tag:blogger.com,1999:blog-49125146347816698292024-03-13T21:24:40.124-07:00KETEDUHAN JIWA"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
Matius 19:14KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-84261485752611350242009-11-16T17:28:00.000-08:002009-11-16T17:30:45.440-08:00Diberkati Untuk Menjadi Berkat<div align="justify"> </div><div align="justify">ZAMAN ini tepat seperti yang digambarkan oleh Paulus dalam 2 Timotius 3:2: zaman uang. “Manusia akan menjadi hamba uang,” tegas Paulus. Ya, kecintaan akan uang memang telah menggilas habis nurani banyak orang. Dalam surat yang sebelumnya kepada Timotius, Paulus juga telah menyinggung hal ini. Dalam 1 Timotius 6:10, dia berkata: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Sebuah kenyataan yang menggelisahkan.<br /><br />Idealisme nyaris tak tersisa, bahkan jika ada yang memilikinya sering kali dianggap bodoh, tidak realistis, melepas kesempatan emas, dan berbagai penilaian lainnya. Orang tak segan-segan menjual kebenaran demi uang. Hati nurani secara perlahan tapi pasti, teriris habis. Dengan mudah kita menemukan pertengkaran hingga permusuhan karena uang. Bahkan kasus pembunuhan bermotif uang semakin meninggi jumlahnya. Pertalian darah dengan mudah bisa “putus” karena harta warisan yang juga sama dengan uang. Wajah dunia makin hari makin menyedihkan, tak lagi mampu memancarkan kemurnian yang murni. Kehidupan terus berubah, penuh basa-basi, semakin kehilangan arti kasih yang sejati, karena semua bisa dibeli. Orang kini bisa membeli senyuman, bahkan “perkawinan” hingga “pernikahan”. Semboyan asal ada uang semua bisa datang, semakin mendapat pembenaran dalam kenyataan. Namun yang paling menyedihkan adalah runtuhnya tembok keimanan.<br /><br />Iman, yang seharusnya membuat manusia beriman berdiri teguh di tengah badai godaan uang, ternyata, juga turut mengalami goncangan. Banyak orang “beriman” kini tak lagi menyukai iman. Iman dianggap menyingkirkan diri dari pergaulan zaman. Orang tak dihargai karena beriman, melainkan karena beruang, begitu sinis yang muncul. Di lingkungan rohani virus ini terus menyebar luas. Ironis. Kini ada guyonan pahit: Jika berbisnis bukalah gereja, dijamin tak rugi, bahkan terkesan suci. Mengapa? Karena ternyata banyak “petinggi gereja” yang memang berbisnis dalam membuka gereja. Jabatan “pendeta” menempel tanpa pernah jelas dari mana asalnya, dan bagaimana bisa meraihnya. Pemahaman theologi tak ada, berkhotbah tak pernah, yang ada hanya kata bagaikan mantera, “Roh Tuhan berbicara pada saya…” Visi diungkapkan seakan datang dari surga untuk digarap di Bumi. Namun jika dicermati, hati tersentak karena semua bermuara pada sang pendeta.<br /><br />Yang lain mungkin sedikit lebih baik dalam kemampuan. Sekalipun tak memiliki pemahaman theologi, namun karena fasih lidah sang pendeta berkhotbah. Yang dikisahkan selalu yang meninabobokkan umat. Sukses yang semu dikumandangkan dalam apa yang disebut kesaksian, sementara kebenaran sebagai buah hidup orang percaya, nyata-nyata, tak tampak. Pendekatan emosi selalu menjadi pola karena sukses mendulang hasil. Lagi-lagi ungkapan rohani: “sentuhan Roh Kudus”, menjadi kata-kata sakti yang membutakan umat untuk tak lagi menguji segala sesuatu. Padahal Alkitab jelas berkata, “jangan padamkan Roh, namun ujilah segala sesuatu” (1Tes. 5:19, 21). Umat percaya habis, dan dana mengalir kencang. Tampaknya tak jelas berakhir di mana. Karena ada gedung gereja, aset gereja dan lainnya. Seakan pemakaian uang tampak nyata, namun ternyata, di balik semuanya tersisa masalah yang luar biasa. Aset atas nama pribadi pendeta, sering terungkap setelah pendeta tiada. Terjadilah tarik-menarik aset yang sungguh tak menarik sama sekali.<br /><br />Yang sedikit lebih canggih, aset atas nama yayasan, atau bahkan gereja. Namun dalam akte notaris ternyata susunan pengurus didominasi oleh keluarga pendeta. Lagi-lagi untuk suara terbanyak, pengurus dan umat kecele. Tapi ada yang lebih halus lagi, seakan pengurus tidak didonimasi keluarga pendeta, namun ternyata bunyi klausul yang ada memberikan kekuasaan tak terbatas pada pendeta atau segelintir orang dekat pendeta, atas aset yang ada. Umat selalu berkata, itu urusan pendeta dengan Tuhan, dan tentu saja pendeta senang karena memang pemahaman itu yang ditabur untuk dituai. Umat telah digiring pada paham yang salah, sehingga tak lagi kritis, apalagi menguji sesuai kata Alkitab. Belum lagi ketakutan akan kutuk yang selalu ditebar, seperti “jangan mengganggu pendeta, karena dia adalah biji mata Tuhan”. Pengultusan dilakukan dalam waktu yang lama lewat indoktrinasi. Sayangnya, umat semakin teggelam dan gelap mata menghargai pendeta, sekalipun nyata-nyata salah. Apalagi jika lingkungan pelayanan diwarnai suasana dan ajaran yang mistis, dan lagi-lagi, obral kata-kata “kehendak Roh”.<br /><br />Penguasaan pendeta atas umat, sudah tak bertepi. Nah, ketika pendeta kaya raya, maka alasannya sangat mudah: itulah bukti pendeta diberkati, pendeta beriman. Padahal kekayaan pendeta yang bertumpuk justru bukti ketidakpedulian pada yang susah. Banyak umat yang susah, apalagi dalam konteks Indonesia. Tidak salah pendeta memiliki mobil karena memang dia membutuhkannya. Namun jika mobil itu mewah dan jumlahnya yang berlebih, bukankah itu tak lazim? Pendeta harus memiliki rumah, karena dia dan keluarga memerlukannya. Tapi jika rumah itu mewah dan ukurannya wah, bagaimana mungkin dia bisa berkata, sangat peduli pada umat yang kebanyakan tak, atau, belum, memiliki rumah. Umat yang dimaksud tentulah orang percaya yang baik, di berbagai tempat secara merata. Terhadap berbagai hal ini, biasanya dengan mudah pula pendeta berkelit dan berucap, ini adalah pemberian umat juga. Mungkin dia benar. Hanya saja, mengapa umat memberi, itu tetap harus diuji. Jangan-jangan hasil indoktrinasi. Belum lagi, namanya “diberi”, apakah dia tak bisa menerima yang pas, sesuai kebutuhan, menolak yang berlebih, sehingga berkat bisa terdistribusi.<br /><br />Dengan demikian juga menjadi pembelajaran bagi umat untuk saling menolong. Karena ada juga umat yang suka memberi pada pendeta ternyata pelit pada sesama. Mengapa? Anda pasti tahu alasannya. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan. Sudah waktunya kita mengembalikan semuanya pada kebenaran. Gereja bukan kerajaan, sehingga yang ada suksesi keturunan, kekeluargaan, padahal tidak ada panggilan yang jelas. Sangat menyenangkan jika anak pendeta menjadi pendeta karena panggilan, tapi jangan dengan motivasi melanggengkan kekayaan. Jangan lagi terucap kalimat “pendeta harus kaya sebagai bukti diberkati”, karena yang benar adalah pendeta yang diberkati akan menjadi berkat bagi banyak orang. Jangan lagi menumpuk kekayaan untuk diri, karena Alkitab telah mengatakan, “adalah terlebih berkat memberi daripada menerima”. Bukankah “Doa Bapa Kami” yang antara lain berkata “Berilah kami makanan kami yang secukupnya”, nadanya sangat indah? Atau mungkin kita telah lupa pada apa yang diajarkan Yesus?<br /><br />Biarlah para pebisnis hidup sesuai dunia mereka (pakaian, mobil dan rumah mewah sebagai bukti prestasi) dan pendeta di panggilannya (kejujuran, kesetiaan, kesederhanaan). Berpunya tapi tak berlebih, karena memilih fungsi bukan prestise. Mari menjadi pendeta, yang adalah gembala, tapi bukan upahan tentunya. Berani menyatakan kebenaran dan menjadi model dalam kehidupan. Selamat menjadi pak pendeta yang kaya rasa, bukan kaya harta. Semoga umat jeli mengamati dan membantu pendeta agar berada di jalurnya. </div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-88093548168499474332009-11-05T02:33:00.000-08:002009-11-05T02:46:48.342-08:00Sangat Jengkel .......<div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Pada umumnya sebagian besar dari isi doa adalah permohonan kepada Bapa Disorga. Permohonan itu biasanya dimulai dari yang paling mudah; agar dosa-dosa kita diampuni s/d permohonan agar yang sudah mau mati sekarat pun bisa disembuhkan kembali. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Maklum manusia mana sih yang tidak punya problem mulai dari Presiden sampai dengan wong gembel semuanya sama. Mungkin hanya mereka yang sudah tidak bisa berpikir dengan sehat lagi seperti wong pikun atau yang sudah berada dirumah sakit jiwa yang sudah tidak memiliki problem lagi.</span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Seperti layaknya semua orang yang mengajukan permohonan; pasti ia mengharapkan jawaban entah itu jawaban YES or NO. Hanya sayangnya jawaban itu kandang-kadang sering molor dan sangat laaaa..amban sekali, bahkan terkadang pun tidak ada jawaban sama sekali. Hal inilah yang membuat <strong>Mang Ucup</strong> jadi jengkel, karena tidak sabaran lagi menunggu.</span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Tetapi mari kita renungkan jawaban mana yang paling baik bagi kita, apabila Tuhan menjawab: ”Doa permohonan engkau akan dikabulkan” ataukah sudah cukup apabila Ia menjawab “<strong>Aku mengasihi engkau</strong>”! </span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;"><strong>Mang Ucup</strong> pribadi lebih sering mefokuskan akan permohonan doanya daripada Tuhan-Nya sendiri. Yang penting Doa saya dikabulkan sedangkan urusan Tuhan itu adalah urusan nomor berikutnya begitu juga halnya dengan Marta dan Maria yang memberitahu kepada Tuhan Yesus bahwa saudara lelakinya Lazarus sakit. Yesus menjawab: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian” (Yoh 11:4) Namun setelah itu bukannya Tuhan Yesus buruan mencari sang pasien yang membutuhkan uluran tangan-Nya, melainkan sengaja tinggal lebih lama dua hari lagi ditempat lain. (Yoh 11:6)</span></span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Cobalah Anda renungkan sendiri; pada saat dimana Anda memanggil Dr, karena ada anggota keluarga yang sakit keras, bukannya ia buruan datang, tetapi pergi jalan-jalan ke Bandung (tempat lain) dahulu. Bagaimana perasaan Anda? Akhirnya Lazarus mati sebelumnya Tuhan Yesus tiba ditempat. Hal inilah yang membuat Marta jadi jengkel : <em><strong>Tuhan sekiranya Engkau ada disini, saudaraku pasti tidak mati</strong></em>.(Yoh 11:32) Marta jadi jengkel, karena tidak sabaran, terlebih lagi, karena ia tidak percaya kepada janji-Nya. <strong>Mang Ucup</strong> sendiri sering mengalami hal yang sama seperti Marta, karena merasa permohonan doanya tidak digubris atau terlambat dijawabnya. </span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Apakah hanya manusia biasa seperti mang Ucup dan Anda saja yang bisa mempunyai perasaan jengkel ini? Tidak Tuhan Yesus pun pernah merasakan hal yang sama. Tuhan merasa jengkel, karena ketidak percayaan kita kepada-Nya. Jengkel, geram atau kesal. (Yoh 11:33; 11:38)Tuhan Yesus sendiri bersabda: “<strong><em>Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Elohim</em></strong>” (Yoh 11:40) </span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Pada umumnya kita baru percaya apabila permohonan kita dikabulkan. Jadi percaya itu timbul pada umumnya, karena kita tahu, bukannya percaya dahulu baru kita tahu. Dengan ini <strong>Mang Ucup</strong> lampirkan resep agar jangan cepat jadi jengkel.</span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span> </div><div align="center"><strong><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Apakah Anda tahu bahwa Doa itu sungguh dapat mengubah segala sesuatu? Tidak yakin? Bacalah sendiri jawabannya.</span></strong></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span> </div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;">Apakah doa dapat mengubah suatu keadaan secara tiba-tiba ? <em>Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah cara kita memandang situasi tersebut!</em></span></span></div><div align="justify"><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span></em> </div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;">Apakah doa mengubah kondisi keuangan kita dimasa depan ? <em>Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kepada siapa kita berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari!</em></span></span></div><div align="justify"><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span></em> </div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;">Apakah doa mengubah hati yang hancur atau tubuh yang rusak ? <em>Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah sumber kekuatan dan sumber penghiburan kita!</em></span></span></div><div align="justify"><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span></em> </div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;">Apakah doa mengubah apa yang kita butuhkan dan inginkan ? <em>Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kebutuhan dan keinginan kita menjadi yang sesuai dengan keinginan TUHAN!</em></span></span></div><div align="justify"><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span></em> </div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;">Apakah doa mengubah cara kita melihat dunia ? <em>Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah dengan mata siapa kita akan melihat dunia!</em></span></span></div><div align="justify"><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span></em> </div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;">Apakah doa mengubah penyesalan kita akan masa lalu ? <em>Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah harapan kita dimasa depan!</em></span></span></div><div align="justify"><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span></em> </div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;">Apakah doa mengubah orang-orang disekitar kita ? <em>Tidak, tidak selalu, tetapi doa akan mengubah kita karena masalah tidak selalu terletak dalam diri orang-orang disekitar kita!</em></span></span></div><div align="justify"><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span></em> </div><div align="justify"><strong><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Apakah doa sungguh mengubah segala sesuatu ?</span></strong></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;"><span style="font-size:130%;"><em><strong>YA, DOA SUNGGUH MENGUBAH SEGALA SESUATU !</strong></em> </span></span></div><div align="justify"><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;"></span> </div><div align="justify"><strong><em><span style="font-family:times new roman;font-size:130%;">Amin</span></em></strong></div><div align="justify"><strong><em><span style="font-size:130%;"></span></em></strong> </div><div align="justify"><strong><em><span style="font-size:130%;"></span></em></strong> </div><div align="justify"><span style="font-size:130%;">By.</span></div><div align="justify"><span style="font-size:130%;">Mang Ucup</span></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-90956416794874787642009-08-28T03:45:00.000-07:002009-08-28T03:51:17.694-07:00Obat Paling Mujarab Adalah ........<div align="justify"> </div><div align="justify">Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, “Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!”Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, “Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya.”</div><div align="justify">“O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda.” jawab pria itu.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">“Apa, maaf?” tanya wanita itu denga gusar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">“Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang.Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya,” jawab pria itu.</div><div align="justify">Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.“Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal..Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!</div><div align="justify"> </div><div align="justify">”Moral cerita:</div><div align="center"><em><strong>Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.</strong></em></div><div align="justify"> </div><div align="justify"><strong><span style="font-family:lucida grande;font-size:180%;">Amsal 17 : 22</span></strong> </div><div align="justify"> </div><div align="center"><strong><span style="font-size:180%;">Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.</span></strong></div><div align="center"><strong><span style="font-size:180%;"></span></strong> </div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-36339706389339276022009-08-05T18:23:00.000-07:002009-08-05T18:28:12.791-07:00Jangan Memaksakan Kehendak Kepada Tuhan<div align="justify"><strong><span style="font-size:180%;"><em></em></span></strong> </div><div align="justify"><strong><span style="font-size:180%;"><em>Hidup oleh Roh, Dipimpin oleh Roh, Gal.5:25</em></span></strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify">Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurlintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit, matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju" , begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarla h gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. </div><div align="justify"> </div><div align="center"><strong><span style="font-size:180%;">Amin</span></strong></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-64929188204426195042009-07-29T03:48:00.001-07:002009-07-29T04:01:09.018-07:00WAKTU KITA BUKANLAH WAKTU TUHAN<div align="justify"><strong><span style="font-size:180%;color:#ffcc33;">Kisah 3 pohon</span><br /></strong><br />Memang benar kita semua punya mimpi-mimpi yang hancur dan Allah tetap berdiri di atas mimpi-mimpi kita yang hancur itu, karena Dia memiliki mimpi yang lebih baik, lebih tinggi, lebih agung bagi kita...<br /><br />Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka. Pohon pertama berkata: "Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas, perak dan berbagai batu permata dan semua<br />orang akan mengagumi keindahannya" ..<br /><br />Kemudian pohon kedua berkata: "Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku".<br /><br />Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya: "Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku".<br /><br />Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu...<br /><br />Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan setiap hari diisi dengan jerami.<br /><br />Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi... ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil. Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.<br /><br />Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan teronggok dalam gelap. Tahun demi tahun berganti..., dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.<br /><br /><strong><span style="font-size:130%;color:#000066;">Kemudian suatu hari...<br /></span></strong>Sepasang suami istri tiba di kandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang dan menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa di dalamnya telah diletakkan harta terbesar sepanjang masa.<br /><strong><span style="font-size:130%;color:#000099;">Bertahun-tahun kemudian...<br /></span></strong>Sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Di tengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai: "Diam!!!" Tenanglah". Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala raja.<br /><span style="font-size:130%;color:#3333ff;"><strong>Akhirnya...</strong></span><br />Seseorang datang dan mengambil pohon ketiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat<br />dengan TUHAN, karena YESUSlah yang disalibkan padanya...<br /> </div><div align="center"><br /><strong><span style="font-size:180%;color:#3366ff;">Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,<br />dan janganlah bersandar<br />kepada pengertianmu sendiri" (Ams. 3:5) "<br /></span></strong></div><div align="center"><br /><span style="font-size:130%;color:#cc0000;"><strong>KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN,<br />KETAHUILAH BAHWA TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU.<br />JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA<br />IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT BESAR.