjadi jawaban dari pertanyaan tadi berdasarkan FirmanNya yang tertulis dalam Kitab Kisah Para Rasul 20 : 35
” Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."

Firman Tuhan ini juga akan lebih dikuatkan atau akan lebih memberikan penjelasan yang lebih lagi apabila kita melihat dari kisah serupa (Lima Roti dan Dua Ikan) yang ditulis oleh Yohanes dalam Kitab Yohanes 6:9
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?
Coba kita bayangkan seandainya anak kecil itu langsung menyembunyikan roti dan ikan yang ada padanya dengan berpikir bahwa untuk dia sendiri semuanya itu mungkin masih tidak cukup (masih kurang), maka semuanya mujijat itu tidak akan terjadi dari apa yang dia (anak kecil) miliki. Namun karena anak kecil itu mau memberi mau membantu maka mujijat yang begitu besar nyata dalam hidupnya.

Firman Tuhan yang menjadi kunci utama dalam hidup kita tentang hal memberi adalah yang tertulis dalam Kitab Lukas 6:38
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

Rabu, 18 Maret 2009

Haruskah Kita Bekerja

Banyak orang yang bisa menyalahtafsirkan akan sesuatu hal yang didengarnya dan atau yang dilihatnya, seperti banyak orang yang mengatakan untuk apa kita capek-capek bekerja, toh apabila kita berdoa kepada Tuhan dengan tulus dan yakin maka semuanya yang kita minta dalam tua tersebut akan dikabulkan dan akan diberikan kepada kita. Hal demikianlah yang bisa mungkin terjadi kepada Orang Kristen yang membaca sepenggal-sepenggal dari ayat Firman Tuhan seperti yang tertulis dalam Kitab Mazmur 2 : 8 yang berbunya demikian;
Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.
Jadi dalam ayat ini jelas kita dapat lihat bahwa dengan berdoa saja kita bisa memiliki segala sesuatu, bukan hanya bangsa-bangsa yang akan diberikan oleh Tuhan kepada kita namun dari ujung yang satu sampai ujung lainnya dari bumi ini akan menjadi kepunyaan kita hanya dengan berdoa tanpa melakukan sesuatu hal yang lainnya.

Jadi sebaiknya kita dalam melihat dan atau membaca sesuatu hal itu kiranya jangan hanya dari satu sisi saja, namun kita harus menelaah lebih dalam dan lebih jauh lagi karena Firman Tuhan juga dalam Kitab Matius 10 : 16;
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular. dan tulus seperti merpati
Dalam ayat ini kita diminta cerdik yang berarti bijak dimana kita harus bisa berpikir lebih jernih, lebih teliti dan lebih telaten dan juga tidak asal menafsirkan akan sesuatu hal tanpa ada data pembanding atau data pendukung lainnya.

Karena apabila kita hanya meminta tanpa suatu usaha berarti kita bisa disamakan dengan orang yang malas padahal untuk orang malas jelas ada ayat Firman Tuhan yang sangat keras menegurnya, mengingatkannya agar orang malas itu berbuat sesuatu hal yang sangat berguna untuk masa depannya atau untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini bisa kita lihat dan kita baca dalam Kitab Amsal 6 : 6-8;
6:6. Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
6:7 biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya,
6:8 ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
Pada ayatnya yang ke 6 kita diminta menjadi orang yang bijak seperti yang telah saya utarakan diatas bahwa kita sebagai Orang Percata seharunya harus bijak dimana kita bisa belajar dari sesuatu hal yang kita baca dan atau kita lihat juga yang kita dengar namun jangan langsung menerima apa adanya dari apa yang kita lihat, dengar atau yang kita baca itu, namun kiranya kita mempelajarinya lebih dalam lagi. Dalam ayat lanjutannya dikatakan orang bijak juga harus bisa melakukan sesuatu hal tanpa suatu komando atau pemimpin tidak ada yang mengatunya namun bisa melakukan sesuatu hal yang Sangay berguna dalam kelangsungan hidupnya.
Digambarkan dalam ayatnya yang ke 8 bahwa semut itu bekerja menyimpan/ menyediakan stock makanannya untuk musim selanjutnya. Dari ayat ini jelas kita lihat bahwa kita tidak disuruh duduk diam dan berdoa saja, namun kita diminta melakukan suatu usa atau pekerjaan agar kita mendapatkan sesuatu untuk kita makan.

Kedua ayat yang kita baca diatas seakan-akan mempunyai arti yang bertentangan, namun keduanya itu adalah satu-kesatuan sebagai arahan dalam kehidupan kita dimana kita harus melakukan sesuatu hal sembari kita bawakan hal yang kita lakukan tersebut dalam Doa Yang Benar kepada Tuhan, maka dengan demikianlah Tuhan akan memberikan hal itu kepada kita.

