Selasa, 26 Mei 2009

Utamakan Kepentingan Orang Banyak

“Jika mau aman, maka lebih baik diam dan tidak perlu macam-macam”, kalimat ini sering muncul dari mereka yang ingin posisi dan jabatannya tetap aman dan nyaman. Betapa tidak jarang kita menemukan orang-orang yang sudah tahu apakah itu kebenaran dan keadilan, namun ia rela tutup sebelah mata terhadap ketidak-adilan. . Hal ini terjadi semata-mata hanya karena ia mau mencari aman. Apabila ia bersikap arogan dan menantang maka kemungkinan besar akan kehilangan teman dan sahabat, bahkan para pendukung dan posisinya bisa terancam.

Demi untuk kepentingan yang sama, maka tidak jarang yang bermusuhanpun dapat menjadi sahabat. “Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan” (Lukas 23 :12) Kondisi semacam ini yang sedang dihadapi oleh seorang tokoh Alkitab yang bernama Pilatus. Tatkala Yesus dibawa kehadapan persidangannya, sebenarnya ia tahu jelas siapa Yesus itu, Ia juga tahu kalau Yesus itu tidak bersalah. Coba lihat Lukas 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." Lukas 23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya”..

Memang pada awal nampaknya ada niat baik dari Pilatus berusaha membebaskan Yesus dengan dalih tradisi disetiap perayaan Paskah, ia boleh membebaskan seorang penjahat. Oleh sebab itu Pilatus menawarkan dua orang narapidana yang kontras, yakni seorang penjahat besar Barabas dan Yesus. Dalam pikiran Pilatus ada harapan besar jika masyarakat memilih Yesus ketimbang Barabas dengan mempertimbangkan kejahatan yang telah diperbuatnya. Lukas 23:20 “Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus”. Lukas 23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya. "

Namun kenyataan yang terjadi justru mereka memilih membebaskan Barabas sang perampok besar itu dan menyalibkan Yesus. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu fakta kebenaran yang dapat kita lihat adalah bahwa ada ketakutan dalam diri Pilatus terhadap suara mayoritas. Jabatannya dapat dicopot atau juga nyawanya terancam apabila ia membela minoritas. Pilatus sendiri yang mengatakan bahwa sebenarnya ia berhak membebaskan atau menghukum Yesus, namun tatkala ia berada pada kondisi ini justru ia menyerahkan kepada orang banyak untuk mengambil keputusan. Kisah 13:28 Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Kepentingan pribadi Pilatus makin terlihat tatkala ia melimpahkan tanggung jawabnya kepada ornag lain. Matius 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"

Sangat disayangkan, di mana-mana hingga hari ini sang minoritas selalu tidak terhitung dan diremehkan. Seorang pencuri ayam dapat divonis bertahun-tahun, sementara para koruptor tetap menghirup udara segar, bahkan boleh berpesta-pesta di hotel berbintang. Semua ini terjadi karena ada pihak-pihak tertertu sedang berusaha meraih kepentingan pribadi. Rupanya tradisi tidak pernah luntur, sebab yang berhubungan dengan kepentingan pribadi itu sering diutamakan manusia. Hingga hari ini, mulai dari golongan bawah hingga golongan atas bahkan para pejabat gereja tidak pernah terlepas dari yang disebut kepentingan pribadi. Tidak jarang kita menemukan rapat pengurus/majelis bahkan pendeta diakhiri dengan pertengkaran hanya karena kepentingan pribadi. Posisi pribadi lebih penting ketimbang memikirkan orang lain.

Memang benar ada orang yang mencoba berargumentasi dengan pemikiran bahwa, kepentingan sendiri saja belum terpenuhi jangan memikirkan kepentingan orang lain? Pemikiran seperti ini tidak salah seratus persen, tetapi penerapannya harus pada konteksnya. Misalnya jika saya belum makan, bagaimana mungkin memberi makan pada orang lain? Namun bukankah saya dapat memberi setengah dari makananku kepada ornag lain. Inilah konsep pengajaran Tuhan Yesus. Ia bahkan rela mengorbankan diriNya demi kepentingan umat manusia bukan setengah dari hidupNya yang Dia korbankan akan tetapi semua hidupNya Dia relakan hingga ke kayu salib untuk menyelamatkan kita umat ketebusanNya.