<br />KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN,<br />TETAPI TIDAK DENGAN CARA YANG SEPERTI MEREKA BAYANGKAN.<br />BEGITU JUGA DENGAN KITA, KITA TIDAK SELALU TAHU APA<br />RENCANA TUHAN BAGI KITA.<br />KITA HANYA TAHU BAHWA JALAN-NYA BUKANLAH JALAN KITA,<br />TETAPI JALAN-NYA ADALAH<br />YANG TERBAIK BAGI KITA, SELAMANYA...</strong></span></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-55948007434361143312009-06-19T03:01:00.000-07:002009-06-19T03:06:22.710-07:00Mengapa kita tidak bisa menikmati sesuatu yang indah<div align="justify"><strong>Lukas 23 : 13 - 27</strong><br /><br />Dalam bagian Firman Tuhan ini saya coba angkat sebuah tema untuk bahan renungan kita dalam mengarungi kehidupan ini yaitu “Tuhan Dekat Dengan Kita, Namun Kita Tidak Dapat Menikmatinya/Merasakannya”.<br /><br />Dari tema ini timbul pertanyaan dalam hati; “Mengapa Hal Demikian Bisa Terjadi ?”<br /><br />1. <strong>Karna kita tidak Taat</strong> Luk. 24 : 13 yang berbunyi demikian ” Pada hari itu juga dua orang dari <strong>murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem</strong>”.<br />Padahal ada larangan dari Tuhan agar mereka tetap tinggal di Yerusalem sampai digenapi firmanNya yaitu mencurahkan Roh Kudus, karena setelah Dia (Tuhan) mati, dan Bangkit akan naik ke Surga dan akan menurunkan Roh Kudus sebagai Penggantinya, namun kedua murid ini pergi ke Emaus yang cukup jauh dari Yerusalem dan hari-hari itulah yang disebut hari Penantian dan akhirnya menjadi hari Pentakosta (hari Roh Kudus). Jadi walaupun Yesus sudah begitu dekat dengan mereka berdua akan tetapi mereka tidak bisa merasakannya juga tidak mengetahuinya padahal mereka sudah begitu lama bersama dengan Dia dan baru tiga hari mereka berpisah dengan Tuhan langsung tidak bisa mengenal dan merasakan keberadaan Tuhan; Kis 1 : 4 - 5 “<strong>Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem</strong>, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang demikian kata-Nya "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”. Melihat dari bagian firman Tuhan ini jelas murid-muridnya sudah melanggar perintah Tuhan yang berarti “DOSA” dan itulah yang menutupi pandangan, perasaan mereka hingga mereka tidak mengetahui juga tidak merasakan keberadaan Tuhan dekat mereka.<br /><br />2. <strong>Karena kita menyimpan Dendam dalam hati</strong> Luk 24 : 17 – 20 yang berbunyi demikian “Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah <strong>mereka dengan muka muram</strong>. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi. Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. <strong>Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya</strong>”.<br />Kalau kita menyingkapi ayat ini jelas kita lihat “Dengan Muka Muram” berarti masih ada rasa sedih dan kalau kita lanjutkan pada ayat (kalimat terakhir) terakhir dimana mereka dengan jelas ada perasaan jengkel dan sakit hati “Imam kepada dan pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk di hokum mati” yang berarti mereka masih menyimpan dendam padahal dalam “DOA” yang diajarkan oleh Yesus sendiri “Ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni orang bersalah kepada kami” yang berarti kita harus lebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain biar Tuhan berkenaan mengampuni segala salah dan dosa kita. Firman Tuhan juga menyarankan dan bahkan memerintahkan kita biar kiranya amarah harus hilang dari hati dan pikiran kita sebelum matahari terbenam Efesus 4 : 26 “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”. Padahal dalam ayat diatas sudah sampai 3 (tiga) hari amarah, dendam, sakit hati dari murid Tuhan Yesus ini masih membara yang berarti telah berbuat “DOSA” yang menjadikan penghalang pandangan dan perasaan mereka akan keberadaan Tuhan di dekat mereka.<br /><br /><br />3. <strong>Karena kita Kurang Percaya dan bahkan Tidak Percaya</strong> Luk 24 : 21, 25 – 27 yang berbunyi demikian “<em>Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa <strong>Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel</strong>. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Lalu Ia berkata kepada mereka: "<strong>Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu</strong>, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya</em>?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi”.<br /><br />Apapun yang kita lakukan atau yang kita kerjakan tidak akan berhasil atau menghasilkan suatu hasil yang memuaskan apabila kita melakukannya dengan setengah hati atu bisa dibilang kurang percaya. Bila kita bekerja dalam suatu perusahaan namun kita tidak percaya bahwa kita akan mendapatkan akan apa yang kita cari/butuhkan sebaiknya kita secepat mungkin keluar/pindah dari perusahaan tersebut karena pada akhirnya semua yang kita lakukan akan terasa sia-sia dan berakibat sakit hati.<br />Namun apabila kita bekerja dengan kepercayaan penuh bahwa segala apa yang kita butuhkan.harapkan bisa kita capai di tempat tersebut maka kita akan melakukan segala sesuatu itu dengan semangat dan menghasilkan ssesuatu hal yang Sangay menggembirakan kita, dan mungkin akan jauh dari apa yang kita bayangkan sebelumnya, karena kita melakukan segala sesuatu itu dengan sekuat tenaga dan tanpa ada sungut-sungut sehingga Tuhan juga ikut bekerja pada diri kita dan pada diri orang yang selalu memperhatikan kita.<br /><br />Oleh karena itu bila mana kita ingin merasakan segala sesuatu itu “INDAH SELALU” baiknya kita ;<br />1. Taat untuk segala aturan yang berlaku<br />2. Jangan ada sakit hati dan atau dendam dalam diri kita<br />3. Melakukannya dengan penuh semangat dan kepercayaan tinggi.<br /><br /><strong>Tuhan Memberkati kita semua</strong></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-89868572335532530352009-05-26T18:11:00.000-07:002009-05-26T18:14:01.783-07:00Utamakan Kepentingan Orang Banyak<div align="justify"> </div><div align="justify">“Jika mau aman, maka lebih baik diam dan tidak perlu macam-macam”, kalimat ini sering muncul dari mereka yang ingin posisi dan jabatannya tetap aman dan nyaman. Betapa tidak jarang kita menemukan orang-orang yang sudah tahu apakah itu kebenaran dan keadilan, namun ia rela tutup sebelah mata terhadap ketidak-adilan. . Hal ini terjadi semata-mata hanya karena ia mau mencari aman. Apabila ia bersikap arogan dan menantang maka kemungkinan besar akan kehilangan teman dan sahabat, bahkan para pendukung dan posisinya bisa terancam.<br /> <br />Demi untuk kepentingan yang sama, maka tidak jarang yang bermusuhanpun dapat menjadi sahabat. “<strong><em>Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan</em></strong>” (Lukas 23 :12) Kondisi semacam ini yang sedang dihadapi oleh seorang tokoh Alkitab yang bernama Pilatus. Tatkala Yesus dibawa kehadapan persidangannya, sebenarnya ia tahu jelas siapa Yesus itu, Ia juga tahu kalau Yesus itu tidak bersalah. Coba lihat Lukas 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "<strong><em>Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini</em></strong>." Lukas 23:14 dan <em><strong>berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya</strong></em>”..<br /> <br />Memang pada awal nampaknya ada niat baik dari Pilatus berusaha membebaskan Yesus dengan dalih tradisi disetiap perayaan Paskah, ia boleh membebaskan seorang penjahat. Oleh sebab itu Pilatus menawarkan dua orang narapidana yang kontras, yakni seorang penjahat besar Barabas dan Yesus. Dalam pikiran Pilatus ada harapan besar jika masyarakat memilih Yesus ketimbang Barabas dengan mempertimbangkan kejahatan yang telah diperbuatnya. Lukas 23:20 “<em>Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus</em>”. Lukas 23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "<em>Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya</em>. "<br /> <br />Namun kenyataan yang terjadi justru mereka memilih membebaskan Barabas sang perampok besar itu dan menyalibkan Yesus. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu fakta kebenaran yang dapat kita lihat adalah bahwa ada ketakutan dalam diri Pilatus terhadap suara mayoritas. Jabatannya dapat dicopot atau juga nyawanya terancam apabila ia membela minoritas. Pilatus sendiri yang mengatakan bahwa sebenarnya ia berhak membebaskan atau menghukum Yesus, namun tatkala ia berada pada kondisi ini justru ia menyerahkan kepada orang banyak untuk mengambil keputusan. Kisah 13:28 Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Kepentingan pribadi <em><strong>Pilatus makin terlihat tatkala ia melimpahkan tanggung jawabnya kepada ornag lain. Matius 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!</strong></em>"<br /> <br />Sangat disayangkan, di mana-mana hingga hari ini sang minoritas selalu tidak terhitung dan diremehkan. Seorang pencuri ayam dapat divonis bertahun-tahun, sementara para koruptor tetap menghirup udara segar, bahkan boleh berpesta-pesta di hotel berbintang. Semua ini terjadi karena ada pihak-pihak tertertu sedang berusaha meraih kepentingan pribadi. Rupanya tradisi tidak pernah luntur, sebab yang berhubungan dengan kepentingan pribadi itu sering diutamakan manusia. Hingga hari ini, mulai dari golongan bawah hingga golongan atas bahkan para pejabat gereja tidak pernah terlepas dari yang disebut kepentingan pribadi. Tidak jarang kita menemukan rapat pengurus/majelis bahkan pendeta diakhiri dengan pertengkaran hanya karena kepentingan pribadi. Posisi pribadi lebih penting ketimbang memikirkan orang lain.<br /> <br />Memang benar ada orang yang mencoba berargumentasi dengan pemikiran bahwa, kepentingan sendiri saja belum terpenuhi jangan memikirkan kepentingan orang lain? Pemikiran seperti ini tidak salah seratus persen, tetapi penerapannya harus pada konteksnya. Misalnya jika saya belum makan, bagaimana mungkin memberi makan pada orang lain? Namun bukankah saya dapat memberi setengah dari makananku kepada ornag lain. Inilah konsep pengajaran Tuhan Yesus. Ia bahkan rela mengorbankan diriNya demi kepentingan umat manusia bukan setengah dari hidupNya yang Dia korbankan akan tetapi semua hidupNya Dia relakan hingga ke kayu salib untuk menyelamatkan kita umat ketebusanNya.<br /> <br />Kepentingan pribadi, produk lama yang tidak pernah usang. Tanpa disadari, kita juga sering terjebak di dalam kepentingan pribadi ini bukan? Tatkala anda menyetir mobil, sementara kemacetan terjadi. Kalau di Jakarta kita sudah biasa melihat pemandangan berduyun-duyun mobil menumpuk macet di persimpangan lampu merah. Semua orang harus duluan, akhirnya macet total. Bagaimana pula dengan orang-orang yang berdesakan di dalam bus? Relakah kita menyerahkan tempat duduk kita yang nyaman pada orang lain? Bagaimana pula dengan ketidak-adilan yang anda lihat dengan mata kepala sendiri di kantor? Bukanklah demi keamanan lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain? Bagaimana dengan penyaluran dana kepada mereka yang terkena bencana alam? Sering penyalurannya tidak lancar juga karena ada oknum yang sedang bermain-main dengan kepentingan pribadi?<br /> <br />Kondisi begini juga tidak jarang muncul di gereja. Demi kepentingan pribadi ada artis yang gara-gara pernikahannya rela meninggalkan Kristus, padahal konon cerita ia pernah melayani sebagai penginjil. Pernahkah anda mengecek bagaimana kehidupan dan karakter para majelis di dalam usaha dagang mereka? Kadang demi kepentingan pribadi para pejabat gereja tertentu, maka para koruptorpun dibiarkan mengerjakan pelayanan dengan posisi yang aman. Mereka ibarat Robinhood masa kini, merampok di sana , mengerjakan dan mendukung kegiatan rohani di sini. Jika kepentingan pribadi didahulukan, maka hal ini membahayakan; sebab bisa timbul oknum yang mau mencari kepentingan dan keuntungan untuk diri sendiri.<br /> <br />Mari kita syukuri, dalam rangka mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus ini kita diingatkan kembali betapa jahat dan bejat bila kepentingan pribadi selalu diutamakan. Apalagi karena demi kepentingan pribadi orang lain yang dikorbankan. Tuhan Yesuslah satu-satunya teladan yang rela mengorbankan kepentingan pribadiNya untuk kepentingan orang lain. Ia rela terpaku di atas kayu salib dan mati demi orang lain. Dan orang lain itu tidak lain dan tidak bukan, anda dan saya. Masihkah kita mempertahankan kepentingan pribadi itu? </div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-4816352019069650742009-05-21T23:34:00.000-07:002009-05-21T23:36:35.683-07:00Haus Akan Mujizat ..... Lanjutan<div align="justify">Apakah kalau Pendeta/Pastor tidak mampu melakukan Mukjizat berarti mereka itu hamba yang dunguk bin goblok dan tidak terurapi ? Tidak. Apabila kita belum mampu untuk melakukan mukjizat, bukan berarti bahwa kita tidak sanggup melakukan amanat agung, mewartakan kabar gembira, memberitakan injil. Saya yakin dari segi kaliber maupun kelas, jarang ada Pendeta/Pastor yang mampu menandingi Yohanes Pembaptis. </div><div align="justify"><br />Selama masa hidupnya hingga meninggal Yohanes tidak pernah satu kalipun melakukan mukjizat. (Yohanes 10:41) Dari segi penampilan maupun pakaiannya pun kalah jauh dari para selebritis yang selalu tampil dengan setelan jas putih walaupun sama buatan BOS. Tetapi pakaian Yohanes hanya dari Bulu Onta Saja. </div><div align="justify"><br />Untuk memberitakan injil kita tidak dituntut untuk mampu membuat KKR, mampu menghidupkan orang mati, mampu menyembuhkan orang sakit, mampu melakukan berbagai mukjizat dan sebagainya, tapi cukup lewat kesaksian kecil mewartakan Tuhan Yesus.<br /><br />Namun dengan ini saya ingatkan kepada kita Amat KetebusanNya agar tidak tersesat dengan segala mujizat-mujizat yang terjadi saat ini, karena hal ini juga sudah dituliskan dalam firman Tuhan di Matius 24 : 24 “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”. Jadi tidak semua mujizat yang terjadi benar-benar berasal dari Tuhan …. Untuk hal ini kita harus benar-benar hati-hati.</div><div align="justify"><br />Memperkenalkan siapa Tuhan Yesus kepada saudara-saudara kita bisa dengan cara memberitahuan kepada mereka tentang; "<em><strong>apa yang kita alami ketika kita berjalan bersama dengan Yesus"</strong></em>. Ini semuanya bisa kita angkat dalam serangkaian kata maupun tulisan sebagai kesaksian kita. Belajarlah dari Yohanes untuk mewartakan apa yang ia lihat, ia alami dan ia saksikan, sehingga kita pun mulai dari sekarang bisa menjadi murid Yesus sesungguhnya, walaupun tanpa harus dibumbui dengan adanya kemampuan mukjizat sekalipun.</div><div align="right"><br /><strong>1 Korintus 1:22-23</strong> </div><div align="right"> </div><div align="center"><em><strong>Orang-orang Yahudi menghendaki tanda (mukjizat) dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan.</strong></em></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-83480181898670756392009-05-20T01:38:00.000-07:002009-05-20T01:44:23.234-07:00Haus Akan Mujizat ..... Kudu Hati-Hati<div align="justify">Banyak Pendeta/Pastor sekarang ini jadi merasa minder berat, bahkan merasa tidak Pe-De. Masalahnya mereka tidak mampu melakukan mukzijat seperti David Copperfield. Pada kehidupan modern yang serba canggih sekarang ini, Hamba Tuhan hanya baru dapat diakui dan dihargai oleh umat, apabila ia mampu menciptakan mukzijat. Tanpa adanya kemampuan ini, mereka akan dinilai sebagai Pendeta/Pastor Kelas Dua baca Dunguk! Lihat saja hampir tidak ada Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) tanpa adanya Show Mukjizat. Masa Pendeta/Pastor kalah sama dukun cilik Ponari, malu donk kawan!</div><div align="justify"><br />Tidak bisa dipungkiri pula, bahwa kebanyakan Pendeta/Pastor dari segi kesaktian masih kalah jauh, karena mereka tidak mampu melakukan mukjizat. Beda dengan para hamba Tuhan yg setiap saat bisa melakukan mukjizat dengan motto: Kapan saja, dimana saja, Yes We Can!</div><div align="justify"><br />Saya yakin banyak Hamba Tuhan dari segi jumlah Quantity mukjizat yang telah dilakukan oleh mereka; ada jauh lebih banyak daripada apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Mereka bukan hanya sekedar mampu menyembuhkan orang buta maupun lumpuh, tetapi juga membangkitkan orang mati. Apakah tidak hebat ?</div><div align="justify"><br />Maka dari itu daripada mahal-mahal mengundang David Copperfield, lebih baik mengundang Hamba Tuhan yang mampu melakukan mukjizat. Bisa dipastikan, bahwa semakin hebat pertunjukan show mukjizatnya, semakin besar pula uang kolekte yang akan masuk. Maklum kebanyakan gereja sekarang ini telah beralih fungsi menjadi showbiz. </div><div align="justify"><br />Gereja tanpa adanya pertunjukan/hiburan akan terasa hambar dan membosankan, seperti halnya kebanyakan gereja Protestan/Katolik yang miskin akan mukjizat maupun hiburan. Sudah mulai banyak dari mereka menilai jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak hadir dalam kebaktian itu alias tidak berada ditempat, sedang cuek, sedang istirahat atau sedang cuti weekend.</div><div align="justify"><br />Kekecewaan umat yang tidak dapat melihat Show Mukjizat telah dirasakan sendiri oleh Tuhan Yesus, pada saat Ia pulang mudik ke kampungnya di Nazareth. Disitu Ia sudah berkhotbah dengan kata-kata yang indah, sehingga para pendengarnya terpukau, tetapi ternyata ini tidak cukup. No Wonder - No Fun, maka dari itu Ia diusir bahkan sampai mau dilempar dari tebing. (Lukas 4:29 “<em><strong>Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu</strong></em>”). Kalau kita jujur umat sekarang ini juga tidak beda jauh dengan para penduduk di Nazareth.</div><div align="justify"><br />Betapa kecilnya iman kita apabila kita hanya bisa percaya dan menerima Tuhan lewat mukjizat semata? Apakah disetiap kebaktian harus menjadi ibadah penyembuhan? Tidak! Baca tuh Alkitab disitu tercantum dengan jelas "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga AKU MEMBERITAKAN INJIL, karena UNTUK ITULAH AKU TELAH DATANG" (Mark.1:38) dan apakah kita harus menjadi sama dengan Thomas seperti yang terdapat pada Yoh. 20 : 25 “<em><strong>Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percata</strong></em>”. Janganlah kiranya kita harus mendapatkan jawaban serupa dari Yesus seperti jawaban yang diterima oleh Thomas seperti yang terdapat dalam Yoh. 20 : 29A “Kata Yesus kepadanya: "<em><strong>Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya"</strong></em>. Namun kiranya kita bisa dan mau percaya dengan mendengar dan atau membaca firman Tuhan seperti kata Tuhan Yesus dalam frimanNya pada Yoh 20 : 29B “<em><strong>Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya</strong></em>."