Selasa, 17 Maret 2009

Mengucap Syukurlah Disegala Hal

Pernahkan saudara melihat seseorang disaat kejayaannya banyak orang yang mendekatkan diri kepadanya, ada yang mengaku saudara, ada yang mengaku teman dan lain sebagainya, namun begitu kejayaannya berakhir mereka menjauh darinya dan bahkan mereka semuanya berkata tidak kenal akan orang tersebut bila mana ada orang yang menanyakannya. Juga sebaliknya disaat orang dalam susah, miskin, melarat sanak saudara, famili, keluarga dekat semuanya menjauh semuanya berkata tak kenal, namun bilamana yang tadinya susah, miskin, melarat nasibnya berubah menjadi orang hebat, orang terpandang dan menjadi orang kaya, merka yang tadinya berkata tidak kenal berubah menjadi mengaku Saudaranya, familinya, keluarga dekatnya.
Kalau kita dari orang miskin menjadi kaya itu adalah perubahan yang cukup senang dan enak karena sudah nasib kita menjadi baik juga keluarga kita yang tadinya menjauh berubah menjadi dekat dengan kita, namun kalau berubahnya dari nasib yang tadinya kaya, terpandang berubah menjadi orang yang miskin, melarat juga terhina dan pasti akan diikuti dengan hilangnya sanak saudara kita, hal inilah yang paling menyakitkan.

Hal serupa bukan hanya dalam kehidupan kita saat ini bisa terjadi, namun pada jaman dahulu kala juga itu sudah sering tarjadi, karena kita bisa melihat dalam Alkitab yang tertulis pada Lukas 15 ayatnya 13 dimana saat sibungsu masih mempunya banyak hartanya, uangnya masih banyak dia ditemanin banyak orang untuk berfoya-foya namun setelah uangnya habis mereka semua menghilang satu persatu, mereka meninggalkan sianak bungsu itu bingung sendirian, kelaparan sendirian, namun diasaat uangnya masih banyak pasti mereka berkata kepada sibungsu, ada yang mengatakan BOSS ada yang mengakatan SOBAT, ada yang mengatakan KAWAN dan lain sebagainya, namun setelah itu semuanya dari mereka seakan-akan tak kenal dengan dia, seakan-akan mereka tidak pernah bertemu dengan dia.

Lebih jelas lagi bisa kita lihat dalam Kitab Ratapan 1:2
“Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorangpun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya”.

Malah ini lebih menyakitkan lagi, kalau tadi diatas saya kasih gambaran hanya menjauh namun dalam ayat ini diungkapkan mereka yang tadinya kekasihnya, sahabatnya, temannya berubah menjadi seterunya, berubah menjadi musuhnya. Bisa kita bayangkan bagaimana sakitnya apabila yang tadinya teman kita berubah menjadi musuh kita alangkah sakitnya perasaan kita karena mereka telah menghianati kita.

Namun sebagai orang percaya apabila hal itu terjadi dalam kehidupan kita, haruskah kita menangis, haruskah kita bersedih meratapi akan apa yang sedang terjadi menimpa hidup kita, saya berkata mestinya kita tidak harus seperti itu dan marilah kita belajar dari pribadinya Ayub (Ayub 1 : 13 – 19)

1:13. Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
1:14 datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
1:15 datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
1:16 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
1:17 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
1:18 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
1:19 maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."

Pencobaan yang begitu besar yang datang dalam kehidupan Ayub dari hartnya bendanya hingga anak-anaknya semuanya habis, apakah dia menangis, apakah dia meraung-raung meratapi nasibnya atau apakah dia menjadi menghujat Tuhan, jawabannya TIDAK, bahkan Ayub memuji Tuhan, hal ini bisa kita lihat pada Ayub 1 : 21 berbunyi demikian;
“katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Jadi apapun yang kita rasakan dalam kehidupan kita, sebaiknya kita mensyukuri, karena semuanya itu adalah milik Tuhan, semuanya itu terjadi atas kehendak atau seijin Tuhan, oleh karena itu setiap yang kita rasakan, setiap hal yang kita hadapi kita serahkan segalanya kedalam tangan Tuhan karena tidak ada kuasa yang melebihi dari kuasa Tuhan.

