Kamis, 26 Februari 2009

Bersyukurlah maka kamu bisa berkata CUKUP

"CUKUP ITU BERAPA SIH ??"
Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.
"Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucap-kan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan kita biarkan kerakusan membuat kita sulit berkata cukup.Marilah kita belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata "Cukup"

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata cukup".
Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun uang emas bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata "cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua kita pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target yang diharpakannya. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati, serta orang tua menganggap anak-anaknya kurang patuh kepada mereka.

Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.

Terkadang Kita berkata ;
Aku tak suka bibirku..kurang seksi. Aku ingin seperti Angelina Jolie.
Di saat yang sama seseorang berharap...
Tuhan, berikanlah aku bibir yang normal...

Terkadang Kita berkata ;
Aku ingin mataku berwarna biru..Akan lebih cantik bila aku punya mata berwarna biru..
Di saat yang sama seseorang berharap....
Tuhan, kenapa kau tidak berikan aku sepasang mata untuk melihat...

Terkadang Kita berkata ;
Aku harus mengoleskan pewarna dan kurawat jari-jariku agar selalu tampil cantik
Di saat yang sama seseorang bersyukur...
Tuhan, kau hanya berikan aku 4 jari, namun aku mensyukurinya. ..

Terkadang Kita berkata ;
Aku akan ke salon, creambath dan hairspa agar rambutku tampil cantik
Di saat yang sama seseorang menangis...
Tuhan, kenapa aku diberikan kepala dengan ukuran yang berbeda.... Kalau seperti ini, rambut seperti apapun akan terlihat aneh...

Namun marilah kita syukuri bahwa ;

Sesungguhnya tubuh kita adalah hal yang berharga
Tak peduli apapun warnanya, apapun ukurannya, apapun bentuknya...
Syukurilah itu sahabat...
Karena di luar sana masih banyak yang mengharapkan mendapat fisik yang lengkap...
Kau lah ciptaan Tuhan yang terbaik...
Kau yang tampan
Kau yang cantik
Syukurilah itu..walaupun itu hanya sementara...
Sahabat dengarlah...
jutaan orang di luar sana ...
Berharap bisa melihat...
Berharap bisa mendengar...
dan berharap bisa berbicara... .
Seperti kita....

Kita bisa berkata ”CUKUP” apabila kita bisa menSYUKURi akan apa yang sudah kita terima dan sudah kita miliki saat ini.

Kapan Kita Sakit ..... Kapan Kita Sembuh/Pulih

IMANKU SAKIT

Imanku sakit....... ..saat aku menjadi lesu dan jenuh
Imanku sakit....... ..saat aku menjadi tak berdaya
Imanku sakit....... ..saat semangatku pudar
Imanku sakit....... ..saat kasihku mulai luntur
Imanku sakit....... ..saat aku menjadi munafik
Imanku sakit....... ..saat aku salah menaruh harapan dan kurang pengharapan
Imanku sakit....... ..saat aku mengandalkan kekuatanku sendiri
Imanku sakit....... ..saat aku terlalu berfokus pada diri sendiri
Imanku sakit....... ..saat aku menjadi kuatir dan takut
Imanku sakit....... ..saat aku membiarkan diriku terus tertekan
Imanku sakit....... ..saat aku melupakan Tuhan
Imanku sakit....... ..saat aku jatuh dalam dosa & pencobaan
Imanku sakit....... ..saat tak ada ucapan syukur
Imanku sakit....... ..saat aku tidak mengampuni
Imanku sakit....... ..saat aku mengecewakan hati Tuhan
Imanku sakit....... ..saat tak ada Firman Tuhan & Doa
Imanku sakit....... ..saat iman percayaku menjadi kendor & goyah

TETAPI......

Imanku sembuh....
Imanku pulih....
Imanku dibaharui... .
Imanku bangkit....
Imanku kuat....
dan Imanku bertumbuh... .

Saat aku tetap tinggal dekat dengan Tuhan
(Mazmur 73 : 28 - "Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.")

Saat aku tetap dan terus menanti-nantikan Tuhan
(Yesaya 40 : 29 - 31 - "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.")

Saat aku hidup dalam Firman Tuhan
(Roma 10 : 8 - "Tetapi apakah katanya? Ini: ''Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.'' Itulah firman iman, yang kami beritakan.")

Saat aku hidup dalam Doa & Ucapan Syukur
(Kolose 4 : 2 - "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.")

Kolose 2 : 6 - 7
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur."

Saat aku hidup dalam kekudusan
(I Tesalonika 4 : 7 - "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.")