</div><div align="justify"> </div><div align="center">======Tuhan Yesus Memberkati ========</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-20277014162923771122009-05-19T01:00:00.000-07:002009-05-19T01:04:07.679-07:00Kasihilah seorang akan yang lain<div align="justify"><br />Kasih adalah sesuatu yang mempunyai nilai paling tinggi dalam segala hal karena kasih bisa ada kalau ada Roh Tuhan dalam hidupnya seperti tertulis dalam Gal. 5: 22 – 23 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”, hal ini juga bisa saya katakan karena dalam berbagai masalah semuanya tidak akan terasa apabila orang-orang disekeliling kita penuh dengan kasih dan mengasihi kita. Dan kalau benar-benar kasih ini bekerja dengan tulus dalam hati kita masing-masing tidaklah menuntut imbal balik. Akan tetapi jauh lebih tinggi lagi kalau kasih yang kita berikan itu dibalaskan lagi dengan kasih dan hal ini juga yang diinginkan dalam ayat Firman Tuhan yang ada dalam Yoh. 15 : 9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu”. </div><div align="justify"><br />Dalam lingkup pekerjaan kita, pimpinan kita pasti sangat menyayangi kita, mangasihi kita apabila kita juga mengasihi pimpinan kita. Mengasihi disini tidak sama kedudukannya antara pimpinan kita mengasihi kita dengan kita mengasihi pimpinan kita, dimana kalau pimpinan kita mengasihi kita bisa dengan memperhatikan apa yang kita kerjakan hingga memperhatikan akan masa depan kita dalam jenjang karir dalam lingkungan kerjaan kita, namun kita mengasihi pimpinan tidak demikian namun dengan mematuhi perintahnya, mengerjakan apa yang diperintahkan untuk kita kerjakan. Apabila kita bisa mencukupkan apa yang dia (pimpinan) mintakan kepada kita (sehubungan dengan pekerjaan) pasti pimpinan kita juga sangat senang kepada kita, dan akan selalu memperjuangkan segala yang berhubungan dengan kita. Hal seperti inilah mungkin yang bisa kita lihat dalam gambaran dari Firman Tuhan yang tertulis pada Yoh: 15:10 “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya”. </div><div align="justify"><br />Akan tetapi jauh lebih indah kasih itu kalau kita lakukan tanpa pamrih, karena kalau yang mengasihi kita baru kita kasihi, semua orang yang tidak kenal Tuhan pun melakukan hal itu dan bisa dibilang itu adalah sifat duniawi, namun Tuhan menginginkan hal jauh lebih dari itu seperti halnya yang tertulis dalam Matius 5:44 - 48” Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.". Jadi jauh lebih indah dan lebih baik apabila kita bisa mengasihi semua orang, baik itu yang mengasihi kita apalagi orang-orang mamusuhi/memyakiti kita karena hal demikian yang susah dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kasih didalam Tuhan. Karena hal ini sudah lebih dahulu diteladankan oleh Tuhan dalam hal mengasihi, Tuhan datang ke dunia ini bukan hanya untuk orang yang mengenal dan atau yang mengasihi Dia, namun Tuhan datang ke dunia ini untuk semua orang apalagi untuk orang yang berdosa hal ini bisa kita lihat dalam ayat Firman Tuhan Lukas 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Jadi Tuhan rela menjelma menjadi manusia turun dari tahta Kedudusannya hingga rela disiksa, dihina dan bahkan mati di Kayu Salib semuanya itu dilakukan bukan untuk orang yang benar, bukan untuk orang yang mengasihi Dia, namun paling utama adalah untuk menyelamatkan orang-orang yang hilang, orang-orang yang berdosa.</div><div align="justify"><br />Kalau kita kembali berbicara dalam hal pekerjaan pasti ada jarak antara pimpinan dengan bawahannya (anak buah), namun kasih yang diberikan antara satu dengan lain oleh pimpinan kepada bawahannya (anak buahnya) bisa berbeda-beda berdasarkan kasih dari masing-masing dari mereka. Kalau pimpinan menilai bawahannya itu sangat mengasihi dia, menyayangi dia, maka sang pimpinan tidak akan sungkan-sungkan mencurahkan atau menceritakan segala unek-unek yang ada dalam hatinya kepada orang yang bisa dipercayakan itu. Karena apabila bawahan sangat menyayangi sang pimpinannya pasti tidak akan pernah dipermalukan, tidak akan pernah menyakiti perasaannya dan bisa menyimpan rahasia sang pimpinannya itu, maka pimpinan itu juga pasti tidak menganggap dia lagi hanya sebagai bawahannya atau hanya sebagai anak buahnya, namun sang pimpinan telah mengubah keberadaan dia menjadi sahabatnya, hal seperti inilah yang bisa kita lihat dalam gambaran Firman Tuhan yang tertulis dalan Yoh 15:15 “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akan tetapi banyak anak buah atau bawahan yang berusaha untuk mendapatkan perhatian lebih dari atasannya/pimpinannya namun dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan hingga dia merasa sakit hati yang mengakibatkan dia melakukan hal yang menyakitkan hati dari sang pimpinannya dan dia tidak sadar bahwa tidak semua kita dapatkan akan apa yang kita harapkan namun kita harus sadar bahwa segala sesuatunya Tuhanlah yang mengaturnya hal ini bisa kita lihat pada Firman Tuhan yang tertulis dalah Yoh. 15 : 16A “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”. Namun yang perlu kita sadari bahwa segala sesuatu itu indah pada waktunya dan waktu kita bukan waktu Tuhan dan kehendak kita bukan kehendak Tuhan dan juga, hal ini bisa kita lihat dalam Firman Tuhan yang tertulis pada Pengkhotbah 3 : 11 “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.</div><div align="justify"><br />Jadi dari penjelasan-penjelasan diatas yang perlu kita simak dan kita perhatikan adalah :<br /><br />1. Kita harus bisa mengasihi semua orang (yang mengasihi dan yang membenci kita) dengan sepenuh hati.<br />2. Dalam hal kita mengasihi baiknya kita melakukannya dengan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan yang setimpal dengan apa yang kita lakukan karena apabila kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan sangatlah menyakitkan.<br />3. Dalam melakukan segala kebaikan jangan membatasi waktu namun marilah kita lakukan selama umur kita, karena bukan kita yang menentukan namun Tuhanlah yang menentukannya.<br /> </div><div align="center">====== AMIN ======</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-50298567979941906502009-05-11T17:52:00.000-07:002009-05-11T17:56:13.879-07:00Gratis Itu Tidak Selamanya Murah<div align="justify"><strong><span style="font-size:180%;">GRATIS TETAPI TIDAK MURAH!</span></strong><br /> <br /> <br /><strong><span style="font-size:180%;"> </span><span style="font-size:130%;">Anugerah yang Murah?</span></strong> </div><div align="justify"><br />Seseorang sangat mungkin untuk salah dalam memberikan makna pada sesuatu, misalnya menempatkan makna yang sangat tinggi kepada sesuatu yang kurang bernilai dan tidak penting, atau sebaliknya menganggap sesuatu yang sebetulnya penting dan bernilai sebagai sesuatu kurang bernilai dan kurang penting. </div><div align="justify"><br />Evelyn Adams memenangkan lotre New Jersey dua kali berturut-turut pada tahun 1985 dan 1986 sejumlah $5,4 juta dan sebagian besar ludes di mesin jackpot Atlantic City . Ia pun kemudian harus hidup di Trailer Park. Adams berkata: “Saya harap saya punya kesempatan lagi.” </div><div align="justify"><br /> Mungkinkah Adams menganggap remeh uang sebesar 5,4 juta dolar Amerika karena ia mendapatkannya dengan mudah dua kali berturut-turut? Sikap dan pemikiran (mind set) seperti ini bisa terjadi pada orang Kristen dalam memahami aspek-aspek keselamatan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Banyak orang Kristen yang menganggap murah anugerah Allah dengan menjadi seorang Kristen namun menjauhi ibadah, tidak mau terlibat dalam pelayanan, tidak mau bertumbuh dan tetap mencintai dosa. Di sisi lain banyak orang Kristen yang merasa pasti masuk surga dan setiap mengaku dosa pasti diampuni oleh Tuhan (1Yoh. 1:9) lantas dengan alasan itu tetap bermain-main dengan dosa dan tidak hidup dalam kekudusan. </div><div align="justify"><br /> Alkitab mengajarkan dan menegaskan bahwa keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dan manusia tidak bisa menambah atau menyumbangkan apa pun sehingga keselamatan itu diberikan Allah kepadanya (Rm. 3:20). Namun karena cuma-cuma alias gratis (Ef. 2:8-9), keselamatan dan Kekristenan itu sering dipandang sebelah mata dan dianggap murah melalui sikap dan cara hidup orang Kristen yang tidak hidup dalam kekudusan. Mengapa demikian? Mungkin banyak orang Kristen yang melupakan kemutlakan sifat moral Allah, seperti diungkapkan T. C. Hammond (1938): “Adalah sesuatu yang selalu penting untuk mengingatkan diri kita sendiri akan keagungan kesempurnaan moral yang absolut, yang mengelilingi Pribadi Ilahi. Tanpanya, penyembahan sejati akan mengecil dan manusia akan menjadi arogan.” </div><div align="justify"><br /> <span style="font-size:130%;"><strong>Menghitung Harga Anugerah</strong> </span></div><div align="justify"><br />Mengapa ada orang yang berpikir yang gratis itu pasti murah? Padahal yang gratis tidak selalu murah, tergantung nilai yang terkandung di dalamnya. Kata gratis mungkin dapat menjelaskan tindakan Allah menyelamatkan orang berdosa. </div><div align="justify"><br /> “Gratis” berasal dari kata latin “gratia” (for zero price, free of charge) atau dalam bahasa Inggris “grace” yang diterjemahkan dalam Alkitab sebagai anugerah atau kasih karunia (Ef. 2:8-9; Rm. 3:24). Secara penuh dan mutlak penebusan dosa telah dibayar lunas dalam kematian Kristus di kayu salib bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus (1Ptr. 1:18-19). Apakah penebusan itu murah, sehingga Allah mau memberikan keselamatan itu bagi orang-orang berdosa yang telah memberontak bahkan telah melakukan banyak kejahatan dan kekejian di hadapan-Nya? Strategi manajemen ‘six sigma’ menekankan beberapa prinsip antara lain: “You don’t know until you measure, you don't measure what you don't value, you don't value what you don't measure.” Dengan kata lain prinsip di atas menegaskan bahwa setiap orang Kristen harus melakukan perhitungan atau kalkulasi total atas tindakan yang dilakukan Allah atas keselamatan yang diberikan secara gratis kepadanya. Berapa harga anugerah Allah? Tergantung tindakan apa yang dilakukan oleh Allah untuk keselamatan tersebut. Surat Petrus mengatakan: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1Ptr. 1:18-19). </div><div align="justify"><br /> Harga keselamatan tidak bisa diukur dengan uang atau dengan apa pun yang ada di dunia ini, harga itu tidak bisa dibayar dengan usaha apa pun yang dapat dilakukan oleh manusia karena terlalu mahal harganya (Mzm. 49:8-10), karena hanya bisa dibayar dengan darah Kristus sang domba Allah. Begitu mahal harga penebusan dosa manusia sehingga Allah harus menjadi manusia, harga yang tak terhingga bagi manusia. Mengapa Allah mau melakukannya? Tentunya karena kasih-Nya yang sangat besar (Yoh. 3:16), kitab Hosea juga menggambarkan betapa besarnya hasrat Allah untuk menyelamatkan anak-anak-Nya yang berdosa (Hos. 14:5), dan puncak dari semuanya itu adalah pengorbanan Kristus di kayu salib (Rm. 5:8). Kalau seseorang diselamatkan dan menjadi seorang Kristen itu berarti anugerah diberikan kepadanya, mengapa mendapat anugerah? Tentu tidak ada alasan pada manusia selain dari kasih Allah semata. Paulus mengatakan, “Karena anugerah Allah di dalam Kristus kita tidak binasa” (Rm.. 3:24; 6:23). </div><div align="justify"><br /><strong><span style="font-size:130%;"> Free, but not cheap</span></strong> </div><div align="justify"><br />Dietrich Bonhoeffer, theolog Jerman yang meraih gelar Ph.D. pada usia 21 tahun dari University of Berlin, sangat menggumuli fenomena di atas. Dari pengamatannya di Jerman maupun ketika di Amerika ia melihat banyak hal yang tidak wajar terjadi dalam Kekristenan. Ia melihat Kekristenan yang semakin sekuler dan mengakomodasi tuntutan sosial daripada menaati Kristus, sehingga anugerah menjadi property umum. Tahun 1937 ia menulis buku “The Cost of Discipleship,” yang mengulas tentang “anugerah yang murah atau anugerah yang mahal” (“cheap grace or costly grace”). Ia mengaskan “anugerah yang murah adalah musuh gereja yang mematikan, kita berjuang hari ini untuk anugerah yang mahal, anugerah yang mahal adalah inkarnasi Kristus dan kematian-Nya di kayu salib (Flp. 2:5-8). Baginya anugerah yang murah adalah mengkhotbahkan pengampunan tanpa tuntutan pertobatan, memberikan baptisan tanpa disiplin, melakukan perjamuan kudus tanpa pengampunan dosa. Anugerah yang murah adalah Kekristenan tanpa pemuridan, Kekristenan tanpa salib dan tanpa Kristus. Ia menegaskan bahwa tuntutan menjadi orang Kristen adalah menjadi murid Kristus berapa pun harganya (following Jesus at all costs), dan ia dieksekusi hukuman mati oleh Hitler karena memperjuangkan Kekristenan. </div><div align="justify"><br /> Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk. 9:23). Salah satu tuntutan dan kualitas tertinggi yang diharapkan Yesus dalam ayat tersebut pastilah berbicara tentang kekudusan dan hal ini ditegaskan dalam Ibrani 12:10: “Sebab ayah kita mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” Sinclair Ferguson (1985) dalam bukunya “A Heart for God,” mengatakan: “Kekudusan Allah mengajarkan kita bahwa hanya ada satu cara untuk berhadapan dengan dosa–secara radikal, serius, menyakitkan, konstan. Bila engkau tidak hidup demikian, engkau tidak hidup di hadirat Dia yang Kudus dari Israel .” Harga yang harus dibayar untuk menjadi orang Kristen “KTP” pasti murah sekali, namun Alkitab menegaskan: “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1Yoh. 2:6). </div><div align="justify"><br />Sejatinya yang gratis tidak berarti murah (free, but not cheap) dan gratis hanya berlaku bagi kita yang menerima penebusan tetapi harus dibayar oleh Kristus dengan pencurahan darah yang mahal di kayu salib. Haleluya! </div><div align="justify"> </div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-56969192972026149562009-05-03T18:00:00.000-07:002009-05-03T18:09:46.374-07:00Kapan Kita MenerimaNya<div align="center"><strong><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:180%;">Kasih Allah</span></span></strong></div><div align="center"><strong><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:180%;"> </div></span></span></strong><div align="center"><strong><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:180%;">Roma 5:8</span></span></strong></div><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:180%;"></span><br /></span><strong>I) Penderitaan bukan bukti bahwa Allah tidak kasih.</strong><br /></span><strong><div align="justify"><br /></strong>Pernahkah saudara merenungkan apakah Allah mengasihi saudara atau tidak? Kalau saudara adalah orang kaya, sehat, hidup enak, keluarga saudara rukun, dsb, maka mungkin tidak terlalu sukar bagi saudara untuk percaya bahwa Allah mengasihi saudara. Tetapi kenyataannya semua orang punya penderitaannya sendiri-sendiri, bahkan ada orang-orang yang menderita sangat hebat. Apakah orang-orang ini bisa merasakan bahwa Allah mengasihi mereka?</div><div align="justify"><br />Saya pernah membaca tentang rekor dunia lamanya masuk rumah sakit. Ada orang yang masuk rumah sakit waktu usia 3 tahun, dan baru keluar dari rumah sakit itu pada waktu dia mati pada usia hampir 103 tahun. Jadi ia ada di rumah sakit selama hampir satu abad! Kalau saudara adalah orang itu, apakah saudara bisa percaya bahwa Allah mengasihi saudara?</div><div align="justify"><br />Sekitar 20 tahun yang lalu, saya pernah punya teman dari luar kota yang kos di rumah familinya di Surabaya. Suatu hari, seluruh familinya yang berjumlah 7 orang pergi ke Malang , meninggalkan ia sendirian di rumah. Dalam perjalanan, hujan lebat membuat kali kecil di pinggir jalan meluap, dan mobil selip, lalu masuk kali yang mengalir deras. 4 mayat langsung diketemukan di situ, 2 lainnya di Pasuruan, dan 1 terhilang selama-lamanya. Waktu saya pergi ke rumahnya, saya melihat 6 buah peti mati berjejer. Kalau saudara adalah teman saya itu, bisakah saudara pada saat seperti itu percaya bahwa Allah mengasihi saudara?</div><div align="justify"><br />Mungkin saudara tidak pernah merasakan sakit selama 1 abad, atau ditinggal mati seluruh keluarga, tetapi mungkin saudara mempunyai penderitaan yang lain. Bisa dalam bentuk kemiskinan, atau keluarga yang berantakan, anak yang rusak, problem pekerjaan/study, kesendirian/kesepian, dsb. Atau bisa juga saudara mengalami penderitaan batin, hati yang gelisah, tidak damai, kuatir, dsb. Apakah penderitaan-penderitaan yang saudara alami itu menyebabkan saudara beranggapan bahwa Allah tidak mengasihi saudara, atau bahkan bahwa Allah tidak peduli kepada saudara atau benci kepada saudara?</div><div align="justify"><br />Perlu saudara ketahui bahwa pada waktu Allah pertama kalinya menciptakan manusia, yaitu Adam dan Hawa, maka Allah tidak memberikan penderitaan apapun kepada mereka. Tetapi mereka lalu berbuat dosa. Mereka makan buah yang oleh Tuhan dilarang untuk dimakan. Sebagai hukuman karena dosa mereka, maka penderitaan masuk ke dalam dunia. Jadi, penderitaan ada dalam dunia, bukan karena kesalahan Allah, tetapi karena kesalahan manusia sendiri. Karena itu jelaslah bahwa adanya penderitaan dalam hidup kita tidak boleh dijadikan dasar untuk berkata bahwa Allah tidak mengasihi kita, atau bahkan benci kepada kita.</div><div align="justify"><br /><strong>II) Bukti kasih Allah.</strong></div><strong></strong><div align="justify"><br /><em><strong>1) Roma 5:8 berkata: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus ...".</strong></em></div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jadi bukti pertama dari kasih Allah adalah Kristus. Kristus adalah Allah sendiri yang rela menjadi manusia karena cintaNya kepada kita. Peristiwa Allah menjadi manusia, atau turun dari sorga ke dunia, jelas merupakan suatu penurunan luar biasa, yang jelas memberikan penderitaan. Orang dengan mudah bisa naik, tetapi sukar untuk bisa turun. Kalau saudara sudah biasa hidup di kota, tidur di kasur yang empuk, pakai AC, mau minum tinggal ambil di lemari es, mau masak pakai kompor Elpiji/microwave oven, dsb. Lalu tahu-tahu saudara mesti turun ke desa yang termasuk daerah minus dimana tidak ada listrik; saudara harus tidur di tikar di tanah; pada waktu kepanasan jangankan AC, kipas anginpun tidak ada; kalau mau minum mesti menimba air di sumur atau mengambil di sungai; kalau mau masak mesti mengumpulkan kayu bakar lalu mem-buat api, dsb, maka itu semua tentu merupakan penderitaan. Padahal itu baru turun dari kota ke desa. Bayangkan pada waktu Yesus harus turun dari sorga ke dunia. Ini tentu merupakan penurunan yang jauh lebih hebat, dan karenanya melibatkan penderitaan yang hebat. Tapi Ia mau mengalaminya demi kita, dan itu menunjukkan cintaNya kepada kita.</div><div align="justify"><br /><strong><em>2) Roma 5:8 itu lagi: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ...".</em></strong></div><strong><em></em></strong><div align="justify"><br />Ini bukti kedua kasih Allah kepada kita! Kalau tadi Allah itu sudah rela menjadi manusia, maka sekarang, Allah yang sudah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus itu, lalu rela mati bagi kita.<br /><strong>2 hal yang akan saya bahas:</strong></div><strong></strong><div align="justify"><br /><em><strong>a) Mengapa Dia harus mati bagi kita?</strong></em></div><div align="justify"><br />Karena kita adalah manusia berdosa, dan Allah itu adil, sehingga harus menghukum manusia berdosa. Yesus ingin supaya kita jangan sampai dihukum, dan supaya kita tidak dihukum, Ia yang harus memikul hukuman kita. Karena itulah maka Ia mati di kayu salib. Kalau kita tahu mengapa Yesus mati bagi kita, maka jelas bagi kita bahwa kematianNya itu menunjukkan kasihNya kepada kita.</div><div align="justify"><br /><strong>Illustrasi:</strong><br /><em>ada seorang anak gadis kecil yang mengalami kecelakaan, sehingga membutuhkan darah untuk transfusi. Tetapi anak gadis kecil ini mempunyai golongan darah yang langka, dan hanya cocok dengan kakak laki-lakinya yang juga masih kecil. Waktu mau diambil darahnya, anak laki-laki itu bertanya: ‘Apakah saya segera akan mati setelah darah saya diambil?’ Ia mempunyai pengertian yang salah tentang pengambilan darah, tetapi ia tetap rela memberikan darahnya karena cintanya kepada adiknya.</em></div><em><div align="justify"><br /></em>Pada waktu Yesus rela mencurahkan darahNya bagi kita, Ia menunjukkan cinta yang lebih hebat dari pada cinta anak laki-laki itu, karena anak laki-laki itu merelakan darahnya untuk adiknya, sedangkan Yesus merelakan darah/ nyawaNya untuk kita yang adalah musuh-musuhNya, karena kita adalah manusia berdosa yang selalu menyakiti hatiNya melalui dosa-dosa kita.<br />Ada tuan tanah kejam yang mempunyai banyak budak. Suatu hari ada budak yang melarikan diri, tetapi ia tertangkap, dan tuannya memerintahkan hukuman cambuk 50 x. Seorang teman dari tuan tanah itu lalu berkata: ‘Kamu gila, budak sekurus itu mau dicambuk 50 x? Ia pasti akan mati!’. Tuan tanah berkata: ‘Aku tidak peduli, itu sudah hukumnya dan harus dilaksanakan. Hanya bisa dibatalkan kalau ada orang yang mau menjadi pengganti dia memikul hukuman cambuk itu’. Teman tuan tanah itu begitu kasihan kepada budak itu, sehingga ia lalu rela memberikan dirinya untuk dicambuki 50 x, supaya budak itu bebas dari hukuman.<br />Apa yang teman tuan tanah itu rela alami dan lakukan demi budak itu, mirip dengan apa yang Kristus rela alami dan lakukan demi kita. Kristus rela mengalami penderitaan dan kematian yang sangat mengerikan di kayu salib untuk memikul hukuman kita, supaya kita bisa bebas dari hukuman.