Senin, 16 Maret 2009

Apa Yang Kita Tanam Itu Yang Kita Tuai

Pernahkan kita mendengar kata “tak jauh buah jatuh dari pohonnya” kalau dalam bahasa daerah dari medan mengatakan “dang dao tubis sian bonana” yang mengartikan dalam kehidupan keseharian kita bahwa perelaku anak itu tidak jauh beda dan bahkan kerap sama dengan kelakuan dari orang tuanya.
Seorang anak jika berbuat sesuatu yang salah selalu yang jadi bahan pertanyaan dari orang banyak adalah “anak siapa itu” atau “siapa bapaknya itu”, dari sini bisa kita lihat betapa malunya seorang bapak/orang tua kalau anaknya berperilaku yang tidak baik/jahat.
Namun disisi lain kita dapat melihat jika mana seorang anak berpredikat “pintar, baek, rajin dan sebagainya yang merupakan hal-hal baik” orang tidak langsung bertanya itu anak siapa, atau siapa orang tuanya itu tetapi orang itu pasti lebih dahulu berujar “berbahagialah orang tua yang memperanakkan dia” atau “bahagianya orang tuanya dia itu” baru setelah itu orang-orang bertanya anak siapa itu ya dan selalu diikuti lagi dengan kata “bahagianya orang tuanya mempunyai anak seperti itu
Dari kedua hal diatas bisa kita lihat peranan anak untuk mengangkat martabat dari orang tua dan atau sebaliknya, dan juga setidaknya tingkah laku atau perbuatan seorang anak bisa menggambarkan kehidupan orang tuanya kepada orang yang tidak mengenal mereka.
Tetapi bukan hanya kehidupan anak yang bisa menghancurkan citra dari orang tua, namun kehidupan masalalu yang baik dari orang tua (nenek moyang) dari sianak juga bisa mengangkat martabat dari sianak dan juga kehidupan jahat/kotor dari orang tua (nenek moyang) bisa menghancurkan masa depan dari sianak tersebut.
Banyak anak sekarang tidak diterima menjadi PNS hanya karena citra dari orang tua/leluhurnya yang ex. PKI yang salah satu ORMAS terlarang di Negara tercinta ini padahal dalam kehidupan kesehariannya begitu baik, patuh dalam beragama, namun hanya karena kehidupan masalalu dari orang tuanya/leluhurnya dia tidak bisa diterima bermasyarakat, namun ada sebaliknya karena nama baik, nama besar dari orang tuanya/leluhurnya yang begitu dikagumi oleh banyak orang hingga banyak tawaran dari sana-sini untuk sebuah pekerjaan untuk dia padahal kepintaran dia biasa-biasa saja.

Hal ini juga dapat kita lihat dalam Firman Tuhan (Alkitab) yang tertulis pada kitab Amsal pasalnya yang ke 17 ayatnya yang ke 6.

“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka”.

Dari ayat ini bisa kita lihat bahwa peran anak itu untuk martabat orang tua/nenek moyang mereka sangat besar hingga digambarkan sebagai mahkota, yang mana kita tahu bahwa mahkota itu bukan ditaruh di kaki dan juga bukan di pinggang atau juga bukan di pundak melainkan diletakkan di kepala, yang berarti mahkota adalah tingkatan yang paling tinggi dari setiap orang. Namun kelakuan anak itu banyak terpengaruh dari bagaimana sang orang tua dalam membimbing, membina dan menuntun cara hidup dari sianak mulai sejak kecil hingga dewasa. Sangat jarang (bukan tidak ada) anak yang sudah dididik, dituntun, dibina dalam tatakrama kehidupan yang begitu baik sejak kecil hingga besar (dewasa) jadi mencoreng muka/martabat dari orang tuanya. Anak-anak yang jatuh dalam Lumpur dosa biasanya adalah orang-orang yang didikannya salah mulai sejak kecil, kurang perhatian hingga ingin menemukan jati dirinya. Untuk itu jika kita sudah berpredikat sebagai orang tua marilah kita menjadi orang tua yang benar bagi anak-anak kita, kita tuntun mereka dalam perilaku kehidupan yang benar, kita ajak mereka mengenal kehidupan yang penuh sopan santun, kebajikan dan lain sebagainya dan bahkan kalau memungkinkan jadilah kita sahabat atau teman disamping sebagai orang tua bagi anak-anak kita.
Namun bagiamana kita bisa mengarahkan anak-anak kita agar bisa mereka kelak menjadi mahkota yang indah dalam hidup kita dan bukan menjadi mahkota duri, maka kita harus terlebih dahulu menjadi contoh, tauladan bagi mereka. Jangan sekali-kali kita mengajak, menyarankan mereka jangan mabuk padahal kehidupan kita sebagai orang tua sering bahkan selalu mabuk-mabukan. Bagaimana kita bisa melarang anak kita biar mereka tidak merokok sedangkan kita saat melarang itu saja sudah kita hembuskan, kita tiupkan asap rokok kepada mereka atau lain sebagainya.
Jadi kalau kita menginginkan anak kita berbuat sesuatu yang baik maka sebaiknya terlebih dahululah kita contohkan hal tersebut kepada mereka, biar akhirnya nanti kita juga sebagai orang tuanya menjadi kehormatan bagai anak-anak kita.
Karena ada juga Firman Tuhan dalam Kitab Galatia 6 : 7

“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”.