Kepentingan pribadi, produk lama yang tidak pernah usang. Tanpa disadari, kita juga sering terjebak di dalam kepentingan pribadi ini bukan? Tatkala anda menyetir mobil, sementara kemacetan terjadi. Kalau di Jakarta kita sudah biasa melihat pemandangan berduyun-duyun mobil menumpuk macet di persimpangan lampu merah. Semua orang harus duluan, akhirnya macet total. Bagaimana pula dengan orang-orang yang berdesakan di dalam bus? Relakah kita menyerahkan tempat duduk kita yang nyaman pada orang lain? Bagaimana pula dengan ketidak-adilan yang anda lihat dengan mata kepala sendiri di kantor? Bukanklah demi keamanan lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain? Bagaimana dengan penyaluran dana kepada mereka yang terkena bencana alam? Sering penyalurannya tidak lancar juga karena ada oknum yang sedang bermain-main dengan kepentingan pribadi?

Kondisi begini juga tidak jarang muncul di gereja. Demi kepentingan pribadi ada artis yang gara-gara pernikahannya rela meninggalkan Kristus, padahal konon cerita ia pernah melayani sebagai penginjil. Pernahkah anda mengecek bagaimana kehidupan dan karakter para majelis di dalam usaha dagang mereka? Kadang demi kepentingan pribadi para pejabat gereja tertentu, maka para koruptorpun dibiarkan mengerjakan pelayanan dengan posisi yang aman. Mereka ibarat Robinhood masa kini, merampok di sana , mengerjakan dan mendukung kegiatan rohani di sini. Jika kepentingan pribadi didahulukan, maka hal ini membahayakan; sebab bisa timbul oknum yang mau mencari kepentingan dan keuntungan untuk diri sendiri.

Mari kita syukuri, dalam rangka mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus ini kita diingatkan kembali betapa jahat dan bejat bila kepentingan pribadi selalu diutamakan. Apalagi karena demi kepentingan pribadi orang lain yang dikorbankan. Tuhan Yesuslah satu-satunya teladan yang rela mengorbankan kepentingan pribadiNya untuk kepentingan orang lain. Ia rela terpaku di atas kayu salib dan mati demi orang lain. Dan orang lain itu tidak lain dan tidak bukan, anda dan saya. Masihkah kita mempertahankan kepentingan pribadi itu?

Kamis, 21 Mei 2009

Haus Akan Mujizat ..... Lanjutan

Apakah kalau Pendeta/Pastor tidak mampu melakukan Mukjizat berarti mereka itu hamba yang dunguk bin goblok dan tidak terurapi ? Tidak. Apabila kita belum mampu untuk melakukan mukjizat, bukan berarti bahwa kita tidak sanggup melakukan amanat agung, mewartakan kabar gembira, memberitakan injil. Saya yakin dari segi kaliber maupun kelas, jarang ada Pendeta/Pastor yang mampu menandingi Yohanes Pembaptis.

Selama masa hidupnya hingga meninggal Yohanes tidak pernah satu kalipun melakukan mukjizat. (Yohanes 10:41) Dari segi penampilan maupun pakaiannya pun kalah jauh dari para selebritis yang selalu tampil dengan setelan jas putih walaupun sama buatan BOS. Tetapi pakaian Yohanes hanya dari Bulu Onta Saja.

Untuk memberitakan injil kita tidak dituntut untuk mampu membuat KKR, mampu menghidupkan orang mati, mampu menyembuhkan orang sakit, mampu melakukan berbagai mukjizat dan sebagainya, tapi cukup lewat kesaksian kecil mewartakan Tuhan Yesus.

Namun dengan ini saya ingatkan kepada kita Amat KetebusanNya agar tidak tersesat dengan segala mujizat-mujizat yang terjadi saat ini, karena hal ini juga sudah dituliskan dalam firman Tuhan di Matius 24 : 24 “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”. Jadi tidak semua mujizat yang terjadi benar-benar berasal dari Tuhan …. Untuk hal ini kita harus benar-benar hati-hati.