</div><div align="justify"><br /><strong><em>b) Cara kematianNya.</em></strong></div><strong><em></em></strong><div align="justify"><br />Ada 2 hal yang sangat mengerikan yang Yesus alami, yaitu:<br />pencambukan.<br />penyaliban.<br />Cobalah merenungkan bagaimana rasanya orang dicambuki, ditembus paku pada tangan dan kaki, dan dibiarkan tergantung dalam keadaan seperti itu selama berjam-jam. Kitalah yang seharusnya mengalami semua itu sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, tetapi Yesus rela mengalami semua itu demi kita! Bahwa Ia rela mengalami kedua hal ini untuk memikul hukuman dosa kita, menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa kepada kita.</div><div align="justify"><br /><strong><em>3) Roma 5:8 berbunyi: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa".</em></strong></div><div align="justify"><br />Kalau Ia mau mati bagi orang baik, yang taat kepada Dia, mencintai Dia, maka itu sebetulnya sudah kasih, tetapi itu tidak terlalu mengherankan. Tetapi bahwa Ia mau mati bagi kita ketika kita masih berdosa, itu betul-betul luar biasa. Dan inilah keluarbiasaan kasih Allah! Kalau saudara mengasihi seseorang, maka pasti dalam diri orang itu ada sesuatu yang baik yang menyebabkan saudara mengasihiNya, mungkin wajahnya, bentuk tubuhnya, sifatnya, kepandaiannya, dsb. Tetapi Allah mencintai kita dan rela berkorban bagi kita tanpa melihat kebaikan dalam diri kita.</div><div align="justify"><br />Sekalipun saudara tidak peduli kepadaNya, benci kepadaNya, acuh tak acuh kepadaNya, tidak pernah ke gereja, tidak senang mendengar Firman Tuhan terus berbuat dosa, dsb, Allah tetap mencintai saudara! Itu Ia buktikan dengan rela mati bagi saudara ketika saudara masih berdosa.<br />III) Tanggapan kita terhadap kasih Allah.<br />Kalau saudara sudah mendengar, mengerti dan menyadari akan kasih Allah kepada saudara, maka sekarang saudara perlu memberikan tanggapan ter-hadap kasih Allah itu.</div><div align="justify"><br /><strong><em>1) Tanggapan yang salah.</em></strong><br />Saudara bisa menanggapi kasih Allah itu dengan menolak, acuh tak acuh, atau tidak percaya. Kalau demikian, perlu saya tekankan bahwa sekalipun Allah mengasihi saudara yang berdosa, tetapi kalau kasihNya itu terus-menerus ditolak, maka ada satu saat dimana Allah harus menjalankan keadilanNya dengan menghukum orang yang menolak kasihNya itu, dan membuang orang itu ke dalam neraka!</div><div align="justify"><br /><strong>Seorang penafsir bernama Ironside, dalam komentarnya tentang Kis 4:12, mengatakan: "Remember, it must be Christ or hell, and to neglect the one is to choose the other" <em>(= Ingat, harus Kristus atau neraka, dan mengabaikan yang satu berarti memilih yang lain).</em></strong></div><strong><em></em></strong><div align="justify"><br />Saudara tidak perlu memusuhi atau membenci Kristus, membakar gereja atau menganiaya orang kristen. Cukup dengan mengabaikan Kristus, itu sudah berarti bahwa saudara memilih neraka! Sekalipun saudara adalah simpatisan kristen, rajin ke gereja, memberi persembahan untuk gereja, dsb, tetapi kalau saudara mengabaikan Kristusnya, saudara sudah memilih neraka!</div><div align="justify"><br /><strong><em>2) Tanggapan yang benar.</em></strong></div><strong><em></em></strong><div align="justify"><br />Saudara bisa menanggapinya dengan benar, yaitu dengan percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi saudara.<br />Saudara harus percaya bahwa Yesus adalah Allah yang sudah menjadi manusia, dan sudah mati disalib untuk semua dosa-dosa saudara. Kalau saudara percaya, maka saudara akan diampuni dan tidak mungkin dihukum. Saudara dijamin akan masuk ke sorga, kapanpun saudara mati.</div><div align="justify"><br /><em><strong>Yoh 3:16 - "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal".</strong></em></div><div align="justify"><br /><strong><em>Roma 8:1 - "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus".</em></strong></div><div align="justify"><br /><strong><em>Beberapa halangan untuk percaya kepada Yesus:</em></strong></div><strong><em></em></strong><div align="justify"><br /><em>a) Saudara mungkin berkata: Kok gampang sekali untuk selamat?</em></div><em></em><div align="justify"><br />Jawabnya: <strong><em>memang gampang, karena Kristus sudah membayar mahal itu semua itu, yaitu dengan mengorbankan nyawaNya sendiri.</em></strong></div><em><div align="justify"><br /></em><strong>Illustrasi:</strong><br /><em>Seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata ‘Hanya percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana kamu bekerja?’. Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah, tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau turun’. Lalu penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya, demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus/percaya kepada Yesus, dan Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’</em></div><em></em><div align="justify"><br /><em>b) Saudara mungkin mau percaya, tetapi bingung karena banyaknya macam gereja / aliran pada jaman ini.</em></div><div align="justify"><br />Jawabnya: <strong><em>Keselamatan saudara tidak tergantung gereja, tetapi tergantung pada apakah saudara percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saudara atau tidak.</em></strong></div><div align="justify"><br /><strong>Illustrasi:</strong><br /><em>Pada waktu ia hidup, John Wesley, pendiri gereja Metodist, juga bingung karena banyaknya aliran gereja. Suatu hari ia bermimpi dan dalam mimpinya itu ia dibawa ke pintu gerbang neraka. Di sana ada seorang malaikat yang menjaga, dan ia lalu bertanya: ‘Apakah di sini ada orang Katolik?’. Malaikat menjawab: ‘Banyak’. John Wesley bertanya lagi: ‘Apakah ada orang Calvinist?’. Malaikat menjawab: ‘Banyak’. ‘Apa ada orang Baptist?’. ‘Banyak’. Akhirnya John Wesley bertanya: ‘Apakah ada orang Methodist?’. Malaikat menjawab: ‘Juga banyak’.<br />Lalu John Wesley dibawa ke pintu gerbang surga. Di sana ada malaikat lain yang menjaga, dan ia bertanya kepada malaikat itu: ‘Apakah di sini ada orang Katolik?’. Malaikat menjawab: ‘Tidak ada’. John Wesley bertanya lagi: ‘Apakah ada orang Calvinist?’. Malaikat menjawab: ‘Tidak ada’. ‘Apa ada orang Baptist?’. ‘Tidak ada’. Akhirnya John Wesley bertanya: ‘Apakah ada orang Methodist?’. Malaikat menjawab: ‘Juga tidak ada’. Dengan bingung dan putus asa John Wesley bertanya: ‘Kalau begitu siapa yang ada di dalam sana ?’. Malaikat menjawab: ‘Orang yang percaya kepada Yesus’.</em></div><em></em><div align="justify"><br />Illustrasi ini menunjukkan bahwa saudara masuk surga bukan karena mengikuti gereja ini atau itu, aliran ini atau itu, tetapi karena percaya kepada Yesus. Ini memang tidak menunjukkan bahwa saudara tidak perlu memilih gereja yang benar, tetapi bagaimanapun keselamatan saudara bukan tergantung pada aliran gereja tetapi tergantung pada apakah saudara percaya kepada Yesus atau tidak!</div><div align="justify"><br /><strong><em>c) Saudara mungkin percaya, tetapi mau menunda.</em></strong></div><strong><em></em></strong><div align="justify"><br />Jawab: <strong>Saudara tidak tahu kapan saudara akan mati, dan kematian bisa datang secara mendadak. Kalau itu terjadi, dan saudara belum percaya kepada Yesus, saudara akan masuk neraka selama-lamanya!</strong></div><strong><div align="justify"><br />Illustrasi:</strong><br /><em>Suatu hari ada seseorang yang bermimpi tentang adanya suatu konperensi setan. Konperensi itu dipimpin oleh Iblis sendiri dan bertujuan untuk mencari siasat yang jitu supaya manusia tidak percaya kepada Yesus dan binasa/masuk neraka. Lalu ada satu setan yang mengusulkan: ‘Baiklah kita membujuk manusia supaya tidak percaya akan adanya Tuhan’. Iblis berkata: ‘Tidak. Manusia merasa dalam hatinya bahwa Tuhan itu ada. Siasat itu tidak akan berhasil’. Setan lain mengusulkan: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa mereka itu terlalu jahat untuk bisa diampuni’. Iblis menolak usul itu dengan berkata: ‘Justru kalau manusia sadar bahwa dirinya jahat, itu akan membawa mereka kepada Tuhan. Usul itu masih kurang baik’. Akhirnya satu setan berkata: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan itu mencintai mereka yang berdosa, dan bahwa Injil itu benar adanya’. Iblis menjawab: ‘Tetapi bagaimana hal itu bisa membinasakan mereka?’. Setan itu melanjutkan siasatnya: ‘Kita akan mengatakan kepada manusia bahwa sekalipun semua itu benar, dan mereka harus percaya, tetapi masih ada cukup waktu. Mereka tidak perlu percaya sekarang’. Iblis senang sekali dengan usul itu, dan memerintahkan supaya usul itu dilaksanakan.</em></div><em></em><div align="justify"><br />Ini menyebabkan banyak orang yang pada waktu mendengar Injil, lalu menunda untuk datang kepada Yesus. Tetapi tiba-tiba mereka mendapat kecelakaan atau serangan jantung, yang membuat mereka mati secara mendadak, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertobat. Akhirnya mereka terhilang selama-lamanya di dalam neraka, hanya karena mereka menunda untuk percaya kepada Yesus!</div><div align="center"><br /><strong><em>Karena itu janganlah turuti bujukan setan supaya menunda keper-cayaan kepada Yesus. Datanglah kepada Yesus dan percayalah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara sekarang juga. Maukah saudara?</em></strong></div><strong><em></em></strong><div align="center"><br />====AMIN====</div><div align="justify"><br />Joh 21:17 <strong>Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba- Ku.</strong></div><strong><div align="right"><br /></strong>Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.<br /><br /> oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-89466017563956565582009-04-30T18:15:00.000-07:002009-04-30T18:28:27.899-07:00Jangan Melalukan Sesuatu Setengah-Setengah<div align="justify"><strong><span style="font-size:130%;">Aku Haus</span></strong> </div><div align="justify"><br /> </div><span style="font-size:130%;"></span><div align="justify"><span style="font-size:130%;">YOHANES 19:28-30</span><br /></div><div align="justify"><strong></strong> </div><div align="justify"><strong>Pendahuluan: </strong></div><strong></strong><div align="justify"><br />Ada 2 orang bercakap-cakap. Yang pertama berkata: ‘Aku ingin tahu dimana aku akan mati’. Temannya menjawab: ‘Kamu gila; untuk apa tahu dimana akan mati?’. Yang pertama menjawab: ‘<strong><em>Kalau aku tahu aku akan mati dimana, aku tidak akan pergi ke tempat itu’</em></strong>. </div><div align="justify"><br />Ini menunjukkan bahwa orang itu ingin terhindar dari kematian. Dan memang adalah sesuatu yang umum kalau orang ingin terhindar dari kematian. </div><div align="justify"><br /><strong>Tetapi Yesus berbeda.</strong><br /></div><div align="justify">· Berbeda dengan orang dalam cerita di atas, Ia tahu Ia akan mati dimana. Ia tahu bahwa Ia akan mati di Yerusalem. Tetapi ketika saatnya untuk mati sudah tiba, Ia bukannya menjauhi Yerusalem, tetapi Ia justru pergi ke sana (<em><strong>Mat 16:21-24</strong></em>).<br />· Di taman Getsemani, pada waktu mau ditangkap, Ia dibela oleh Petrus yang mengeluarkan pedangnya dan membacok hamba imam besar. Sebetulnya bisa saja pada waktu itu Yesus memberi komando kepada 10 murid yang lain untuk membantu Petrus, dan sementara terjadi perkelahian masal, Yesus lari. Tetapi Ia tidak mau melakukan itu, bahkan Ia memerintahkan Petrus untuk menyarungkan pedangnya (<em><strong>Mat 26:51-52</strong></em>). </div><div align="justify"><br />Ia juga berkata kepada Petrus bahwa sebetulnya Ia bisa minta kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat untuk membantuNya (<em><strong>Mat 26:53</strong></em>). Andaikata Ia melakukan hal ini, sudah pasti semua orang yang mau menangkapNya itu dibasmi dalam sekejap mata. Tetapi Ia tidak mau mela-kukan hal ini.<br />Sebetulnya, kalaupun Ia tidak mau minta bantuan Bapa untuk mengirimkan pasukan malaikat, Ia sendiri, yang juga adalah Allah sendiri, bisa saja menggunakan kemahakuasaanNya untuk membasmi semua orang yang mau menangkapNya itu. Kalau Ia melakukan hal ini, pasti Ia terhindar dari kematian. Tetapi Ia tidak mau melakukan hal itu, karena Ia memang tidak mau menghindari kematian. </div><div align="justify"><br />Tetapi ada sesuatu yang lebih aneh, yaitu bahwa Yesus bukan saja tidak mau menghindari kematian, tetapi bahkan tidak mau penderitaanNya dikurangi! Dari mana kita bisa melihat hal ini? </div><div align="justify"><br /><strong>I) Yesus menolak minuman.</strong> </div><div align="justify"><br />Dalam Mat 27:34 dikatakan bahwa Yesus diberi minum ‘anggur bercampur empedu’, dan dalam Mark 15:23 dikatakan bahwa Yesus diberi ‘anggur bercampur mur’. Ini bukan kontradiksi, karena minuman itu adalah anggur bercampur ramuan tertentu, yang mengandung baik empedu maupun mur.<br />Tetapi pada saat Yesus mengecap minuman itu, dikatakan bahwa Ia tidak mau meminumNya. Mengapa? Padahal sebentar lagi Ia minta minum (Yoh 19:28 - ‘Aku haus’), dan mau meminum minuman yang diberikan kepadaNya (Mark 15:36 Yoh 19:29-30). Beberapa penafsir mengatakan bahwa Ia tidak mau meminum anggur bercampur empedu/mur itu, karena itu adalah minuman yang mengandung ramuan yang bisa membius/mengurangi rasa sakit, dan diberikan kepada orang yang disalib sebagai suatu tindakan belas kasihan kepada mereka.<br />KetidakmauanNya menerima pengurangan rasa sakit/penderitaan merupakan sesuatu yang lebih aneh lagi dari pada sekedar tidak menghindari kematian. Orang kristen yang sejati, seharusnya mempunyai keyakinan keselamatan, dan karena itu mestinya tidak takut mati. Tetapi siapa yang tidak takut pada penderitaan/rasa sakit yang hebat? Siapa yang pada waktu mengalami rasa sakit yang hebat tidak menginginkan rasa sakitnya dikurangi? Kalau saudara pergi ke dokter gigi untuk dicabut giginya, atau kalau saudara akan dioperasi, tentu saudara senang menerima pembiusan supaya tidak mengalami rasa sakit.<br />Lalu mengapa Yesus tidak mau rasa sakit/penderitaanNya dikurangi? Karena Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. Dan Ia ingin memikul seluruh hukuman dosa manusia!<br />Andaikata saja pada saat itu Yesus mau meminum minuman bius itu, dan rasa sakitNya berkurang, katakanlah 10 %, maka itu berarti Ia hanya memikul 90 % hukuman dosa saudara dan saya. Tahukah saudara apa akibatnya? Saudara boleh saja betul-betul percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi hanya 90 % dari dosa-dosa saudara yang ditebus/dibayar oleh Yesus. Sedangkan 10 % sisanya, saudara harus menanggungnya sendiri. Kalau hal ini terjadi, maka renungkanlah 2 hal di bawah ini: </div><div align="justify"><br /><em><strong>1) 10 % dari dosa kita itu luar biasa banyaknya.</strong></em> </div><div align="justify"><br />Kalau saudara menganggap diri saudara itu baik, atau kalau saudara beranggapan bahwa jumlah dosa saudara cuma ratusan atau ribuan, maka itu disebabkan saudara tidak mengerti Firman Tuhan, yang merupakan standard Allah untuk menentukan dosa. Kalau saja saudara mengerti Firman Tuhan, dan saudara membandingkannya dengan hidup saudara, maka saya yakin saudara akan menemui berjuta-juta dosa.<br />Kalau kita menyoroti hukum Tuhan yang berbunyi ‘Jangan berdusta’ saja, maka berapa dosa yang saudara temukan dalam hidup saudara? Mulai saat saudara masih kecil sampai sekarang, berapa kali saudara berdusta kepada orang tua, kakek/nenek, guru di sekolah, teman, kakak/adik, teman kerja/rekan bisnis, langganan, pejabat pemerintahan, pegawai, bahkan kepada pengemis (dengan berkata ‘tidak punya uang’ padahal saudara punya)? Hanya dari satu hukum itu saja, sudah sukar meng-hitung jumlah dosa saudara! Bagaimana kalau ditambahkan dengan hukum-hukum yang lain, seperti jangan berzinah, jangan mencuri, jangan iri hati, hormatilah orang tuamu, hukum hari sabat, hukum antara suami istri, dsb? Bagaimana kalau ditambahkan lagi hukum-hukum yang dianggap tidak masuk akal, seperti:<br />· Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, pikiran, akal budi (Mat 22:37).<br />· Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:39).<br />· Kasihilah musuhmu, doakan orang yang menganiaya kamu (Mat 5:44).<br />· Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (<strong>Ro 12:17,21</strong>).<br />· Bersukacitalah senantiasa (1Tes 5:16).<br />· Mengucap syukurlah dalam segala hal (1Tes 5:18). </div><div align="justify"><br />Karena itu 10 % dari dosa kita pastilah luar biasa banyaknya. Kalau dosa kita jumlahnya 1 juta, maka 10 % dari dosa kita berarti 100.000 dosa! </div><div align="justify"><br /><strong>2) Satu dosa sudah cukup untuk memasukkan diri saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya!</strong> </div><div align="justify"><br />Ada agama lain yang mengatakan bahwa nanti pada akhir jaman perbuatan baik dan dosa setiap orang akan ditimbang; kalau lebih berat dosanya maka orangnya dimasukkan neraka, dan kalau lebih berat perbuatan baiknya maka orangnya akan dimasukkan surga. Ditinjau dari sudut agama lain itu, maka mungkin masih ada kemungkinan saudara akan masuk surga kalau saudara memikul sendiri 10 % dosa saudara. Tetapi Kitab Suci/ Firman Tuhan tidak mengajar demikian! Roma 6:23 mengatakan bahwa "upah dosa ialah maut"! Jadi, tidak dikatakan kalau dosanya banyak/besar/lebih banyak dari perbuatan baiknya, barulah upahnya maut! Hanya dikatakan bahwa upah dosa ialah maut, dan itu berarti bahwa satu dosa saja sudah cukup untuk membawa saudara kedalam neraka sampai selama-lamanya!<br />Mengapa demikian? Karena Kitab Suci/Firman Tuhan mengajar bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa (Gal 2:16,21). Memang, kalau saudara ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan akan menghadapi persidangan, bisakah saudara lalu berbuat baik dengan harapan perbuatan baik saudara itu menyebabkan saudara tidak didenda dalam pengadilan? Jelas tidak mungkin! Jadi, hukum duniapun mengata-kan bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa. Dan demikian juga ajaran dari Kitab Suci/Firman Tuhan! Karena itulah maka satu dosa saja sudah cukup untuk membuat saudara masuk neraka sampai selama-lamanya!<br />Sekarang, bagaimana kalau kita gabungkan 2 hal di atas ini? 10 % dari dosa saudara bukan main banyaknya, sedikitnya ada 100.000 dosa. Padahal satu dosa saja sudah cukup membuang saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya. Bagaimana kalau saudara harus menanggung 100.000 dosa atau bahkan lebih dari itu?<br />Karena itu, andaikata Yesus mau meminum minuman yang mengandung ramuan bius itu, pasti seluruh umat manusia, mulai dari Adam sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk neraka sampai selama-lamanya!<br />Tetapi puji Tuhan, Yesus menolak minuman yang mengandung ramuan bius itu! Ia tidak mau memikul hanya sebagian atau 90 % hukuman dosa kita; Ia mau memikul seluruhnya atau 100 % hukuman dosa kita!! </div><div align="justify"><br />Ada 2 hal lain yang menunjukkan bahwa seluruh hukuman dosa kita memang sudah dibereskan oleh Yesus di kayu salib, yaitu: </div><div align="justify"><br /><strong><em>a) Kata-kata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30) menunjukkan bahwa penderitaan aktifNya untuk memikul seluruh dosa kita, sudah selesai!<br />b) Yesus bisa bangkit dari kematian.<br />Karena upah dosa ialah maut, kalau saja ada satu dosa yang belum beres, maka Ia tidak akan bisa bangkit. Bahwa Ia bisa bangkit pada hari yang ke tiga, menunjukkan bahwa memang seluruh dosa kita sudah dibereskan! </em></strong></div><strong><em><div align="justify"><br /></em></strong>Karena itu, kalau saudara mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saudara, semua dosa saudara tanpa kecuali, akan dihapuskan/diampuni. Ini mencakup:<br />· dosa asal.<br />· dosa yang lalu.<br />· dosa sekarang.<br />· dosa yang akan datang.<br />Karena itulah orang yang percaya kepada Yesus mempunyai jaminan keselamatan!<br />Catatan: Tetapi awas! Ini tidak boleh menyebabkan kita lalu meremehkan dosa/ sengaja berbuat dosa! </div><div align="justify"><br /><strong>II) Yesus minta minum.