Jadi kalau kita sudah samaikan, kita tanamkan hal-hal yang baik, kebajikan kepada anak-anak kita, pastilah hal-hal yang baik, kebajikan juga yang akan kita tuai, kita dapatkan kelak. Kita berbuat baik maka itu akan menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak kita dan sekaligus menjadi kehormatan bagi anak-anak kita nantinya karena pasti orang-orang melihat dan orang-orang pasti tau apa yang telah kita perbuat.

Sekali lagi saya ingatkan bahwa seperti Firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal tadi bahwa Anak-anak kita adalah mahkota bagi kita, dan kita menjadi kehormatan bagi mereka, kalau kita sebagai orang tua tidak menjadi orang yang dihormati orang lain bahkan telah menjadi bahan cacian banyak orang, berarti kelak karena kelakuan kita itu maka anak-anak kita akan menjadi orang tidak terhormat dimata banyak orang, oleh karena itu marilah kita jadikan diri kita, hidup kita manjadi kehormatan bagi anak-anak kita yang pasti besar pengaruhnya nanti menjadikan anak-anak kita itu menjadi sebuah mahkota yang indah dan berharga dalam kehidupan kita.
Ingat Buah Jatuh tak jauh dari pohonnya atau seperti dikatakan Filsafat orang Medan (batak) DANG DAO TUBIS SIAN BONANA MOLO DAO DIHARAT PINAHAN, yang bahasa indonesia langsungnya adalah “Tak jauh tunas bambu (rebung) numbuh dari batangnya (kumpulan bambunya), kalau jauh pasti dimakan babi”.
Untuk itu jadilah kita contoh bagi anak-anak kita sebagaimana kita menginginkan mereka kelak.

Jumat, 06 Maret 2009

Banyak Yang Tidak Suka Dengan Kita

(Matius 26 : 57 – 63)

26:57. Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua.
26:58 Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu.
26:59 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati,
26:60 Tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang,
26:61 Yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."
26:62 Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
26:63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."

Dari ayat yang tertera diatas bisa kita mengambil tema “Banyak Yang tidak Suka “, jika kita lihat dari ayat 59, dimana para Imam Kepala bahkan seluruh Mahkamah Agama mencari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan menghadirkan akan sebuah kesaksian palsu, Supaya Ia dapat dihukum mati. Berarti sungguh luar biasa rasa ketidaksukaan para Imam dan Mahkamah Agama kepada Yesus Kristus.

Demikian juga dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dalam ruang lingkup pekerjaan, tempat tinggal kita dan bahkan ada yang bisa terjadi di gereja tempat kita beribadah. Mungkin di tempat kita kerja karir atau gaji kita bisa lebih cepat naiknya dari teman-teman kita itu bisa mengakibatkan ketidaksukaan dari mereka atau mungkin karena dari sudut pandang mereka melihat kita lebih disukai atau lebih disayang dari pimpinan kita memungkinkan mereka tidak suka pada kita yang mangakibatkan mereka memusuhi kita, mereka mencari-cari kesalahan kita, namun apa yang haru kita perbuat ???

Bagaimana sikap dan tindakan kita seharusnya menghadapi hal seperti ini ?

Jika kita melihat pada ayatnya yang ke 57 - 59, dimana ketika Yesus dihadapan dengan Iman Besar Kayafas dan para tua-tua, Imam-imam besar menuduhkan beberapa perbuatan-perbuatan yang salah yang telah dilakukan oleh Yesus yang walaupun semuanya itu adalah kesaksian palsu yang bertujuan bisa membuat Yesus dihukum mati.

Tapi apa yang Yesus lakukan ? kita lihat ayat 63, DIA TETAP DIAM.