Memperkenalkan siapa Tuhan Yesus kepada saudara-saudara kita bisa dengan cara memberitahuan kepada mereka tentang; "apa yang kita alami ketika kita berjalan bersama dengan Yesus". Ini semuanya bisa kita angkat dalam serangkaian kata maupun tulisan sebagai kesaksian kita. Belajarlah dari Yohanes untuk mewartakan apa yang ia lihat, ia alami dan ia saksikan, sehingga kita pun mulai dari sekarang bisa menjadi murid Yesus sesungguhnya, walaupun tanpa harus dibumbui dengan adanya kemampuan mukjizat sekalipun.

1 Korintus 1:22-23
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda (mukjizat) dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan.

Rabu, 20 Mei 2009

Haus Akan Mujizat ..... Kudu Hati-Hati

Banyak Pendeta/Pastor sekarang ini jadi merasa minder berat, bahkan merasa tidak Pe-De. Masalahnya mereka tidak mampu melakukan mukzijat seperti David Copperfield. Pada kehidupan modern yang serba canggih sekarang ini, Hamba Tuhan hanya baru dapat diakui dan dihargai oleh umat, apabila ia mampu menciptakan mukzijat. Tanpa adanya kemampuan ini, mereka akan dinilai sebagai Pendeta/Pastor Kelas Dua baca Dunguk! Lihat saja hampir tidak ada Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) tanpa adanya Show Mukjizat. Masa Pendeta/Pastor kalah sama dukun cilik Ponari, malu donk kawan!

Tidak bisa dipungkiri pula, bahwa kebanyakan Pendeta/Pastor dari segi kesaktian masih kalah jauh, karena mereka tidak mampu melakukan mukjizat. Beda dengan para hamba Tuhan yg setiap saat bisa melakukan mukjizat dengan motto: Kapan saja, dimana saja, Yes We Can!

Saya yakin banyak Hamba Tuhan dari segi jumlah Quantity mukjizat yang telah dilakukan oleh mereka; ada jauh lebih banyak daripada apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Mereka bukan hanya sekedar mampu menyembuhkan orang buta maupun lumpuh, tetapi juga membangkitkan orang mati. Apakah tidak hebat ?

Maka dari itu daripada mahal-mahal mengundang David Copperfield, lebih baik mengundang Hamba Tuhan yang mampu melakukan mukjizat. Bisa dipastikan, bahwa semakin hebat pertunjukan show mukjizatnya, semakin besar pula uang kolekte yang akan masuk. Maklum kebanyakan gereja sekarang ini telah beralih fungsi menjadi showbiz.

Gereja tanpa adanya pertunjukan/hiburan akan terasa hambar dan membosankan, seperti halnya kebanyakan gereja Protestan/Katolik yang miskin akan mukjizat maupun hiburan. Sudah mulai banyak dari mereka menilai jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak hadir dalam kebaktian itu alias tidak berada ditempat, sedang cuek, sedang istirahat atau sedang cuti weekend.

Kekecewaan umat yang tidak dapat melihat Show Mukjizat telah dirasakan sendiri oleh Tuhan Yesus, pada saat Ia pulang mudik ke kampungnya di Nazareth. Disitu Ia sudah berkhotbah dengan kata-kata yang indah, sehingga para pendengarnya terpukau, tetapi ternyata ini tidak cukup. No Wonder - No Fun, maka dari itu Ia diusir bahkan sampai mau dilempar dari tebing. (Lukas 4:29 “Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu”). Kalau kita jujur umat sekarang ini juga tidak beda jauh dengan para penduduk di Nazareth.

Betapa kecilnya iman kita apabila kita hanya bisa percaya dan menerima Tuhan lewat mukjizat semata? Apakah disetiap kebaktian harus menjadi ibadah penyembuhan? Tidak! Baca tuh Alkitab disitu tercantum dengan jelas "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga AKU MEMBERITAKAN INJIL, karena UNTUK ITULAH AKU TELAH DATANG" (Mark.1:38) dan apakah kita harus menjadi sama dengan Thomas seperti yang terdapat pada Yoh. 20 : 25 “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percata”. Janganlah kiranya kita harus mendapatkan jawaban serupa dari Yesus seperti jawaban yang diterima oleh Thomas seperti yang terdapat dalam Yoh. 20 : 29A “Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya". Namun kiranya kita bisa dan mau percaya dengan mendengar dan atau membaca firman Tuhan seperti kata Tuhan Yesus dalam frimanNya pada Yoh 20 : 29B “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
======Tuhan Yesus Memberkati ========