</strong> </div><div align="justify"><br />Setelah Yesus menolak minuman bius itu, Ia lalu disalibkan. Dan pada waktu ada di kayu salib, Ia berkata: ‘Aku haus’ (Yoh 19:28). </div><div align="justify"><br />Yesus memang sangat kehausan, karena:<br />· Ia sudah ditawan sejak kemarin mala</div><div align="justify">m, dan sebagai tawanan Ia pasti tidak diperlakukan dengan baik. Jadi mungkin sekali Ia tidak diberi makanan ataupun minuman. Ini tentu menyebabkan Ia menjadi haus.<br />· Ia digiring kesana kemari (kepada Mahkamah Agama, kepada Pontius Pilatus, kepada Herodes, kembali kepada Pontius Pilatus, dsb). Perjalanan ini tentu menambah kehausan Yesus.<br />· Ia dicambuki dan dipukuli dan dimahkotai dengan duri. Semua ini menim-bulkan luka-luka yang mengeluarkan darah/cairan tubuh sangat banyak, dan ini juga pasti menimbulkan kehausan yang luar biasa.<br />· Ia harus memikul kayu salib yang cukup berat sejauh kurang lebih 1 km. Ini pasti menyebabkan Ia mengeluarkan banyak keringat, dan ini menam-bah kehausanNya.<br />· Ia disalibkan mulai pukul 9 pagi (Mark 15:25). Memang mulai pukul 12 siang terjadi kegelapan (Mark 15:33), tetapi mulai pukul 9 pagi sampai pukul 12 siang Ia boleh dikatakan dijemur di panas matahari yang terik. </div><div align="justify"><br />Semua hal di atas ini sudah pasti memberikan kehausan kepada Yesus, dan ini bukanlah kehausan biasa, tetapi suatu kehausan yang bukan main hebatnya. Dan semua ini sesuai dengan nubuat Maz 22:16 yang berbunyi: "lidahku melekat pada langit-langit mulutku" (Catatan: bacalah seluruh Maz 22 itu, khususnya ay 2,8-9,17b,19 dan saudara akan melihat dengan jelas bahwa itu adalah Mazmur tentang salib).<br />Bahwa Maz 22:16 itu menggunakan istilah ‘lidah yang melekat pada langit-langit mulut’, jelas menunjukkan kehausan yang luar biasa, dimana seluruh mulut betul-betul kering sehingga lidah melekat pada langit-langit.<br />Mengapa Yesus harus mengalami kehausan? Tidak cukupkah penderitaan cambuk dan salib yang Ia alami? Untuk ini saudara perlu ingat bahwa kalau orang masuk neraka (lautan api) maka sudah pasti ia akan kehausan luar biasa (bandingkan dengan kata-kata/ seruan orang kaya di dalam neraka kepada Abraham dalam Luk 16:24 yang berbunyi: "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, karena aku sangat kesakitan dalam nyala api ini").<br />Karena Yesus saat ini sedang memikul seluruh hukuman dosa manusia, maka jelas bahwa Ia harus memikul juga kehausan yang luar biasa yang seharusnya kita alami di neraka.<br />Persoalan/pertanyaan yang lain ialah: mengapa Ia lalu meminta minum dengan berkata ‘Aku haus’? Apakah hal ini tidak mengurangi penderitaanNya sehingga Ia tidak memikul 100 % hukuman dosa kita? </div><div align="justify"><br /><strong>Ada 3 hal yang perlu diberikan sebagai jawaban:</strong> </div><div align="justify"><br /><strong><em>1) Yesus meminta minum dengan tujuan supaya Firman Tuhan digenapi.</em></strong> </div><div align="justify"><br />Perhatikan Yoh 19:28 yang berbunyi: "berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - ‘Aku haus!’.<br />Kitab Suci yang mana? Jawabnya adalah Maz 69:22b yang berbunyi: "Pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam". Ingat bahwa ini juga merupakan suatu nubuat yang berhubungan dengan Mesias / Yesus.<br />Jadi, Yesus meminta minum dengan tujuan supaya nubuat Firman Tuhan tentang diriNya bisa digenapi. Kalau Firman Tuhan itu digenapi maka:<br />· Allah dipermuliakan. Sebaliknya kalau Firman Tuhan tidak terjadi, maka tentu saja Allah dipermalukan.<br />· Orang bisa percaya bahwa Ia memang adalah Mesias. Sebaliknya kalau nubuat tentang Mesias itu ternyata tidak tergenapi dalam diri Yesus, bagaimana mungkin orang akan percaya bahwa Yesus adalah Mesias?<br />Jadi, ditengah-tengah penderitaanNya yang luar biasa (sedang terpancang di kayu salib), Yesus tetap mengingat, memikirkan, menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu:<br />· Bagaimana Allah bisa dipermuliakan.<br />· Bagaimana orang-orang bisa percaya kepada Dia dan diselamatkan. </div><div align="justify"><br /><strong><em>2) Kristus minta minum supaya Ia bisa meneriakkan kata-kata ‘Sudah selesai’ (ay 30), yang mempunyai arti sangat penting bagi kita, supaya kita tahu tentang kesempurnaan penebusan Kristus bagi dosa kita. </em></strong></div><div align="justify"><br />Tanpa minuman itu, mulut, lidah, dan tenggorokan Yesus yang sangat kering karena kehausan yang luar biasa itu, tidak akan bisa mengucapkan kata-kata itu. </div><div align="justify"><br /><strong><em>3) Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa semua sudah selesai.</em></strong> </div><div align="justify"><br />Perhatikan sekali lagi ay 28 yang berbunyi: "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus’". </div><div align="justify"><br />Jadi, setelah penebusan yang Ia lakukan sudah cukup untuk menebus dosa kita, barulah Ia berkata ‘Aku haus’. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini: </div><div align="justify"><br />"Now, it ought to be remarked, that Christ does not ask any thing to drink till all things have been accomplished ... No words can fully express the bitterness of the sorrows which he endured; and yet he does not desire to be freed from them, till the justice of God has been satisfied, and till he has made a perfect atonement" (= Harus diperhatikan, bahwa Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua telah selesai/tercapai ... Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh kesedihan yang ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai keadilan Allah telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan yang sempurna). </div><div align="justify"><br />Tetapi bagaimana mungkin penebusan dosa sudah selesai, padahal Ia belum mengalami kematian? Calvin berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata ‘Sudah selesai’ itu dengan memperhitungkan kematianNya yang akan terjadi. Atau ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘sudah selesai’ adalah penderitaan aktifNya dalam memikul hukuman dosa. </div><div align="justify"><br /><strong>III) Tanggapan kita.</strong> </div><div align="justify"><br /><strong><em>1) Percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan.</em></strong> </div><div align="justify"><br />Yesus sudah memikul seluruh hukuman dosa saudara, dan Yesus sudah memikul kehausan yang luar biasa yang seharusnya saudara alami di neraka. Karena itu, kalau saudara mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, saudara tidak mungkin bisa dihukum lagi oleh Allah. Ini sesuai dengan Roma 8:1 yang berbunyi: "Demikianlah sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus".<br />Tetapi sebaliknya, kalau saudara tidak mau sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tidak jadi soal apakah saudara itu orang kristen KTP atau kafir, pergi ke gereja atau tidak, sudah dibaptis atau belum, berusaha mentaati Firman Tuhan atau mengabaikannya, saudara tetap akan menangguing hukuman dosa saudara sendiri dengan masuk neraka sampai selama-lamanya, dan mengalami kehausan yang luar biasa yang memang layak saudara dapatkan! </div><div align="justify"><br /><strong><em>2) Tirulah teladan Yesus, yang dalam keadaan sangat menderita sekalipun, tetap mengingat, memikirkan, menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu:</em></strong> </div><div align="justify"><br /><strong><em>a) Bagaimana supaya Allah bisa dipermuliakan.<br /></em></strong>Ini seharusnya menjadi tujuan hidup dari setiap orang kristen.<br />1Kor 10:31 berbunyi: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah".<br />Penerapan: </div><div align="justify"><br />· kalau saudara pergi berbakti di gereja, atau kalau saudara melayani Tuhan, atau kalau saudara memberikan persembahan, apakah saudara melakukannya hanya sebagai suatu kebiasaan, atau karena saudara ingin memuliakan Allah?<br />· kalau saudara membuang dosa/mentaati Tuhan, apakah saudara melakukannya hanya karena takut dihukum atau karena saudara melakukannya untuk kemuliaan Tuhan?<br />· hal-hal yang kelihatan remeh dan bersifat jasmani seperti makan dan minumpun (juga belajar, bekerja dsb) harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah. Kalau saudara makan hanya demi memuaskan nafsu makan saudara, apalagi kalau saudara makan tanpa mem-pedulikan apakah makanan itu merusak kesehatan saudara atau tidak, pada hakekatnya saudara sudah berdosa! Makanlah supaya bisa sehat/pilihlah makanan yang menyehatkan diri saudara, supaya dengan kesehatan itu saudara bisa lebih memuliakan Allah. </div><div align="justify"><br /><strong><em>b) Bagaimana orang banyak bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan.</em></strong><br />Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya supaya orang yang belum percaya bisa percaya:<br />· Berdoa dengan tekun untuk pertobatan mereka.<br />· Memberitakan Injil kepada mereka.<br />· Berusaha memberikan kesaksian hidup yang baik, supaya jangan justru menjadi batu sandungan bagi mereka.<br />· Mengajak mereka ke gereja yang benar dan Injili!<br /><br /><strong><br />3) Memberikan yang terbaik kepada Tuhan.</strong> </div><div align="justify"><br />Jangan meniru tentara Romawi yang memberi anggur asam kepada Yesus (ay 29). Sebaliknya, berikanlah yang terbaik kepada Tuhan. Ini berlaku untuk bermacam-macam hal seperti: </div><div align="justify"><br /><em><strong>a) Memberikan uang kepada Tuhan.</strong></em><br />Banyak orang kristen yang kalau mau memberi persembahan selalu bingung mencari uang kecil. Apakah pengorbanan Kristus pantas saudara balas dengan uang kecil? Memang kalau saudara adalah orang miskin yang hanya mempunyai uang kecil, maka persembah-kanlah uang kecil itu kepada Tuhan, Tuhan pasti menerimanya (bdk. Luk 21:1-4). Tetapi kalau untuk makan, pakaian, membangun rumah, hobby, dsb saudara bisa mengeluarkan uang besar, tetapi hanya mau mengeluarkan uang kecil untuk Tuhan, itu betul-betul keterlaluan. </div><div align="justify"><br /><strong><em>b) Memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk Tuhan.<br /></em></strong>Ada orang kristen yang pada pagi, siang, sore tidak berdoa membaca Firman Tuhan, dan baru melakukannya pada malam hari setelah tenaga dan pikirannya sudah mencapai titik terendah. Orang seperti ini memberikan waktu, tenaga, pikiran yang terjelek untuk Tuhan. Bukankah sebaiknya kita melakukan doa/saat teduh pada pagi hari, dimana kita ada dalam keadaan paling segar? </div><div align="justify"><br /><strong><em>c) Memberikan diri/hidup kita untuk Tuhan.</em></strong><br />Banyak orang yang pada waktu masih muda menggunakan dirinya/hidupnya untuk diri sendiri. Baru pada saat sudah tua dan hampir mati, ‘menyerahkan dirinya’ untuk Tuhan.<br />Ada juga orang kristen yang setelah lulus SMA, lalu berusaha masuk ke Universitas. Tetapi karena tidak diterima di mana-mana, akhirnya ia ‘menyerahkan dirinya’ untuk masuk sekolah Theologia / melayani Tuhan! </div><div align="justify"><br /><strong><em>d) Memberikan anak kepada Tuhan.</em></strong><br />Ada orang tua kristen yang mempunyai beberapa anak. Mereka keberatan kalau anak-anaknya yang pandai menjadi hamba Tuhan, tetapi mereka mau menyerahkan anaknya yang bodoh untuk menjadi hamba Tuhan. </div><div align="justify"><br /><strong>IV) Penutup / kesimpulan:</strong> </div><div align="justify"><br /><strong>Untuk saudara yang belum percaya kepada Yesus,</strong> <em><strong>janganlah menunda! Percayalah sebelum terlambat. </strong></em></div><div align="justify"><br /><strong>Untuk saudara yang sudah percaya: <em>tirulah teladan Kristus dan berikan yang terbaik kepada Tuhan.</em></strong> </div><div align="center"><strong>==== AMIN ====</strong></div><div align="justify"><br />Joh 21:17 <strong>Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "<em>Gembalakanlah domba-domba- Ku".</em></strong></div><strong><em><div align="right"><br /></em></strong>Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.<br /><strong>oleh : Pdt. Budi Asali M.Div. </strong></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-66373363470301121982009-04-24T02:42:00.000-07:002009-04-24T02:54:03.621-07:00Kunci Sukses Untuk Menggapai Kesuksesan<div align="justify"><strong>KUNCI SUKSES DALAM MENGGAPAI KESUKSESAN</strong><br /><br /><strong>1. Mengandalkan Tuhan Disegala Hal</strong><br /><br />Saya sangat senang mendengar dan bahkan menyanyikan walaupun suaraku jauh bangat dari cukup untuk menyanyikan lagu yang berikut ini;<br /><br />Tiap langkahku diatur oleh Tuhan<br />Dan tangan kasihNya menuntunku<br />Ditengah Gelombang dunia menakutkan</div><div align="justify">Hatiku tetap tenang teduh<br /><br />Tiap langkahku kutau Tuhan yang pimpim<br />Ketempat tinggiku dihantarnya<br />Hingga sekali aku nanti tiba<br />Dirumah Bapa surga yang baka<br /><br />Jadi kalau kita sudah tau bahwa tiap langkah kita sudah di atur dan bahkan di tuntun oleh Tuhan berarti kita sudah selayaknya dan sepatutnya mengandalkan Tuhan disegala gerak langkah kita, disegala tindak tanduk kita dan disegala pemikiran dan perkataan kita inilah yang menjadi kunci utama kita dalam mencapai segala ASA kita. Hal ini bisa kita lihat dalam Firman Tuhan yang tertulis pada Amsal 3 ayatnya yang ke 5 – 6 “<em>Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Sungguh indah Firman Tuhan ini karena kita tinggal berserah penuh kepada Nya maka jalan kita akan diluruskan"</em>.<br /><br /><strong>2. Percukupkan Dengan Ilmu Pengetahuan<br /></strong><br />Memang diatas kita disuruh mengandalkan Tuhan sepenuhnya dan jalan kita akan diluruskan, namun Tuhan juga mengajarkan kepada kita dalam Amsal 19 ayatnya yang ke 2 “<em>Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah</em>” . Disini Firman Tuhan mengharuskan kita untuk mencari ilmu pengetahuan karena kita tidak cukup dengan kerajinan belaka dengan mengandalkan Tuhan untuk menggapai segala cita-cita kita, karena Tuhan akan membukakan jalan kepada kita dengan sesuatu pekerjaan atau usaha untuk menggapai hal tersebut dan kalau kita tidak memiliki sesuatu ilmu pengetahuan tentang sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan dan atau usaha kita bagaiman caranya kita melakukan sesuatu untuk menyelesaikan hal tersebut dengan baik dan benar. Hal ini juga dikuatkan dengan Firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal 6 ayatnya “<em>Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak”.</em><br /><strong><br />3. Kita Harus Rajin Dan Cekatan<br /></strong><br />Seperti dikatakan dalam amsal 19 : 2 dimana kerajinan kita harus di dukung dengan ilmu pengetahuan yang berarti disamping kita sudah mengerti segala sesuatu dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki, kita tidak boleh berpangku tangan karena sia-sia juga ilmu pengetahuan kita walaupun setinggi bintang dilangit tanpa mengaplikasikannya dengan kerajinan dan cekatan. Jadi kita harus dengan rajin untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai segala sesuatu sesuai dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Jangan kita malas dan jangan sekali-kali kita bertindak rajin karena keterpaksaan yaitu kita rajin kalau ada pemimpin kita akan tetapi kalau pimpinan kita tidak ada kita langsung malas-malasan hal ini juga di tegaskan dalam firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal 6 ayatnya yang ke 7 – 8 ” <em>biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen</em>”.<br /><br /><strong>4. Mengutamakan Kejujuran dan Kebenaran</strong><br /><br />Saat ini banyak orang hanya untuk mengejar sesuatu yang didambakan atau dicita-citakan harus mengorbankan harga diri, martabat dan bahkan harus meniadakan Tuhannya dengan berpindah ke tuhan yang lain. Karena seseorang ingin memiliki sesuatu barang yang mahal yang mungkin tidak dapat dia miliki dengan mengandalkan gajinya yang relative kecil maka dia menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya tersebut padahal hal tersebut sangatlah bertentangan dengan hal yang paling utama yang sudah kita jelaskan diatas “MENGANDALKAN TUHAN DISEGALA HAL” karena kalau kita berserah kepada Tuhan bukanlah kurang panjang tanganNya untuk mempercukupkan segala sesuatunya dan segala sesuatunya itu indah pada waktunya, hal ini bisa kita lihat pada Amsal 10 : 9 “<em>Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui. Siapa mengedipkan mata, menyebabkan kesusahan, siapa bodoh bicaranya, akan jatuh"</em> dan juga Amsal 16 : 8 – 9 “<em>Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan. Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya”</em> dan juga pada Amsal 10 : 19 “<em>Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang fasik membawa kepada dosa</em>”.<br /><br /><strong>5. Menjaga Mulut</strong><br /><br />Pernahkah mendengar cerita seorang pengembara yang terlalu banyak ngomong menyebabkan lehernya di pancung oleh seorang raja ? kisahnya begini “<em><span style="font-size:85%;">seorang pengembara sedang mengembara disebuah hutan dan tiba-tiba dia bertemu dengan satu tengkorak dan pengembara ini bertanya pada si tengkorak “bagaimana kamu dapat sampai disini” sitengkorak menjawab saya sampai disini karena mulut besar dank arena takjub dan heran sang pengembara pergi ke kota dan menceritakan hal tengkorak bisa ngomong kesemua orang yang dia temukan, dan hal itu sampailah ketelinga sang raja dan mungkin karena kesal dan tidak percaya hal tersebut sang raja meminta sipengembara menunjukkan tersebut kepada mereka dan tibalah mereka kepada si tengkorak tersebut dan pengembara mulai menanyai tengkorak dan tengkorak tidak mengeluarkan sepata katapun, sang raja marah besar karena merasa dipermainkan oleh pengembara dan akhirnya dipancungnyalah sipengembara itu</span></em>” dan jadilah tengkoraknya disitu karena mulut besarnya. Demikian juga halnya dengan kita, bilamana kita mau mengeluarkan sebuah pendapat kita harus terlebih dahulu memikirkan untung dan rugi dari pendapat tersebut, jangan sampai pendapat atau omongan kita menjadi sebuah petaka dalam hidup kita, Hal ini bisa kita lihat dalam FirmanTuhan dalam Amsal 10 : 11 “<em>Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman</em>” dan juga pada ayatnya yang ke 19 – 20 ” <em>Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilai</em>nya” dan juga dipertegas pada Amsal 21 : 23 yang berbunyi demikian ” Siapa <em>memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran</em>”. Jadi sangatlah jelas mulut kita bisa menjadi sebuah kesuksesan dan atau keberhasilan dalam hidup kita namun bisa menjadi sebuah maut juga, oleh karena itu pintar-pintarlah kita menggunakan mulut kita ini.<br /><br /><strong>6. Kita Harus Bisa Bersabar dan Tenang</strong><br /><br />Sabar itu bukan berarti kita pasrah sepenuhnya, namun kita disini dituntut agar kita bisa tabah dan tidak gampang putus asa namun selalu berusaha apabila kita mengalami sesuatu kegagalan, karena ada kata-kata bijak yang pernah saya dengan “kegagalah saat ini adalah sebuah kesuksesan yang tertunda” jadi kalau ada sebuah kesuksesan yang masih tertunda dan kita tidak mempunyai sebuah kesabaran dan tidak mempunyai usa untuk mengulanginya dengan lebih baik lagi maka kegagalan itu menjadi benar-benar sebuah kegagalan dan tidak akan pernah ada keberhasilan di kemudian hari. Firman Tuhan pada kitab Amsal 14 : 29 berkata “<em>Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan”</em> . Jadi bisa kita lihat SABAR itu sangatlah perlu untuk mengapai ASA yang sedang membara dan dengan kesabaran kita bisa menggapai sesuatu yang kita impikan seperti yang tertulis dalam Amsal 16 : 32 “<em>Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota</em>”.