Tetap DIAM mungkin inilah sebuah solusi yang tepat ketika teman kita tidak suka dengan kita, ketika teman kita cemburu melihat keberhasilan kita, ketika teman kita tidak suka melihat kebaikan pimpinan kita kepada kita dan atau mungkin ketika pimpinan kita memarahi tanpa tahu sebabnya. Atau yang lebih mujarab lagi BERPIKIR POSITIF saja, seperti tertulis pada Mazmur 37:7. Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia (Tuhan).
Mungkin teman kita ingin seperti kita, mendapatkan perlakuan yang sama dengan kita, yang mungkin atasan kita sedang ada masalah di rumah atau dimana pun yang mengakibatkan berimbas kemarahan lepada kita tapi lebih baik lagi apabila kita berdoa seperti tertulis pada II Raja-raja 4 : 33; “Sesudah ia masuk, ditutupnyalah pintu, sehingga ia sendiri dengan anak itu di dalam kamar, kemudian berdoalah ia kepada TUHAN”.
Kita doakan teman kita itu kiranya pimpinan kita memperlakukan mereka sama dengan kita, kita doakan pimpinan kita apabila ada suatu masalah yang sedang dia hadapi entah masalah apapun itu biarlah kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan jalan keluar dari permasalahan yang sedang dia hadapi.
Hal seperti inilah yang harus kita lakukan apabila ada yang tidak suka dengan kita, ada yang sedang marah dengan kita, jangan sekali-kali kemarahan kita balaskan dengan kemarahan atau kebencian kita balas dengan kebencian, ketidak sukaan kita balaskan dengan ketidak sukaan lagi, namun marilah kita lakukan seperti yang tertulis pada Matius 5:39 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”.
Dimana Tuhan Yesus mangajarkan kepada kita agar kejahatan jangan kita balas dengan kejahatan, tetapi marilah kita balas dengan kebaikan dengan cara mendoakan mereka biar bisa keluar dari permasalahan yang sedang terjadi atas mereka.

Banyak hal yang menyebabkan orang tidak suka dengan kita salah satunya adalah karena iri, seperti saya ungkapkan diatas mungkin mereka iri karena banyak hal yang mereka anggap janggal yang terjadi pada kita ingá kita lebih diuntungkan menurut sudut pandang mereka. Kita bisa melihat pada Yakobus 3 : 16. “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat”.

Berarti sikap iri hati sangat berbahaya, dimana dapat menimbulkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.Berhati–hatilah jika keberhasilan orang lain mulai membuat kita iri hati, atau ketika keinginan untuk hidup bagi diri sendiri mulai menguat dalam hidup kita. Hal itu seperti tetesan air dalam jumlah kecil yang berpotensi menjadi besar dan akan menjatuhkan iman, semangat, menumpulkan hati nurani, membunuh karakter dan pada akhirnya dapat menghancurkan hidup kita.

Jangan pernah menganggap remeh benih iri hati bersemi di dalam hati dan pikiran kita. Buanglah segera mungkin sebelum terlambat dan kita mendapati kalau hidup kita hancur karenanya.

Maka dari itu orang seperti ini jangan kita musuhi dan jauhi, mereka butuh pertolongan kita. Banyak hal dapat kita lakukan untuk menolong orang seperti ini, bawa dalam doa kita supaya hatinya disukacitakan oleh Yesus Kristus.

Mungkin kita balik lagi ke awal kembali pada Matius 26 : 59, dimana para Imam–Imam Kepala, dab bahkan seluruh Mahkamah Agama dapat melaksanakan tugasnya dengan mantap untuk mengeluarkan keputusan terakhir, tapi perlu kita ingat bahwa semuanya itu mereka lakukan karena mereka terasa tersingi karena pengikut Tuhan Yesus sungguh sangat cepat dan sangat luar biasa perkembangannya yang berarti itu semuanya karena iri hati, dan mengakibatkan mereka bekerja tanpa hati nurani.

Karena kita tahu mereka adalah orang yang paling terakhir yang harusnya paling bijaksana dalam menentukan keputusan di Mahkamah Agama, tapi karena :

ketidak sukaannya kepada Yesus Kristus
didasari iri hati, cemburu karena melihat keberhasilan Yesus Kristus dalam menjangkau murid – muridNya dan banyak yang mengikutiNya
ketakutan para Imam akan posisi mereka di dalam masyarakat, mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil suatu kesaksian palsu agar bisa menyingkirkan Tuhan Yesus dengan cara menghukum mati.

Kita sebagai anak-anak Tuhan Yesus marilah kita menunjukkan bahwa kita benar-benar telah menjadi anakNya dengan menunjukkan sikap kita dimanapun kita berada, dimanapun kita berjalan dan dimanapun kita bekerja, apabila kita sebagai karyawan marilah kita bekerja dengan jujur, tulus dan jangan pernah merasa dengki atau iri hati melihat keberhasilan teman sekerja kita, namun alangkah baiknya kalau kita berusaha dengan jujur dan dengan bekerja keras untuk bisa menggapai suatu hasil seperti mereka karena hal itulah yang membedakan hasil kerja kita dengan sekeliling kita yang tidak mengenal Yesus Kristus (sama halnya dengan Imam-Imam Kepala dan Mahkamah Agama tadi), adalah kita bekerja harus diikuti dengan sikap dan Hati nurani yang sesuai dengan KasihNya,

Sebagai anak-anak Tuhan kita harus punya Buah–Buah Roh yang menetap dalam hati kita masing – masing, kita bisa lihat di GALATIA 5 : 22 – 23. “

Tetapi Buah Roh ialah : Kasih, Sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri., karena tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

AMIN.

Kamis, 05 Maret 2009

Angkat Tanganmu ... Biar Tuhan Yang Turun Tangan

Markus 10 : 52 ;
Lalu kata Yesus kepadanya, “Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau”

Iman seorang Musafir

Pada suatu hari ada seorang Musafir sedang melintasi gurun pasir Gobi (gurun pasir Mongolia ). Musafir tersebut terlihat kehilangan arah, payah berjalan, dan sudah kehabisan air. Gurun Gobi adalah tempat dimana anda bisa melihat kompas bisa berputar-putar sendiri dan tidak bisa menunjukkan arah. Dengan keluhan dalam hati sang Musafir berkata, “Saya bisa mati di gurun ini, tolonglah saya Tuhan.”
Dengan ketekatan Musafir tersebut berjalan terus. Pada saat haus dan keletihan yang tak terhingga, dia melihat suatu telaga yang cukup untuk diminum. Musafir tersebut lari namun ternyata hanya fatamorgana. Semangat hidupnya kembali pudar dan kembali dia berkata, “Saya bisa mati di gurun ini, tolonglah saya Tuhan.”
Dengan kekuatan yang tertinggal dan semangat yang telah dikumpulkan kembali setelah termanggu-manggu beberapa saat, berjalanlah kembali Musafir tersebut dengan iman yang baru. Pada waktu berjalan kira-kira satu jam, Musafir melihat semacam pondok kecil dengan pompa air tangan. Musafir bergegas memompa pompa itu dan memompa dan memompa namun tidak air yang keluar selain bunyi derit besi tua pompa yang kering. Dengan nafas yang tersenggal-senggal, mata Musafir akhirnya bertatapan dengan sebotol air dengan label yang tertulis “tuangkan air ini ke pompa tersebut.”
Dalam hati Musafir yang sudah sangat kehausan tersebut berkata, “enak aja suruh buang percuma, mending saya minum aja!,” namun ada suara hati lain yang mengatakan “turuti apa yang tertulis di label itu.”
Terjadilah perang batin antara mau diminum atau dituang ke pompa. Setelah DOA SEBENTAR pikiran Musafir bulat untuk menuang air dalam botol itu ke pompa. Setelah sesaat dituang, kembali Musafir memompa yang awalnya masih berderit namun tidak lama keluarlah air dari pompa tersebut. Musafir tersebut sangat gembira, bisa meminum sepuasnya, bisa mencuci kakinya, bisa mencuci tangan, bahkan membasahi seluruh badannya (mandi).
Setelah segar ia beranjak meneruskan perjalanan, tapi matanya tertuju pada botol yang airnya telah dituang ke pompa. Ia berkata, “aku akan mengisi kembali botol ini dengan air dan bisa untuk digunakan Musafir yang lain. Bukan air dalam botol ini yang menyelamatkan saya namun iman untuk memberi yang telah menyelamatkan saya.”

Dari cerita diatas bisa kita lihat bahwa KUASA TUHAN itu jauh sangat besar dari apa yang ada dalam pikiran kita, kalau seandainya kita yang ada dalam cerita diatas mungkin kita akan berpikiran sama dengan pemikiran awal dari musafir tersebut, “saya sudah haus kok malah disuruh menuangkan ke pompa itu lagi” memangnya saya orang bodoh, memangnya saya orang bego dan sebagainya, mungkin hal-hal serupa itu yang timbul dalam pemikiran kita karena kita mengandalkan kekuatan kita sendiri.

Juga bisa kita lihat hal-hal yang sangat tidak masuk akal pada kehidupan Elia yang ada di I Raja-raja 17 ayatnya 10 – 16 dimana ada seorang janda yang mempunyai seorang anak yang mengalami krisis ekonomi total di negrinya sedang mengumpulkan kayu bakar untuk pengolahan bahan makanan yang paling terakhir dari sisa bahan makanan yang mereka punya.
“ayat 12”;
“Perempuan itu menjawab:”Demi TUHAN, Allahmu yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api kemudian aku mau pulang dan mengulahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati”.

Disini kita bisa melihat ketidak berdayaan dan juga keputus asaan dalam menghadapi suatu permasalahan. Sering kita berkata; Tuhan saya sudah tidak tahan lagi dengan penderitaan ini, saya sudah tidak mampu lagi menanggung pencobaan ini, Tuhan mengapa Engkau berikan pencobaan begitu berat kepadaku, lebih baiklah Tuhan ambil nyawa yang telah Kau berikan ini biar semua derita ini selesai, namun kita tidak duduk tenang dan berdoa seperti yang dilakukan oleh musafir tersebut, yang berdoa kepada Tuhan dan selalu menyerahkan segala sesutunya kepada Tuhan “Saya bisa mati di gurun ini, tolonglah saya Tuhan.” Karena tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong kita dimanapun kita berada, sebab Tuhan itu ada dimanapun kita berada asal kita berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dan mendengarkan suara Tuhan dan percaya sepenuhnya kepada firman Tuhan.