<br /><br /><strong>7. Jangan Ingin Cepat Kaya</strong><br /><br />Tuhan tidak pernah melarang anak-anakNya menjadi kaya, bahkan Tuhan kita yang kaya menyiapkan berkat yang melimpah-limpah untuk kita agar kita bisa hidup dalam kekayaan yang berasal dari Tuhan. Karena ingin cepat menjadi kaya sering menyebabkan orang jatuh pada dosa karena bisa pindah tuhan dari Tuhannya yang menjadi sumber berkat pindah kepada tuhan yang sebenarnya adalah sumber petaka, padahal sebenarnya sebelum manusia diciptakan oleh Tuhan segala sesuatu kebutuhannya sudah terlebih dahulu disediakan, namun yang perlu kita cermati adalah bahwa “waktu kita bukanlah waktu Tuhan dan waktu Tuhan bukanlah waktu kita” dan jangan sekali-kali kita memaksakan kehendak kita tapi biarlah kehendak Tuhan yang jadi dalam hidup kita. Kekeayaan yang telah dijanjikan oleh Tuhan untuk kita nikmati bisa kita lihat dalam FirmanNya yang tertulis dalam 10 : 22 “<em>Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya”</em>. Juga mungkin pernah kita memperhatikan bila seseorang itu dengan gampang mendapatkan banyak harta pasti dengan cepat juga harta itu akan berkurang dan bahkan menjadi habis, karena hal ini sudah dinyatakan juga dalam Firman Tuhan dalam Amsal 13 : 11 “<em>Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya</em>”.</div><div align="center"><br /><strong><em><span style="font-size:130%;">Selamat mencoba, semoga kesuksesan menyertai kita dan kekayaan akan memenuhi kehidupan kita masing-masing yang hidup mengandalkan Tuhan.</span></em></strong></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-7562425575224463492009-04-23T17:35:00.000-07:002009-04-23T17:41:13.722-07:00Jadilah Orang Tua Sahabat Anak<div align="justify"><strong><span style="font-size:130%;">Orang-tua Sahabat Anak</span></strong></div><span style="font-size:130%;"></span><br /><div align="center"><br /><strong>Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. (Amsal 27:6)</strong></div><br /><div align="justify"><br /><span style="font-family:georgia;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_XAunwNSUPxA/SfEKim3r_vI/AAAAAAAAABw/1k57Y6hi4vY/s1600-h/OrTu+Sahabat+Anak.bmp"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5328051423821954802" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 200px; CURSOR: hand; HEIGHT: 134px" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_XAunwNSUPxA/SfEKim3r_vI/AAAAAAAAABw/1k57Y6hi4vY/s200/OrTu+Sahabat+Anak.bmp" border="0" /></a>Pendidikan yang baik itu bukan hanya "membelai", tetapi juga "memukul" tentu saja dengan maksud baik, bukan menyiksa. Orang tua adalah sahabat bagi anaknya, setidaknya orang tua lebih tahu pahit manis kehidupan daripada si anak, lebih dahulu tahu, lebih berpengalaman, sehingga mereka perlu selalu menunjukkan apa yang baik dan apa yang buruk dan perlu dihindari supaya anaknya terhindarkan dari hal-hal yang tidak baik. Orang tua yang baik mempersiapkan anaknya menjadi orang bijak, Amsal 9:9 menulis "berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah".</span></div><span style="font-family:georgia;"><br /><div align="justify"><br />Ketika anak kita lahir, ia adalah bagaikan kertas kosong yang siap diisi apa saja oleh orang tuanya, temannya, lingkungannya dan juga pendidiknya. Dan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses perkembangan fisik dan mental si anak, orang-tua dalam hal ini berperan sebagai penjaga. Anak-anak adalah harta bagi orang-tuanya. Jagalah hartamu supaya mereka menjadi berguna dan senantiasa berkembang.<br /><br />Kasih dan kepedulian seperti sahabat yang tak terpisahkan. Lawannya kasih itu bukan 'benci' atau 'jahat', lawannya kasih adalah 'tidak peduli' (bahasa Inggris, "apathy" berasal dari kata Yunani "a-pathos", harfiah : tanpa perasaan). Olehnya kita menggunakan istilah "apatis". Orang yang apatis adalah orang yang tidak peduli urusan orang lain, tidak peduli lingkungan dan apa yang terjadi di sekitarnya. Kadang kita bersikap "apatis", susahnya kalau kemudian sikap ini menjadi suatu penyakit yang menahun dan akut. Apakah kita kurang mempunyai waktu sehingga kita hilang kepedulian kita? Manusia membutuhkan komunikasi dan kerjasama diantara sesamanya. Manusia perlu saling mengisi, saling menegor, saling mengoreksi, saling memberi masukan untuk sesuatu yang baik. Seorang yang apatis mustahil ia akan sukses pada hari depannya. Jikalau kita adalah orang tua yang mempunyai anak-anak. Apa jadinya jikalau kita orang tua mempunyai sikap "apatis" kepada anak-anak kita? Kata "apatis" tidak selalu bermakna untuk sikap-sikap "ogah mengasuh/ melayani anak". Karena ada kalanya akibat cinta yang begitu dalam kepada anak, ada orang-tua tua menjadi lupa - tidak peduli - terhadap apapun yang dilakukan anaknya dan menganggap apapun yang dilakukan anaknya adalah benar. Atas nama cinta, mereka tidak menegor anaknya ketika si anak berbuat salah, pun juga merupakan sikap "apatis" (tidak peduli).</div><br /><div align="justify"><br />Pujian, belaian dan kasih-sayang adalah susu yang baik. Anak-anak kita tetap memerlukannya sampai ia besar. Gula-gula yang manis-manis (kata-kata yang manis) juga disukai anak-anak. Tetapi tidak selamanya hanya susu dan gula yang kita berikan, terlalu banyak gula tidak baik, terlalu banyak susu juga tidak baik. Pada saatnya mereka harus makan makanan keras (bergumul tentang sesuatu, berjuang), dan kata-kata pedas ataupun keras sering juga diperlukan sebagai kritik yang membangun.</div><br /><div align="justify"><br />Tidak ada orang sukses yang instant, tidak ada sukses kebetulan, semua ada persiapannya. Tidak ada produksi orang bijak yang instant, orang tua harus mempersiapkannya. Anak-anak muda bersalah itu biasa. Ketika anak berbuat salah, orang tua tidak perlu panik, marah yang berlebihan ataupun malu dan menutupinya, dan sebaiknya mereka senantiasa berkaca pada masa lalunya dulu, sehingga mereka dapat memberitahu apa yang sebaiknya dilakukan dan dihindarkan oleh si anak. Jika seorang muda itu sudah hebat dari sononya dan tidak pernah berbuat salah, tentu tidak perlu orang-tua menyekolahkannya. Toh kita mengirimkan anak-anak kita ke sekolah-sekolah terbaik. Artinya, membentuk anak/ generasi muda yang baik dan bijak itu suatu proses, bukan sesuatu yang instant.</div><br /><div align="justify"><br />Selamat mencetak generasi sukses.</div><br /><div align="right"><br />Blessings in Christ,<br />Bagus Pramono<br />April 23, 2009</span></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-44094463975447752642009-04-14T02:59:00.000-07:002009-04-14T03:01:43.665-07:00Renungan Paskah<div align="justify"><strong>Jawa Pos, 10 April 2009</strong></div><strong><div align="center"><br />Renungan untuk Semangat Paskah</div><div align="center"><br />MENDEMONSTRASIKAN KASIH DENGAN PENGURBANAN</strong><br /> </div><div align="justify"><br /> Hari Jumat, 10 April, umat Kristiani sedunia memperingati Wafatnya Tuhan Yesus yang dilanjutkan dengan Paskah sebagai momen kebangkitan dan kemenangan atas maut. Sehari sebelumnya, masyarakat Indonesia menjalankan pesta demokrasi pemilihan umum legislatif. Permenungan kritis atas interkoneksi momen politik dan religius ini patut dilakukan. <br />Paskah adalah wajah utuh sebuah servant leadership (kepemimpinan hamba). Dalam aroma anyir suksesi kepemimpinan nasional tahun ini, rasa-rasanya nada kepemimpinan yang melayani patut dilagukan kembali. Paskah adalah lonceng yang berbunyi memanggil manusia untuk merendahkan diri dan melayani orang lain. <br /> Konsepsi servant leadership pernah diajarkan Yesus dalam adagium, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Markus 10:43-44).<br />Adagium ini diucapkan dalam konteks rivalitas di antara murid-murid Yesus sendiri, di mana 10 murid yang lain menjadi berang kepada dua murid bersaudara yakni Yohanes dan Yakobus yang lancang meminta jabatan. Namun demikian, kemarahan kesepuluh murid tersebut bukanlah didasarkan atas compassion terhadap kebenaran melainkan atas dasar ambisi despotisme dan rivalisme.<br />Hal ini mirip dengan kejadian di mana salah seorang anggota Cynic, sebuah mazhab filsafat Yunani yang menginjak-injak baju kuda Alexander Agung sambil berseru “calco fastum Alexandri” (sekarang saya menginjak harga diri Alexander), pada saat yang sama dijawab dengan seruan lain, “sed majori fastu” (tetapi dengan kesombonganmu yang lebih besar dari Alexander).<br /> Antitesis Ambisi Despotisme<br />Konteks ini memberikan negasi kepada konsep kepemimpinan sejati bahwa servant leadership merupakan antitesis kepada ambisi despotisme. Ambisi jahat inilah yang sayangnya justru dipraktekkan oleh model kepemimpinan raja Herodes dan Wali Negeri Pilatus dalam Narasi Paskah.<br />Menjelang pemilihan legislatif, pertanyaan kritis-reflektif bagi para calon pemimpin adalah sesungguhnya motif apa yang melandasi akan “nafsu” para tokoh nasional untuk melaju dalam pertarungan kepemimpinan nasional. Jikalau motifnya adalah ambisi despotisme dan rivalisme maka tidak heran, roh kekejaman, roh Herodes-Pilatus akan terus “menghantui” para pemimpin, yang menyebabkan mereka dapat melakukan kekejaman kepada rakyat.<br />Kekejaman tersebut antara lain, pertama, suatu bentuk dehumanisasi melalui mereduksi rakyat sekedar sebagai komoditi politik guna menghantarkan kanditat ke kursi kepemimpinan, sementara kebutuhan dan penderitaan rakyat diabaikan. Kedua, hilangnya sense of crisis, antara lain dengan melakukan kebijakan mercusuar yang sesungguhnya tidak tepat guna dan tidak tepat nalar dalam pandangan publik, namun menguntukan pejabat belaka.<br />Ketiga, hilangnya sense of crisis menyebabkan jalur komunikasi politik yang buntu sehingga memaksa rakyat kerap menggunakan aksi ekstra-parlementer yang melelahkan dan bahkan berpotensi terjadi kekerasan fisik. Keempat, komersialisasi penderitaan rakyat, antara lain dengan komersialisasi korban bencana alam dan korban kemiskinan guna mendapatkan sumber daya finansial yang penggunaannya imun audit dan tidak mendarat pada kebutuhan rakyat banyak. <br /> Vocation of the Servant<br /> Sebaliknya, motif dari servant leadership adalah menjadi hamba, menjadi pelayan bagi semuanya. Teolog William Lane menyebutnya sebagai “vocation of the servant” (1974) yakni suatu model kepemimpinan yang menegaskan eksistensi diri “bukan untuk dilayani melainkan melayani” (Markus 10:45). <br /> Kerelaan Yesus Kristus memikul salib di Golgota merupakan ekspresi servant leadership di dalam beberapa aspek. Terdepan, demonstrasi kasih terbesar. Salib merupakan penerjemahan motif kasih Allah kepada manusia berdosa (Yohanes 3:16). Servant leadership berlandaskan kasih sejati dan itulah yang dipraktekkan di Golgota. Di luar itu, terdapat nilai altruistik, rela menderita bagi umat-Nya. Salib dalam teologi Kristen merupakan kematian yang menggantikan (substitutional death) guna melepaskan umat-Nya dari dosa dan maut.<br />Akhirnya, salib adalah harga kebenaran (the price of truth) karena Yesus mempertahankan kebenaran menghadapi pengadilan tidak adil dan kedengkian dari perselingkuhan kotor pemimpin agama, politik dan hukum. Seorang pemimpin harus rela memperjuangkan kebenaran dengan harga yang mahal. <br /> Ekspresi servant leadership dalam konteks kekinian terwujud dalam beberapa hal pertama demonstrasi kasih, dalam bentuk pengorbanan bukan manipulasi, eksploitasi dan reduksi eksistensi dan peran rakyat bagi kepentingan sempit sang penguasa. Demi kekuasaan, politisi menebar pesona di Situ Gintung tetapi tutup mata di Lumpur Lapindo.<br />Kedua, nilai altruistik berupa pembatasan fasilitas dan kemewahan diri. Ketiga, kepemimpinan hamba menuntut harga yang mahal bagi perjuangan kebenaran dan keadilan. Almarhum Munir telah melakukan itu: ia membayar harga mahal bagi kebenaran. Bagaimana dengan pemimpin dan calon pemimpin yang lain?</div><div align="center"><br /> <strong><em> Selamat Paskah!</em></strong></div><em><div align="right"><br /></em><strong>By. Antonius Steven Un</strong></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-35014031717257558662009-04-13T17:42:00.000-07:002009-04-13T18:14:59.230-07:00Selamat Paskah<div align="center"></div><div align="justify"><span style="font-family:trebuchet ms;">Kristus datang bukan untuk meningkatkan penderitaan manusia, dan juga bukan datang untuk mengajarkan bagaimana caranya untuk menderita, tapi Kristus datang untuk memberi makna atas penderitaan.</span></div><div align="justify"><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Bagi orang-orang lain<br />Yang menolak undangan dan tawaran rahmat Allah oleh Kristus juga mengalami penderitaan, tapi mereka belajar bagaimana caranya menghindari penderitaan, mereka tidak memaknai apa arti penderitaan, sebab mereka tidak mempercayakan dirinya kepada kebenaran yang hanya dalam Kristus Yesus yang menderita untuk dosa-dosa manusia. Dan pada akhirnya juga mereka yang menolak rahmat Allah up Yesus Kristus akan mati binasa di kubur, tapi mereka mati untuk selama-lamanya sambil menanti di alam kubur ! Kita patut mewartaka kabar gembira ini supaya mereka juga boleh percaya dan mengubah pikirannya, sehingga mereka tidak lagi berpikir seperti manusia berpikir tetapi seperti Tuhan berpikir !</span></div><div align="justify"><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Tapi Yesus menderita, mati, bangkit dan hidup kembali, dan mengumumkan bahwa maut sudah berakhir dan sudah dikalahkan. Sebab jika Kristus sungguh tidak bangkit, maka sia-sialah pemberitaan injil, dan sia-sialah iman kita (1 kor 15:14). </span></div><div align="justify"><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Demikianlah iman kita dapat berdiri teguh, sebab iman kita tidak didasari oleh pengajaran orang yang mati, tetapi oleh Allah yang hidup, yakni Yesus Kristus, putera Allah yang menjelma menjadi manusia, menderita mati dan bangkit kembali untuk menguasai dosa dan maut dan hidup selama-lamanya!<br />Sebab kematiannya<br />Adalah kematian terhadap dosa-dosa manusia, satu kali mati dan untuk selama-lamanya, dan kehidupannya adalah kehidupan bagi Allah. Sebab upah dosa adalah maut; tetapi kasih karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.</span></div><div align="justify"><br /><span style="font-family:trebuchet ms;">Yesus berfirman :<br />"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. (yoh 11:25-26).</span></div><div align="justify"><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"><strong>Paskah berlanjut :</strong><br />Kristus akan datang kembali, ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan memandang dia, juga mereka yang telah menikam dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi dia. Amin. Datanglah ya Yesus untuk menyelesaikan kerajaanmu. Kami sungguh rindu akan kedatangan-mu, datanglah... Datanglah segera! Maranatha ! (why 1:7;22:20b)</span></div><div align="center"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br /><em><strong>Selamat paskah dan semoga sukacita paskah selalu beserta kita dan bertumbuh dalam iman yang menyala-nyala. Alleluia! Alleluia! </strong></em></span></div><div align="center"><strong><em></em></strong> </div><div align="right">By, Eddy Tg (Metamorphe)</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-16452566945148199512009-04-06T18:18:00.000-07:002009-04-06T18:20:08.996-07:00Hiduplah dengan Sabar dan Penuh Kasih<div align="justify"> Sabar adalah sebuah kata yang seringkan kita katakan apabila seseorang atau sahabat dan bahkan saudara kita mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan hati. Dalam hal ini kita mengajak dan bahkan kita bisa bersifat memaksa agar dia yang sedang menalamin hal yang tidak mengenakkan tersebut tidak langsung putus asa, tidak menyalahkan orang lain dan bahkan bisa menyalahkan Tuhan. Kalau kita lihat dari banyaknya huruf dan gampangnya di lafalkan kata sabar ini sangatlah sederhana, namun kalau kita simak dari makna kata sabar ini sangatlah besar maknanya, karena hanya kata sabar bisa membuat orang merasa tenang dalam menghadapi sesuatu hal yang mungkin sangat menyakitkan, juga bisa membuat orang kuat dalam menghadapi pencobaan, seandainya seseorang yang sedang menalami sesuatu pencobaan tidak SABAR mungkin dia akan menyalahankan Tuhan yang bisa berakibat sangat fatal dalam kehidupannya dan bahkan kata sabar ini adalah suatu kata yang bisa menjadi modal dasar orang untuk menggapai suatu kesuksesan, karena tanpa kesabaran tidak ada kesuksesan sebab kesuksesan tidak pernah diraih dengan sesingkat mungkin tapi harus mengalami beberapa halangan dan rintangan dan tanpa.</div><div align="justify"><br /> Biasanya orang sabar juga adalah orang yang penuh dengan KASIH karena orang tanpa rasa kasih yang mendalam juga tidak bisa sabar dalam segala sesuatu. Bisa kita lihat dalam hal kecil seperti antrian sesuatu hal kalau orang tanpa ada rasa KASIH pasti langsung pengen paling duluan tanpa memikirkan orang lain dan tidak pernah dia punya rasa sabar untuk menunggu gilirannya. Biarpun seorang yang sudah tua yang ada di depannya apabila tidak ada KASIH dalam hidupnya pasti selalu bersamaan hilangnya rasa SABAR dan akan berusaha mendahulukan dirinya dari orang yang ada didepannya walaupun sebenarnya belum gilirannya. Jadi bisa kita lihat kasih itu tidak bisa kita lepaskan dari keSABARan. Kalau sudah tidak ada Kasih dan juga Sabar pastilah tidak adalagi murah hati dalam hidupnya, karena hanya dengan Kasih baru bisa kita berMURAH HATI yang begitu tulus. Mungkin kalau kita lihat baru-baru ini begitu terjadi musibah Situ Gintung banyak orang (Caleg/Partai) berlomban-lomba memberikan bantuan tapi tidak semuanya dengan tulus, tidak semuanya mereka yang memberikan itu kasih namun banyak dari mereka memberikan sesuatu itu dengan mengharapkan sesuatu juga sebagai imbal balik dari apa yang mereka korbankan tersebut. Namun apabila seseorang itu penuh dengan Kasih akan memberikan dengan tulus dan tanpa mengharapkan sesuatu sebagai imbal balik dari apa yang telah dia berikan karena KASIH ITU MURAH HATI</div><div align="justify"><br /> Orang-orang yang sombong, orang-orang yang angkuh selalu membanggakan segala sesuatu yang telah mereka lakukan, yang telah mereka perbuat, apa yang telah mereka korbankan selalu mereka koar-koarkan. Akan tetapi kalau orang yang penuh dengan Kasih segala sesuatu yang telah mereka lakukan, yang telah mereka perbuat dan atau segala sesutu yang telah mereka korbankan mereka tidak akan pernah publikasikan akan semunya itu dan bahkan mereka itu cenderung jangan sampai ada orang lain yang tau akan hal itu dan kalaupun orang lain tau mereka-mereka ini menginginkan biarlah orang yang telah merasakan, melihat, menikmati apa yang telah mereka perbuat yang mengwartakannya ke seluruh penjuru dunia. Karena ada prinsip dasar dalam hidup orang yang penuh kasih ”Apa yang telah diberikan oleh tangan kanan sebaiknya janganlah diketahui oleh tangan kiri”.</div><div align="justify"><br /> Bila seseorang kita katakan penuh dengan keSABARan, penuh dengan KASIH pasti orangnya tidak pemarah akan tetapi dianya adalah pemaaf yang berarti tidak akan pernah menyimpan kesalahan orang lain dan bisa kita katakan orangnya tidak akan pernah menjadi pendendam. Seandainya kita tidak menjadi orang yang SABAR dan tidak penuh dengan kasih pasti bila seseorang menyakiti kita pasti kita langsung membalaskannya dan apabila kita merasa belum sanggup membalaskannya pada saat itu juga pasti kita akan mencari cara dan jalan bagaimana caranya agar kita bisa membalaskannya yang berarti ada sesuatu perasaan dendam dalam diri kita. Berarti sangatlah besar manfaat dalam hidup kita bila kita bisa hidup dalam Kasih dan SABAR karena kita akan merasakan hidup yang jauh lebih tenang.</div><div align="justify"><br />Hal ini bisa kita temukan dalam ayat Firman Tuhan yang tertulis dalam KITAB 1 Korintus 13 : 4 -7</div><div align="center"><br /><strong><em>Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. </em></strong></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-40155897603939695802009-03-19T21:29:00.000-07:002009-03-19T21:32:50.513-07:00Mengapa Orang Lain Diberkati<div align="justify">Pernahkan kita memperhatikan satu keluarga yang begitu pelit, begitu susahnya berbagi dan membantu orang yang berkesusahan hidupnya semakin baik atau semakin kaya? Bukannya semakin kaya atau semakin baik namun malah hal sebaliknya yang terjadi, keluarga itu malah semakin menderita, semakin miskin dan bahkan semakin kesusahan dalam mempercukupkan apa yang mereka butuhakan, karena hal itu sudah jelas dikatakan dalam Firman Tuhan yang tertulis dalam Matius 6:27;<br /><strong><em>“Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”<br /></em></strong>Namun apabila kita memperhatikan satu keluarga yang begit baik, begitu ramah dan bahkan begitu banyak menampung orang tinggal bersama-sama dalam rumahnya apakah keluarga itu menjadi melarat dan atau menjadi miskin ??