I Raja-raja 17:13 “Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu”.

Kalau dengan akal pikiran manusia hal ini tidak akan pernah kita lakukan, mengingat tepung itu sendiri sudah sangat sedikit begitu juga dengan minyak yang buat ibu janda dan anaknya itu sendiri saja masih kurang apalagi harus dibuat terlebih dahulu buat Elia. Mungkin kalau ada orang yang berkata demikian kepada kita mungkin saja sudah kita usir atau bahkan akan kita caci maki karena sangat mementingkan diri sendiri, namun ibu janda itu berkata lain dari sifat manusia pada umumnya karena dia percaya akan firman Tuhan karena yang berbicara kepada dia saat itu adalah Hamba Tuhan.

14. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15. Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Dari dua hal yang terjadi diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa bagaimanapun beratnya beban atau penderitaan yang sedang kita hadapi janganlah sekali-kalai kita mengandalkan pikiran kita sendiri apalagi menyalahkan Tuhan, namun sebaiknya kita berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan, kita ambil saat teduh sebentar untuk berbicara dengan Tuhan, meminta petunjuk dan pertolongan kepada Tuhan, dengarkan suara Tuhan, percaya akan janji Tuhan, angkatlah tanganmu didepan Tuhan biar kiranya Tuhan Turun tangan kepadamu, kepada masalah yang sedang kita hadapi. Karena kalau kita Turun tangan mungkin Tuhan akan Angkat Tangan akan masalahmu, tetapi kalau kita sudah Angkat Tangan akan masalah kita dan kita berserah sepenuhnya hanya kepada Tuhan, yakinlah baha Tuhan akan selalu Turun Tangan akan masalah yang kita hadapi

Minggu, 01 Maret 2009

Rancangan Tuhan Sungguh Indah Dalam Hidup Kita

Waktu saya baru berangkat merantau ke Jakarta bulan Januari tahun 1991 dengan bermodalkan ijazah SMEA ditambah sedikit ilmu komputer (WS, Lotus) tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk mencari lapangan pekerjaan. Saudara/Abang saya bekerja sebagai Sopir dan Kernet Metromini di daerah Cilincing-Tanjung Priok. Karena sudah melamar kesana-kemari tidak mendapatkan sebuah lapangan pekerjaan, dengan terpaksa saya ngikut teman dari Abang ngenekin metromini namun tidak berapa lama dan tidak tau persis apa penyebabnya tiba-tiba ada pengemudi mobil berhenti mendadak di depan kami langsung marah dan memukul saya hingga menyebabkan mulut dan muka saya sakit yang tidak tanggung-tanggung, hingga akhirnya Abang saya menyarankan biar saya berhenti saja ngenekin, dan menyarankan saya biar mencoba lagi melamar pekerjaan dan berkat bantuan dari Saudara Jauh saya bisa masuk bekerja di sebuah Bengkel Bubut di daerah Cakung. Padahal saya lulusan dari SMEA jurusan Administrasi disuruh bekerja di Bengkel Bubut sama sekali saya tidak mengerti apa-apa dengan mesin dan akhirnya saya dikasih pekerjaan yang sangat membutuhkan tenaga yang kuat yaitu membuka/ menghancurkan baut-baut yang sudah karatan namun demi mempertahankan hidup di rantau orang terpaska saya lakonin dengan sabar.

Mungkin karena kesabaran saya melakoni setiap pekerjaan yang diberikan kepada saya, hingga ada teman kerja di bengkel tersebut dengan telaten mengajari saya untuk mengoperasikan sebuah mesin untuk membuat lobang Sepi dan untuk mesin Skrap dan setelah saya hampir bisa mengoperasikan mesin tersebut teman kerja ini juga kebetulan mendapatkan pekerjaan di tempat lain, sehingga di mempercayakan mesin ini kepada saya yang sedang melakukan finishing dari suatu pekerjaan yang mungkin akan medapatkan insentive yang ukuran saat itu (1992) cukup besar, namun setelah sepeninggal dari teman ini tiba-tiba Supervisor membentak saya dan berkata "tidak ada hak kamu memegang mesin itu" dan langsung menyuruh adeknya dari mesin yang lain melanjutkan pekerjaan yang sudah hampir selesai dan akhirnya adeknya yang mendapatkan insentif dari pekerjaan yang telah kami lakukan. Karena jengkel dan kesalnya sempat juga terjadi Adu mulut yang akhirnya saya mengangkat sebuah mesin gerinda yang cukup besar dan menghidupkannya hingga si Supervisor lari terbirit-birit ke Ruang kantor pimpinan dan akhirnya pimpinan dari perusahaan/bengkel tersebut mengetahui duduk permasalahan hingga menyarankan insentive tersebut diserahkan sebagian kepada saya dan tetap memegang mesin tersebut karena dinilai oleh pimpinan tersebut saya sudah layak mengoperasikannya.

Namun karena saya dan Supervisor sudah sempat terjadi pertengkaran yang sedemikian rupa yang mungkin sudah sangat sulit bisa terjadi kerjasama untuk hari-hari selanjutnya sehingga saya memutuskan untuk berhenti bekerja yang sebenarnya pimpinan dari perusahaan/bengkel tersebut tidak mengijinkan saya dengan menyarankan pindah ke bagian/devisi lain, namun tetap saya memilih untuk berhenti saya.

Masih banyak kejadian-kejadian yang sangat menyakitkan saat bekerja di tempat lain, setelah saya keluar dari Bengkel tersebut saya bekerja di Toko Sepatu di daerah Tangerang "animo" hampir setahun lebih saya tidak pernah bisa ke Gereja karena setiap hari tanpa libur harus bekerja dari jam 8.00 - jam 21.00 sehinga tidak ada kesempatan untuk beribadah ke Gereja kapanpun, namun pas di Hari Natal saya tidak masuk kerja karena berpikir masa Natal saja saya tidak bisa ke Gereja, namun begitu masuk esok harinya karena pas tanggal gajian ternyata gaji saya langsung ada pemotongan karena tidak masuk kerja 1 hari (Natal), karena hati dan pikiran saya tidak bisa menerima kenyataan itu langsung dengan spontan saya berkata okelah sampai hari ini jugalah saya bekerja di sini dan dengan rasa kaget juga pemilik dari toko itu menjelaskan karena demikianlah peraturan yang ada dan dengan janji akan membayarkan kembali gaji yang di potong itu, namun dengan bersih kukuh saya menyatakan berhenti dan kembali lagi saya harus menjadi pengangguran.


Tuhan memang membuat Rancangan Yang Indah dalam hidup kita, seperti yang tertulis di Yeremia 29 : 11
"Sebaba Aku ini mengetahui rancangan-randangan apa yang ada pada_ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan".


Tuhan tidak membiarkan saya terlalu lama dengan PENGANGGURAN dan langsung Tuhan mengirimakan hambanya memberikan sebuah lapangan pekerjaan bagi saya, persisnya Oktober 2004 saya dimasukkan oleh Hamba Tuhan di sebuah Yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan sebagai Staff di bagian kepegawaian di daerah Kebayoran Lama, dari sejak inilah semakin jelas tangan Tuhan itu selalu membimbing anak-anakNya yang selalu patuh dan setia kepadaNya. Sejak saya masuk bekerja di Yayasan ini dan tinggal di rumah Hamba Tuhan yang memberikan saya bekerja dan selalu membimbing saya untuk selalu tekun dalam Doa. Namun tetap saja ada tantangan dan rintangan yang menghadang jalan-jalan anak Tuhan, di saat saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah (kuliah) langsung saja pimpinan saya memindahkan saya ke cabang lainnya yang jaraknya lumayan jauh dari tempat rencana saya kuliah dan tempat saya nompang hidup dan kalau melihat dari gaji yang saya terima tidak akan cukup saya bagi-bagi untuk biaya makan dan trasport dan uang kuliah walaupun dengan sehemat apapun juga dan akhirnya saya menelepon teman kerja sebelumnya yang sudah mendapatkan pekerjaan di tempat lain untuk menanyakan kemungkin ada tidaknya lowongan di tempat dia bekerja, ternyata tangan Tuhan begitu baik dan mengijinkan saya bekerja di tempat teman ini bekerja yang hingga akhirnya saya bisa kuliah dan menggapai gelajar S-1 Ekonomi.

Dari kejadian-kejadian inilah saya semakin menyadari bahwa tangan Tuhan tidak terlalu pendek untuk menolong kita dan Tuhan itu benar-benar tidak pernah membuat suatu rancangan malapetakan dalam kehidupan anak-anakNya, tergantung bagaimana cara kita menyingkapi dan memandang dari permasalahan yang sedang kita hadapi, karena tidak sedikit dari teman-teman saya yang waktu ngenekin di Tanjung Priok tersebut yang menjadi Narkoba, Narapidana dan hingga mati terbunuh karena ketahuan mencuri/menodong.

Oleh karena itu, dengan perantaraan tulisan ini saya mengharapkan kepada kita semua untuk menyingkapi dengan baik dari setiap kejadian-kejadian yang terjadi dalam kihidupan kita, dan tetaplah kita bisa mengucap syukur dari segala hal yang terjadi.