<br />Saya pernah dan bahkan sering melihat rumah-rumah yang tadinya miskin, tadinya tidak memiliki makanan yang bisa dibilang berlebih dan bahkan dikatakan cukup juga tidak, namun bisa memberi tumpangan untuk tinggal bersama-sama dengan mereka dalam satu rumah sederhana, makan seadanya namum bukan semakin kekurangan, bukan semakin melarat akan tetapi malah kehidupan mereka semakin berkelimpahan.<br />Apabila kita berpikir secara matematika dan melihat dengan mata telanjang kita itu adalah sesuatu hal yang salah atau sesuatu hal yang mustahil karena apabila kita berpikir yang tadinya 3 piring nasi hanya cukup untuk 3 orang saja yang berarti setiap orang mendapat 1 piring nasi namun dengan bertambahnya orang dalam rumah tersebut seharunya 3 piring nasi tadi menjadi dibagi 4 orang berarti hanya kebagian ¾ piring saja setiap orangnya dan bukan tetap 1 piring yang berarti mereka menjadi kekurangan, kelaparan, akan tetapi dari hal apa yang saya perhatikan sangat jauh kenyataannya dari apa yang kita perkirakan tadi, dimana mereka tidak kekurang atau kelaparan tetapi selalu berkecukupn dan bahkan menjadi bekelimpahan.<br />Karena kejanggalan yang saya lihat dan saya amati dari kisah yang saya utarakan diatas timbul suatu pertanyaan dalam hati, kok bisa seperti itu ya ?? Apa rahasia dibalik hal itu semuanya ? Sebagai jawaban untuk kita semuanya itu bisa kita lihat dan kita baca dalam Alkitab yang tertulis pada Kitab Matius 14 : 15 – 16<br /><br /><strong><em>14:15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa."<br />14:16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan."<br /></em></strong><br />Murid-murid Yesus meminta kepada Nya agar menyuruh orang banyak itu pergi karena murid-muridNya berpikir dengan pikiran mereka sendiri karena sudah mulai malam dan pasti mereka sudah lapar dan butuh makanan padahal makanan tidak ada untuk disuguhkan. Mereka tidak berkonsultasi dulu dengan Tuhan, tidak bertanya dulu dengan Tuhan. Begitu juga dengan kita dalam menyingkapi sesuatu kita sering berpikir dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri, kita melihatnya dengan mata badani kita dan berkata bagaimana saya sanggup berbagi dengan orang lain sedangkan untuk diri saya sendiri saja masih kurang, bagaiman saya bisa menolong orang lain sedangkan diri saya saja masih butuh pertolongan.<br />Jadi yang menjadi jawaban dari pertanyaan tadi berdasarkan FirmanNya yang tertulis dalam Kitab Kisah Para Rasul 20 : 35<br /><strong><em>” Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."<br /><br /></em></strong>Firman Tuhan ini juga akan lebih dikuatkan atau akan lebih memberikan penjelasan yang lebih lagi apabila kita melihat dari kisah serupa (Lima Roti dan Dua Ikan) yang ditulis oleh Yohanes dalam Kitab Yohanes 6:9<br /><strong><em>"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?<br /></em></strong>Coba kita bayangkan seandainya anak kecil itu langsung menyembunyikan roti dan ikan yang ada padanya dengan berpikir bahwa untuk dia sendiri semuanya itu mungkin masih tidak cukup (masih kurang), maka semuanya mujijat itu tidak akan terjadi dari apa yang dia (anak kecil) miliki. Namun karena anak kecil itu mau memberi mau membantu maka mujijat yang begitu besar nyata dalam hidupnya.<br /><br />Firman Tuhan yang menjadi kunci utama dalam hidup kita tentang hal memberi adalah yang tertulis dalam Kitab Lukas 6:38<br /><strong><em>“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."</em></strong></div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-55513460926348781312009-03-18T00:50:00.000-07:002009-03-18T00:53:03.875-07:00Haruskah Kita Bekerja<div align="justify">Banyak orang yang bisa menyalahtafsirkan akan sesuatu hal yang didengarnya dan atau yang dilihatnya, seperti banyak orang yang mengatakan untuk apa kita capek-capek bekerja, toh apabila kita berdoa kepada Tuhan dengan tulus dan yakin maka semuanya yang kita minta dalam tua tersebut akan dikabulkan dan akan diberikan kepada kita. Hal demikianlah yang bisa mungkin terjadi kepada Orang Kristen yang membaca sepenggal-sepenggal dari ayat Firman Tuhan seperti yang tertulis dalam Kitab Mazmur 2 : 8 yang berbunya demikian;<br /><strong><em>Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.<br /></em></strong>Jadi dalam ayat ini jelas kita dapat lihat bahwa dengan berdoa saja kita bisa memiliki segala sesuatu, bukan hanya bangsa-bangsa yang akan diberikan oleh Tuhan kepada kita namun dari ujung yang satu sampai ujung lainnya dari bumi ini akan menjadi kepunyaan kita hanya dengan berdoa tanpa melakukan sesuatu hal yang lainnya.<br /><br />Jadi sebaiknya kita dalam melihat dan atau membaca sesuatu hal itu kiranya jangan hanya dari satu sisi saja, namun kita harus menelaah lebih dalam dan lebih jauh lagi karena Firman Tuhan juga dalam Kitab Matius 10 : 16;<br /><strong><em>“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular. dan tulus seperti merpati<br /></em></strong>Dalam ayat ini kita diminta cerdik yang berarti bijak dimana kita harus bisa berpikir lebih jernih, lebih teliti dan lebih telaten dan juga tidak asal menafsirkan akan sesuatu hal tanpa ada data pembanding atau data pendukung lainnya.<br /><br />Karena apabila kita hanya meminta tanpa suatu usaha berarti kita bisa disamakan dengan orang yang malas padahal untuk orang malas jelas ada ayat Firman Tuhan yang sangat keras menegurnya, mengingatkannya agar orang malas itu berbuat sesuatu hal yang sangat berguna untuk masa depannya atau untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini bisa kita lihat dan kita baca dalam Kitab Amsal 6 : 6-8;<br /><strong><em>6:6. Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:<br />6:7 biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya,<br />6:8 ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.<br /></em></strong>Pada ayatnya yang ke 6 kita diminta menjadi orang yang <strong><em>bijak</em></strong> seperti yang telah saya utarakan diatas bahwa kita sebagai Orang Percata seharunya harus <strong><em>bijak</em></strong> dimana kita bisa belajar dari sesuatu hal yang kita baca dan atau kita lihat juga yang kita dengar namun jangan langsung menerima apa adanya dari apa yang kita lihat, dengar atau yang kita baca itu, namun kiranya kita mempelajarinya lebih dalam lagi. Dalam ayat lanjutannya dikatakan orang bijak juga harus bisa melakukan sesuatu hal tanpa suatu komando atau pemimpin tidak ada yang mengatunya namun bisa melakukan sesuatu hal yang Sangay berguna dalam kelangsungan hidupnya.<br />Digambarkan dalam ayatnya yang ke 8 bahwa semut itu bekerja menyimpan/ menyediakan stock makanannya untuk musim selanjutnya. Dari ayat ini jelas kita lihat bahwa kita tidak disuruh duduk diam dan berdoa saja, namun kita diminta melakukan suatu usa atau pekerjaan agar kita mendapatkan sesuatu untuk kita makan.<br /><br />Kedua ayat yang kita baca diatas seakan-akan mempunyai arti yang bertentangan, namun keduanya itu adalah satu-kesatuan sebagai arahan dalam kehidupan kita dimana kita harus melakukan sesuatu hal sembari kita bawakan hal yang kita lakukan tersebut dalam Doa Yang Benar kepada Tuhan, maka dengan demikianlah Tuhan akan memberikan hal itu kepada kita.</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-37570470964492143402009-03-17T02:13:00.000-07:002009-03-17T02:15:56.629-07:00Mengucap Syukurlah Disegala Hal<div align="justify">Pernahkan saudara melihat seseorang disaat kejayaannya banyak orang yang mendekatkan diri kepadanya, ada yang mengaku saudara, ada yang mengaku teman dan lain sebagainya, namun begitu kejayaannya berakhir mereka menjauh darinya dan bahkan mereka semuanya berkata tidak kenal akan orang tersebut bila mana ada orang yang menanyakannya. Juga sebaliknya disaat orang dalam susah, miskin, melarat sanak saudara, famili, keluarga dekat semuanya menjauh semuanya berkata tak kenal, namun bilamana yang tadinya susah, miskin, melarat nasibnya berubah menjadi orang hebat, orang terpandang dan menjadi orang kaya, merka yang tadinya berkata tidak kenal berubah menjadi mengaku Saudaranya, familinya, keluarga dekatnya.<br />Kalau kita dari orang miskin menjadi kaya itu adalah perubahan yang cukup senang dan enak karena sudah nasib kita menjadi baik juga keluarga kita yang tadinya menjauh berubah menjadi dekat dengan kita, namun kalau berubahnya dari nasib yang tadinya kaya, terpandang berubah menjadi orang yang miskin, melarat juga terhina dan pasti akan diikuti dengan hilangnya sanak saudara kita, hal inilah yang paling menyakitkan.<br /><br />Hal serupa bukan hanya dalam kehidupan kita saat ini bisa terjadi, namun pada jaman dahulu kala juga itu sudah sering tarjadi, karena kita bisa melihat dalam Alkitab yang tertulis pada Lukas 15 ayatnya 13 dimana saat sibungsu masih mempunya banyak hartanya, uangnya masih banyak dia ditemanin banyak orang untuk berfoya-foya namun setelah uangnya habis mereka semua menghilang satu persatu, mereka meninggalkan sianak bungsu itu bingung sendirian, kelaparan sendirian, namun diasaat uangnya masih banyak pasti mereka berkata kepada sibungsu, ada yang mengatakan BOSS ada yang mengakatan SOBAT, ada yang mengatakan KAWAN dan lain sebagainya, namun setelah itu semuanya dari mereka seakan-akan tak kenal dengan dia, seakan-akan mereka tidak pernah bertemu dengan dia.<br /><br />Lebih jelas lagi bisa kita lihat dalam Kitab Ratapan 1:2<br /><strong><em>“Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorangpun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya”.</em></strong></div><div align="justify"><strong><em><br /></em></strong>Malah ini lebih menyakitkan lagi, kalau tadi diatas saya kasih gambaran hanya menjauh namun dalam ayat ini diungkapkan mereka yang tadinya kekasihnya, sahabatnya, temannya berubah menjadi seterunya, berubah menjadi musuhnya. Bisa kita bayangkan bagaimana sakitnya apabila yang tadinya teman kita berubah menjadi musuh kita alangkah sakitnya perasaan kita karena mereka telah menghianati kita.<br /><br />Namun sebagai orang percaya apabila hal itu terjadi dalam kehidupan kita, haruskah kita menangis, haruskah kita bersedih meratapi akan apa yang sedang terjadi menimpa hidup kita, saya berkata mestinya kita tidak harus seperti itu dan marilah kita belajar dari pribadinya Ayub (Ayub 1 : 13 – 19)<br /><br /><strong><em>1:13. Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,<br />1:14 datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,<br />1:15 datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."<br />1:16 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."<br />1:17 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."<br />1:18 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,<br />1:19 maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."<br /></em></strong><br />Pencobaan yang begitu besar yang datang dalam kehidupan Ayub dari hartnya bendanya hingga anak-anaknya semuanya habis, apakah dia menangis, apakah dia meraung-raung meratapi nasibnya atau apakah dia menjadi menghujat Tuhan, jawabannya TIDAK, bahkan Ayub memuji Tuhan, hal ini bisa kita lihat pada Ayub 1 : 21 berbunyi demikian;<br />“katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"<br /><br />Jadi apapun yang kita rasakan dalam kehidupan kita, sebaiknya kita mensyukuri, karena semuanya itu adalah milik Tuhan, semuanya itu terjadi atas kehendak atau seijin Tuhan, oleh karena itu setiap yang kita rasakan, setiap hal yang kita hadapi kita serahkan segalanya kedalam tangan Tuhan karena tidak ada kuasa yang melebihi dari kuasa Tuhan.</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-51597909393117690892009-03-16T03:01:00.000-07:002009-03-16T03:08:33.966-07:00Apa Yang Kita Tanam Itu Yang Kita Tuai<div align="justify">Pernahkan kita mendengar kata “tak jauh buah jatuh dari pohonnya” kalau dalam bahasa daerah dari medan mengatakan <strong><em>“dang dao tubis sian bonana”</em></strong> yang mengartikan dalam kehidupan keseharian kita bahwa perelaku anak itu tidak jauh beda dan bahkan kerap sama dengan kelakuan dari orang tuanya.<br />Seorang anak jika berbuat sesuatu yang salah selalu yang jadi bahan pertanyaan dari orang banyak adalah <strong><em>“anak siapa itu”</em></strong> atau “<strong><em>siapa bapaknya itu</em></strong>”, dari sini bisa kita lihat betapa malunya seorang bapak/orang tua kalau anaknya berperilaku yang tidak baik/jahat.<br />Namun disisi lain kita dapat melihat jika mana seorang anak berpredikat “<strong><em>pintar, baek, rajin dan sebagainya yang merupakan hal-hal baik”</em></strong> orang tidak langsung bertanya itu anak siapa, atau siapa orang tuanya itu tetapi orang itu pasti lebih dahulu berujar “<strong><em>berbahagialah orang tua yang memperanakkan dia</em></strong>” atau “<strong><em>bahagianya orang tuanya dia itu”</em></strong> baru setelah itu orang-orang bertanya anak siapa itu ya dan selalu diikuti lagi dengan kata “<strong><em>bahagianya orang tuanya mempunyai anak seperti itu</em></strong>”<br />Dari kedua hal diatas bisa kita lihat peranan anak untuk mengangkat martabat dari orang tua dan atau sebaliknya, dan juga setidaknya tingkah laku atau perbuatan seorang anak bisa menggambarkan kehidupan orang tuanya kepada orang yang tidak mengenal mereka.<br />Tetapi bukan hanya kehidupan anak yang bisa menghancurkan citra dari orang tua, namun kehidupan masalalu yang baik dari orang tua (nenek moyang) dari sianak juga bisa mengangkat martabat dari sianak dan juga kehidupan jahat/kotor dari orang tua (nenek moyang) bisa menghancurkan masa depan dari sianak tersebut.<br />Banyak anak sekarang tidak diterima menjadi PNS hanya karena citra dari orang tua/leluhurnya yang ex. PKI yang salah satu ORMAS terlarang di Negara tercinta ini padahal dalam kehidupan kesehariannya begitu baik, patuh dalam beragama, namun hanya karena kehidupan masalalu dari orang tuanya/leluhurnya dia tidak bisa diterima bermasyarakat, namun ada sebaliknya karena nama baik, nama besar dari orang tuanya/leluhurnya yang begitu dikagumi oleh banyak orang hingga banyak tawaran dari sana-sini untuk sebuah pekerjaan untuk dia padahal kepintaran dia biasa-biasa saja.<br /><br />Hal ini juga dapat kita lihat dalam Firman Tuhan (Alkitab) yang tertulis pada kitab Amsal <strong><em>pasalnya yang ke 17 ayatnya yang ke 6.<br /></em></strong><br /><strong><em>“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka”.<br /></em></strong><br />Dari ayat ini bisa kita lihat bahwa peran anak itu untuk martabat orang tua/nenek moyang mereka sangat besar hingga digambarkan sebagai mahkota, yang mana kita tahu bahwa mahkota itu bukan ditaruh di kaki dan juga bukan di pinggang atau juga bukan di pundak melainkan diletakkan di kepala, yang berarti mahkota adalah tingkatan yang paling tinggi dari setiap orang. Namun kelakuan anak itu banyak terpengaruh dari bagaimana sang orang tua dalam membimbing, membina dan menuntun cara hidup dari sianak mulai sejak kecil hingga dewasa. Sangat jarang (bukan tidak ada) anak yang sudah dididik, dituntun, dibina dalam tatakrama kehidupan yang begitu baik sejak kecil hingga besar (dewasa) jadi mencoreng muka/martabat dari orang tuanya. Anak-anak yang jatuh dalam Lumpur dosa biasanya adalah orang-orang yang didikannya salah mulai sejak kecil, kurang perhatian hingga ingin menemukan jati dirinya. Untuk itu jika kita sudah berpredikat sebagai orang tua marilah kita menjadi orang tua yang benar bagi anak-anak kita, kita tuntun mereka dalam perilaku kehidupan yang benar, kita ajak mereka mengenal kehidupan yang penuh sopan santun, kebajikan dan lain sebagainya dan bahkan kalau memungkinkan jadilah kita sahabat atau teman disamping sebagai orang tua bagi anak-anak kita.<br />Namun bagiamana kita bisa mengarahkan anak-anak kita agar bisa mereka kelak menjadi mahkota yang indah dalam hidup kita dan bukan menjadi mahkota duri, maka kita harus terlebih dahulu menjadi contoh, tauladan bagi mereka. Jangan sekali-kali kita mengajak, menyarankan mereka jangan mabuk padahal kehidupan kita sebagai orang tua sering bahkan selalu mabuk-mabukan. Bagaimana kita bisa melarang anak kita biar mereka tidak merokok sedangkan kita saat melarang itu saja sudah kita hembuskan, kita tiupkan asap rokok kepada mereka atau lain sebagainya.<br />Jadi kalau kita menginginkan anak kita berbuat sesuatu yang baik maka sebaiknya terlebih dahululah kita contohkan hal tersebut kepada mereka, biar akhirnya nanti kita juga sebagai orang tuanya menjadi kehormatan bagai anak-anak kita.<br /><strong><em>Karena ada juga Firman Tuhan dalam Kitab Galatia 6 : 7</em></strong><br /><br /><strong><em>“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”.</em></strong><br /><br />Jadi kalau kita sudah samaikan, kita tanamkan hal-hal yang baik, kebajikan kepada anak-anak kita, pastilah hal-hal yang baik, kebajikan juga yang akan kita tuai, kita dapatkan kelak. Kita berbuat baik maka itu akan menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak kita dan sekaligus menjadi kehormatan bagi anak-anak kita nantinya karena pasti orang-orang melihat dan orang-orang pasti tau apa yang telah kita perbuat.<br /><br />Sekali lagi saya ingatkan bahwa seperti Firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal tadi bahwa Anak-anak kita adalah mahkota bagi kita, dan kita menjadi kehormatan bagi mereka, kalau kita sebagai orang tua tidak menjadi orang yang dihormati orang lain bahkan telah menjadi bahan cacian banyak orang, berarti kelak karena kelakuan kita itu maka anak-anak kita akan menjadi orang tidak terhormat dimata banyak orang, oleh karena itu marilah kita jadikan diri kita, hidup kita manjadi kehormatan bagi anak-anak kita yang pasti besar pengaruhnya nanti menjadikan anak-anak kita itu menjadi sebuah mahkota yang indah dan berharga dalam kehidupan kita.<br />Ingat Buah Jatuh tak jauh dari pohonnya atau seperti dikatakan Filsafat orang Medan (batak) DANG DAO TUBIS SIAN BONANA MOLO DAO DIHARAT PINAHAN, yang bahasa indonesia langsungnya adalah “Tak jauh tunas bambu (rebung) numbuh dari batangnya (kumpulan bambunya), kalau jauh pasti dimakan babi”.<br />Untuk itu jadilah kita contoh bagi anak-anak kita sebagaimana kita menginginkan mereka kelak.</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-89878094587731433522009-03-06T02:01:00.000-08:002009-03-06T02:06:10.490-08:00Banyak Yang Tidak Suka Dengan Kita<div align="justify">(Matius 26 : 57 – 63)<br /><br />26:57. <em><strong>Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua</strong></em>.<br />26:58 <strong><em>Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu.<br /></em></strong>26:59 <strong><em>Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati,<br /></em></strong>26:60 <strong><em>Tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang,<br /></em></strong>26:61 <strong><em>Yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."<br /></em></strong>26:62 <strong><em>Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"<br /></em></strong>26:63 <strong><em>Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."<br /></em></strong><br />Dari ayat yang tertera diatas bisa kita mengambil tema “Banyak Yang tidak Suka “, jika kita lihat dari ayat 59, dimana para Imam Kepala bahkan seluruh Mahkamah Agama mencari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan menghadirkan akan sebuah kesaksian palsu, Supaya Ia dapat dihukum mati. Berarti sungguh luar biasa rasa ketidaksukaan para Imam dan Mahkamah Agama kepada Yesus Kristus.<br /><br />Demikian juga dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dalam ruang lingkup pekerjaan, tempat tinggal kita dan bahkan ada yang bisa terjadi di gereja tempat kita beribadah. Mungkin di tempat kita kerja karir atau gaji kita bisa lebih cepat naiknya dari teman-teman kita itu bisa mengakibatkan ketidaksukaan dari mereka atau mungkin karena dari sudut pandang mereka melihat kita lebih disukai atau lebih disayang dari pimpinan kita memungkinkan mereka tidak suka pada kita yang mangakibatkan mereka memusuhi kita, mereka mencari-cari kesalahan kita, namun apa yang haru kita perbuat ???<br /><br />Bagaimana sikap dan tindakan kita seharusnya menghadapi hal seperti ini ?<br /><br />Jika kita melihat pada ayatnya yang ke 57 - 59, dimana ketika Yesus dihadapan dengan Iman Besar Kayafas dan para tua-tua, Imam-imam besar menuduhkan beberapa perbuatan-perbuatan yang salah yang telah dilakukan oleh Yesus yang walaupun semuanya itu adalah kesaksian palsu yang bertujuan bisa membuat Yesus dihukum mati.<br /><br />Tapi apa yang Yesus lakukan ? kita lihat ayat 63, DIA TETAP DIAM.<br /><br />Tetap DIAM mungkin inilah sebuah solusi yang tepat ketika teman kita tidak suka dengan kita, ketika teman kita cemburu melihat keberhasilan kita, ketika teman kita tidak suka melihat kebaikan pimpinan kita kepada kita dan atau mungkin ketika pimpinan kita memarahi tanpa tahu sebabnya. Atau yang lebih mujarab lagi BERPIKIR POSITIF saja, seperti tertulis pada Mazmur 37:7. Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia (Tuhan).<br />Mungkin teman kita ingin seperti kita, mendapatkan perlakuan yang sama dengan kita, yang mungkin atasan kita sedang ada masalah di rumah atau dimana pun yang mengakibatkan berimbas kemarahan lepada kita tapi lebih baik lagi apabila kita berdoa seperti tertulis pada II Raja-raja 4 : 33; <strong><em>“Sesudah ia masuk, ditutupnyalah pintu, sehingga ia sendiri dengan anak itu di dalam kamar, kemudian berdoalah ia kepada TUHAN”.</em></strong><br />Kita doakan teman kita itu kiranya pimpinan kita memperlakukan mereka sama dengan kita, kita doakan pimpinan kita apabila ada suatu masalah yang sedang dia hadapi entah masalah apapun itu biarlah kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan jalan keluar dari permasalahan yang sedang dia hadapi.<br />Hal seperti inilah yang harus kita lakukan apabila ada yang tidak suka dengan kita, ada yang sedang marah dengan kita, jangan sekali-kali kemarahan kita balaskan dengan kemarahan atau kebencian kita balas dengan kebencian, ketidak sukaan kita balaskan dengan ketidak sukaan lagi, namun marilah kita lakukan seperti yang tertulis pada Matius 5:39 <strong><em>“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”.</em></strong><br />Dimana Tuhan Yesus mangajarkan kepada kita agar kejahatan jangan kita balas dengan kejahatan, tetapi marilah kita balas dengan kebaikan dengan cara mendoakan mereka biar bisa keluar dari permasalahan yang sedang terjadi atas mereka.<br /><br />Banyak hal yang menyebabkan orang tidak suka dengan kita salah satunya adalah karena iri, seperti saya ungkapkan diatas mungkin mereka iri karena banyak hal yang mereka anggap janggal yang terjadi pada kita ingá kita lebih diuntungkan menurut sudut pandang mereka. Kita bisa melihat pada Yakobus 3 : 16. <strong><em>“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat”.</em></strong><br /><br />Berarti sikap iri hati sangat berbahaya, dimana dapat menimbulkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.Berhati–hatilah jika keberhasilan orang lain mulai membuat kita iri hati, atau ketika keinginan untuk hidup bagi diri sendiri mulai menguat dalam hidup kita. Hal itu seperti tetesan air dalam jumlah kecil yang berpotensi menjadi besar dan akan menjatuhkan iman, semangat, menumpulkan hati nurani, membunuh karakter dan pada akhirnya dapat menghancurkan hidup kita.<br /><br />Jangan pernah menganggap remeh benih iri hati bersemi di dalam hati dan pikiran kita. Buanglah segera mungkin sebelum terlambat dan kita mendapati kalau hidup kita hancur karenanya.<br /><br />Maka dari itu orang seperti ini jangan kita musuhi dan jauhi, mereka butuh pertolongan kita. Banyak hal dapat kita lakukan untuk menolong orang seperti ini, bawa dalam doa kita supaya hatinya disukacitakan oleh Yesus Kristus.<br /><br />Mungkin kita balik lagi ke awal kembali pada Matius 26 : 59, dimana para Imam–Imam Kepala, dab bahkan seluruh Mahkamah Agama dapat melaksanakan tugasnya dengan mantap untuk mengeluarkan keputusan terakhir, tapi perlu kita ingat bahwa semuanya itu mereka lakukan karena mereka terasa tersingi karena pengikut Tuhan Yesus sungguh sangat cepat dan sangat luar biasa perkembangannya yang berarti itu semuanya karena iri hati, dan mengakibatkan mereka bekerja tanpa hati nurani.<br /><br />Karena kita tahu mereka adalah orang yang paling terakhir yang harusnya paling bijaksana dalam menentukan keputusan di Mahkamah Agama, tapi karena :<br /><br />ketidak sukaannya kepada Yesus Kristus<br />didasari iri hati, cemburu karena melihat keberhasilan Yesus Kristus dalam menjangkau murid – muridNya dan banyak yang mengikutiNya<br />ketakutan para Imam akan posisi mereka di dalam masyarakat, mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil suatu kesaksian palsu agar bisa menyingkirkan Tuhan Yesus dengan cara menghukum mati.<br /><br />Kita sebagai anak-anak Tuhan Yesus marilah kita menunjukkan bahwa kita benar-benar telah menjadi anakNya dengan menunjukkan sikap kita dimanapun kita berada, dimanapun kita berjalan dan dimanapun kita bekerja, apabila kita sebagai karyawan marilah kita bekerja dengan jujur, tulus dan jangan pernah merasa dengki atau iri hati melihat keberhasilan teman sekerja kita, namun alangkah baiknya kalau kita berusaha dengan jujur dan dengan bekerja keras untuk bisa menggapai suatu hasil seperti mereka karena hal itulah yang membedakan hasil kerja kita dengan sekeliling kita yang tidak mengenal Yesus Kristus (sama halnya dengan Imam-Imam Kepala dan Mahkamah Agama tadi), adalah kita bekerja harus diikuti dengan sikap dan Hati nurani yang sesuai dengan KasihNya,<br /><br />Sebagai anak-anak Tuhan kita harus punya Buah–Buah Roh yang menetap dalam hati kita masing – masing, kita bisa lihat di GALATIA 5 : 22 – 23. “<br /><br /><strong><em>Tetapi Buah Roh ialah : Kasih, Sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri., karena tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.<br /></em></strong><br />AMIN.</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-3008900487468736612009-03-05T02:17:00.000-08:002009-03-05T02:22:02.960-08:00Angkat Tanganmu ... Biar Tuhan Yang Turun Tangan<strong> Markus 10 : 52 ; </strong><br /><div align="justify"><strong>Lalu kata Yesus kepadanya, “Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau”<br /></strong><br />Iman seorang Musafir<br /><br />Pada suatu hari ada seorang Musafir sedang melintasi gurun pasir Gobi (gurun pasir Mongolia ). Musafir tersebut terlihat kehilangan arah, payah berjalan, dan sudah kehabisan air. Gurun Gobi adalah tempat dimana anda bisa melihat kompas bisa berputar-putar sendiri dan tidak bisa menunjukkan arah. Dengan keluhan dalam hati sang Musafir berkata, “Saya bisa mati di gurun ini, tolonglah saya Tuhan.”<br />Dengan ketekatan Musafir tersebut berjalan terus. Pada saat haus dan keletihan yang tak terhingga, dia melihat suatu telaga yang cukup untuk diminum. Musafir tersebut lari namun ternyata hanya fatamorgana. Semangat hidupnya kembali pudar dan kembali dia berkata, “Saya bisa mati di gurun ini, tolonglah saya Tuhan.”<br />Dengan kekuatan yang tertinggal dan semangat yang telah dikumpulkan kembali setelah termanggu-manggu beberapa saat, berjalanlah kembali Musafir tersebut dengan iman yang baru. Pada waktu berjalan kira-kira satu jam, Musafir melihat semacam pondok kecil dengan pompa air tangan. Musafir bergegas memompa pompa itu dan memompa dan memompa namun tidak air yang keluar selain bunyi derit besi tua pompa yang kering. Dengan nafas yang tersenggal-senggal, mata Musafir akhirnya bertatapan dengan sebotol air dengan label yang tertulis “tuangkan air ini ke pompa tersebut.”<br />Dalam hati Musafir yang sudah sangat kehausan tersebut berkata, “enak aja suruh buang percuma, mending saya minum aja!,” namun ada suara hati lain yang mengatakan “turuti apa yang tertulis di label itu.”<br />Terjadilah perang batin antara mau diminum atau dituang ke pompa. Setelah DOA SEBENTAR pikiran Musafir bulat untuk menuang air dalam botol itu ke pompa. Setelah sesaat dituang, kembali Musafir memompa yang awalnya masih berderit namun tidak lama keluarlah air dari pompa tersebut. Musafir tersebut sangat gembira, bisa meminum sepuasnya, bisa mencuci kakinya, bisa mencuci tangan, bahkan membasahi seluruh badannya (mandi).<br />Setelah segar ia beranjak meneruskan perjalanan, tapi matanya tertuju pada botol yang airnya telah dituang ke pompa. Ia berkata, “aku akan mengisi kembali botol ini dengan air dan bisa untuk digunakan Musafir yang lain. Bukan air dalam botol ini yang menyelamatkan saya namun iman untuk memberi yang telah menyelamatkan saya.”<br /> <br />Dari cerita diatas bisa kita lihat bahwa KUASA TUHAN itu jauh sangat besar dari apa yang ada dalam pikiran kita, kalau seandainya kita yang ada dalam cerita diatas mungkin kita akan berpikiran sama dengan pemikiran awal dari musafir tersebut, “saya sudah haus kok malah disuruh menuangkan ke pompa itu lagi” memangnya saya orang bodoh, memangnya saya orang bego dan sebagainya, mungkin hal-hal serupa itu yang timbul dalam pemikiran kita karena kita mengandalkan kekuatan kita sendiri.</div><div align="justify"><br />Juga bisa kita lihat hal-hal yang sangat tidak masuk akal pada kehidupan Elia yang ada di <strong><em>I Raja-raja 17 ayatnya 10 – 16</em></strong> dimana ada seorang janda yang mempunyai seorang anak yang mengalami krisis ekonomi total di negrinya sedang mengumpulkan kayu bakar untuk pengolahan bahan makanan yang paling terakhir dari sisa bahan makanan yang mereka punya. <strong></strong></div><div align="justify"><strong></strong> </div><div align="justify"><span style="color:#3366ff;"><strong>“ayat 12”;</strong><br /> <em><strong>“Perempuan itu menjawab:”Demi TUHAN, Allahmu yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api kemudian aku mau pulang dan mengulahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati”.</strong></em><br /></span><br />Disini kita bisa melihat ketidak berdayaan dan juga keputus asaan dalam menghadapi suatu permasalahan. Sering kita berkata; Tuhan saya sudah tidak tahan lagi dengan penderitaan ini, saya sudah tidak mampu lagi menanggung pencobaan ini, Tuhan mengapa Engkau berikan pencobaan begitu berat kepadaku, lebih baiklah Tuhan ambil nyawa yang telah Kau berikan ini biar semua derita ini selesai, namun kita tidak duduk tenang dan berdoa seperti yang dilakukan oleh musafir tersebut, yang berdoa kepada Tuhan dan selalu menyerahkan segala sesutunya kepada Tuhan “Saya bisa mati di gurun ini, tolonglah saya Tuhan.” Karena tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong kita dimanapun kita berada, sebab Tuhan itu ada dimanapun kita berada asal kita berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dan mendengarkan suara Tuhan dan percaya sepenuhnya kepada firman Tuhan.<br /><br /><span style="color:#3366ff;"><strong>I Raja-raja 17:13</strong> </span><strong><em><span style="color:#3366ff;">“Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu”.</span><br /><br /></em></strong>Kalau dengan akal pikiran manusia hal ini tidak akan pernah kita lakukan, mengingat tepung itu sendiri sudah sangat sedikit begitu juga dengan minyak yang buat ibu janda dan anaknya itu sendiri saja masih kurang apalagi harus dibuat terlebih dahulu buat Elia. Mungkin kalau ada orang yang berkata demikian kepada kita mungkin saja sudah kita usir atau bahkan akan kita caci maki karena sangat mementingkan diri sendiri, namun ibu janda itu berkata lain dari sifat manusia pada umumnya karena dia percaya akan firman Tuhan karena yang berbicara kepada dia saat itu adalah Hamba Tuhan.<br /><br /><strong><em><span style="color:#3366ff;">14. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."<br />15. Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.<br />16. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.</span></em></strong></div><div align="justify"><strong><em><span style="color:#3366ff;"><br /></span></em></strong>Dari dua hal yang terjadi diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa bagaimanapun beratnya beban atau penderitaan yang sedang kita hadapi janganlah sekali-kalai kita mengandalkan pikiran kita sendiri apalagi menyalahkan Tuhan, namun sebaiknya kita berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan, kita ambil saat teduh sebentar untuk berbicara dengan Tuhan, meminta petunjuk dan pertolongan kepada Tuhan, dengarkan suara Tuhan, percaya akan janji Tuhan, angkatlah tanganmu didepan Tuhan biar kiranya Tuhan Turun tangan kepadamu, kepada masalah yang sedang kita hadapi. Karena kalau kita Turun tangan mungkin Tuhan akan Angkat Tangan akan masalahmu, tetapi kalau kita sudah Angkat Tangan akan masalah kita dan kita berserah sepenuhnya hanya kepada Tuhan, yakinlah baha Tuhan akan selalu Turun Tangan akan masalah yang kita hadapi</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4912514634781669829.post-73450965954990435042009-03-01T22:11:00.000-08:002009-03-02T17:20:38.160-08:00Rancangan Tuhan Sungguh Indah Dalam Hidup Kita<div align="justify">Waktu saya baru berangkat merantau ke Jakarta bulan Januari tahun 1991 dengan bermodalkan ijazah SMEA ditambah sedikit ilmu komputer (WS, Lotus) tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk mencari lapangan pekerjaan. Saudara/Abang saya bekerja sebagai Sopir dan Kernet Metromini di daerah Cilincing-Tanjung Priok. Karena sudah melamar kesana-kemari tidak mendapatkan sebuah lapangan pekerjaan, dengan terpaksa saya ngikut teman dari Abang ngenekin metromini namun tidak berapa lama dan tidak tau persis apa penyebabnya tiba-tiba ada pengemudi mobil berhenti mendadak di depan kami langsung marah dan memukul saya hingga menyebabkan mulut dan muka saya sakit yang tidak tanggung-tanggung, hingga akhirnya Abang saya menyarankan biar saya berhenti saja ngenekin, dan menyarankan saya biar mencoba lagi melamar pekerjaan dan berkat bantuan dari Saudara Jauh saya bisa masuk bekerja di sebuah Bengkel Bubut di daerah Cakung. Padahal saya lulusan dari SMEA jurusan Administrasi disuruh bekerja di Bengkel Bubut sama sekali saya tidak mengerti apa-apa dengan mesin dan akhirnya saya dikasih pekerjaan yang sangat membutuhkan tenaga yang kuat yaitu membuka/ menghancurkan baut-baut yang sudah karatan namun demi mempertahankan hidup di rantau orang terpaska saya lakonin dengan sabar.<br /><br />Mungkin karena kesabaran saya melakoni setiap pekerjaan yang diberikan kepada saya, hingga ada teman kerja di bengkel tersebut dengan telaten mengajari saya untuk mengoperasikan sebuah mesin untuk membuat lobang Sepi dan untuk mesin Skrap dan setelah saya hampir bisa mengoperasikan mesin tersebut teman kerja ini juga kebetulan mendapatkan pekerjaan di tempat lain, sehingga di mempercayakan mesin ini kepada saya yang sedang melakukan finishing dari suatu pekerjaan yang mungkin akan medapatkan insentive yang ukuran saat itu (1992) cukup besar, namun setelah sepeninggal dari teman ini tiba-tiba Supervisor membentak saya dan berkata "tidak ada hak kamu memegang mesin itu" dan langsung menyuruh adeknya dari mesin yang lain melanjutkan pekerjaan yang sudah hampir selesai dan akhirnya adeknya yang mendapatkan insentif dari pekerjaan yang telah kami lakukan. Karena jengkel dan kesalnya sempat juga terjadi Adu mulut yang akhirnya saya mengangkat sebuah mesin gerinda yang cukup besar dan menghidupkannya hingga si Supervisor lari terbirit-birit ke Ruang kantor pimpinan dan akhirnya pimpinan dari perusahaan/bengkel tersebut mengetahui duduk permasalahan hingga menyarankan insentive tersebut diserahkan sebagian kepada saya dan tetap memegang mesin tersebut karena dinilai oleh pimpinan tersebut saya sudah layak mengoperasikannya.<br /><br />Namun karena saya dan Supervisor sudah sempat terjadi pertengkaran yang sedemikian rupa yang mungkin sudah sangat sulit bisa terjadi kerjasama untuk hari-hari selanjutnya sehingga saya memutuskan untuk berhenti bekerja yang sebenarnya pimpinan dari perusahaan/bengkel tersebut tidak mengijinkan saya dengan menyarankan pindah ke bagian/devisi lain, namun tetap saya memilih untuk berhenti saya.<br /><br />Masih banyak kejadian-kejadian yang sangat menyakitkan saat bekerja di tempat lain, setelah saya keluar dari Bengkel tersebut saya bekerja di Toko Sepatu di daerah Tangerang "animo" hampir setahun lebih saya tidak pernah bisa ke Gereja karena setiap hari tanpa libur harus bekerja dari jam 8.00 - jam 21.00 sehinga tidak ada kesempatan untuk beribadah ke Gereja kapanpun, namun pas di Hari Natal saya tidak masuk kerja karena berpikir masa Natal saja saya tidak bisa ke Gereja, namun begitu masuk esok harinya karena pas tanggal gajian ternyata gaji saya langsung ada pemotongan karena tidak masuk kerja 1 hari (Natal), karena hati dan pikiran saya tidak bisa menerima kenyataan itu langsung dengan spontan saya berkata okelah sampai hari ini jugalah saya bekerja di sini dan dengan rasa kaget juga pemilik dari toko itu menjelaskan karena demikianlah peraturan yang ada dan dengan janji akan membayarkan kembali gaji yang di potong itu, namun dengan bersih kukuh saya menyatakan berhenti dan kembali lagi saya harus menjadi pengangguran.<br /><br /><br />Tuhan memang membuat Rancangan Yang Indah dalam hidup kita, seperti yang tertulis di Yeremia 29 : 11<br /><strong><em>"Sebaba Aku ini mengetahui rancangan-randangan apa yang ada pada_ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan".</em></strong><br /><br /><br />Tuhan tidak membiarkan saya terlalu lama dengan PENGANGGURAN dan langsung Tuhan mengirimakan hambanya memberikan sebuah lapangan pekerjaan bagi saya, persisnya Oktober 2004 saya dimasukkan oleh Hamba Tuhan di sebuah Yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan sebagai Staff di bagian kepegawaian di daerah Kebayoran Lama, dari sejak inilah semakin jelas tangan Tuhan itu selalu membimbing anak-anakNya yang selalu patuh dan setia kepadaNya. Sejak saya masuk bekerja di Yayasan ini dan tinggal di rumah Hamba Tuhan yang memberikan saya bekerja dan selalu membimbing saya untuk selalu tekun dalam Doa. Namun tetap saja ada tantangan dan rintangan yang menghadang jalan-jalan anak Tuhan, di saat saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah (kuliah) langsung saja pimpinan saya memindahkan saya ke cabang lainnya yang jaraknya lumayan jauh dari tempat rencana saya kuliah dan tempat saya nompang hidup dan kalau melihat dari gaji yang saya terima tidak akan cukup saya bagi-bagi untuk biaya makan dan trasport dan uang kuliah walaupun dengan sehemat apapun juga dan akhirnya saya menelepon teman kerja sebelumnya yang sudah mendapatkan pekerjaan di tempat lain untuk menanyakan kemungkin ada tidaknya lowongan di tempat dia bekerja, ternyata tangan Tuhan begitu baik dan mengijinkan saya bekerja di tempat teman ini bekerja yang hingga akhirnya saya bisa kuliah dan menggapai gelajar S-1 Ekonomi.<br /><br />Dari kejadian-kejadian inilah saya semakin menyadari bahwa tangan Tuhan tidak terlalu pendek untuk menolong kita dan Tuhan itu benar-benar tidak pernah membuat suatu rancangan malapetakan dalam kehidupan anak-anakNya, tergantung bagaimana cara kita menyingkapi dan memandang dari permasalahan yang sedang kita hadapi, karena tidak sedikit dari teman-teman saya yang waktu ngenekin di Tanjung Priok tersebut yang menjadi Narkoba, Narapidana dan hingga mati terbunuh karena ketahuan mencuri/menodong.<br /><br />Oleh karena itu, dengan perantaraan tulisan ini saya mengharapkan kepada kita semua untuk menyingkapi dengan baik dari setiap kejadian-kejadian yang terjadi dalam kihidupan kita, dan tetaplah kita bisa mengucap syukur dari segala hal yang terjadi.</div>KETEDUHAN JIWAhttp://www.blogger.com/profile/02378461939695754903noreply@blogger.com0