Selasa, 19 Mei 2009

Kasihilah seorang akan yang lain


Kasih adalah sesuatu yang mempunyai nilai paling tinggi dalam segala hal karena kasih bisa ada kalau ada Roh Tuhan dalam hidupnya seperti tertulis dalam Gal. 5: 22 – 23 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”, hal ini juga bisa saya katakan karena dalam berbagai masalah semuanya tidak akan terasa apabila orang-orang disekeliling kita penuh dengan kasih dan mengasihi kita. Dan kalau benar-benar kasih ini bekerja dengan tulus dalam hati kita masing-masing tidaklah menuntut imbal balik. Akan tetapi jauh lebih tinggi lagi kalau kasih yang kita berikan itu dibalaskan lagi dengan kasih dan hal ini juga yang diinginkan dalam ayat Firman Tuhan yang ada dalam Yoh. 15 : 9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu”.

Dalam lingkup pekerjaan kita, pimpinan kita pasti sangat menyayangi kita, mangasihi kita apabila kita juga mengasihi pimpinan kita. Mengasihi disini tidak sama kedudukannya antara pimpinan kita mengasihi kita dengan kita mengasihi pimpinan kita, dimana kalau pimpinan kita mengasihi kita bisa dengan memperhatikan apa yang kita kerjakan hingga memperhatikan akan masa depan kita dalam jenjang karir dalam lingkungan kerjaan kita, namun kita mengasihi pimpinan tidak demikian namun dengan mematuhi perintahnya, mengerjakan apa yang diperintahkan untuk kita kerjakan. Apabila kita bisa mencukupkan apa yang dia (pimpinan) mintakan kepada kita (sehubungan dengan pekerjaan) pasti pimpinan kita juga sangat senang kepada kita, dan akan selalu memperjuangkan segala yang berhubungan dengan kita. Hal seperti inilah mungkin yang bisa kita lihat dalam gambaran dari Firman Tuhan yang tertulis pada Yoh: 15:10 “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya”.

Akan tetapi jauh lebih indah kasih itu kalau kita lakukan tanpa pamrih, karena kalau yang mengasihi kita baru kita kasihi, semua orang yang tidak kenal Tuhan pun melakukan hal itu dan bisa dibilang itu adalah sifat duniawi, namun Tuhan menginginkan hal jauh lebih dari itu seperti halnya yang tertulis dalam Matius 5:44 - 48” Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.". Jadi jauh lebih indah dan lebih baik apabila kita bisa mengasihi semua orang, baik itu yang mengasihi kita apalagi orang-orang mamusuhi/memyakiti kita karena hal demikian yang susah dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kasih didalam Tuhan. Karena hal ini sudah lebih dahulu diteladankan oleh Tuhan dalam hal mengasihi, Tuhan datang ke dunia ini bukan hanya untuk orang yang mengenal dan atau yang mengasihi Dia, namun Tuhan datang ke dunia ini untuk semua orang apalagi untuk orang yang berdosa hal ini bisa kita lihat dalam ayat Firman Tuhan Lukas 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Jadi Tuhan rela menjelma menjadi manusia turun dari tahta Kedudusannya hingga rela disiksa, dihina dan bahkan mati di Kayu Salib semuanya itu dilakukan bukan untuk orang yang benar, bukan untuk orang yang mengasihi Dia, namun paling utama adalah untuk menyelamatkan orang-orang yang hilang, orang-orang yang berdosa.

Kalau kita kembali berbicara dalam hal pekerjaan pasti ada jarak antara pimpinan dengan bawahannya (anak buah), namun kasih yang diberikan antara satu dengan lain oleh pimpinan kepada bawahannya (anak buahnya) bisa berbeda-beda berdasarkan kasih dari masing-masing dari mereka. Kalau pimpinan menilai bawahannya itu sangat mengasihi dia, menyayangi dia, maka sang pimpinan tidak akan sungkan-sungkan mencurahkan atau menceritakan segala unek-unek yang ada dalam hatinya kepada orang yang bisa dipercayakan itu. Karena apabila bawahan sangat menyayangi sang pimpinannya pasti tidak akan pernah dipermalukan, tidak akan pernah menyakiti perasaannya dan bisa menyimpan rahasia sang pimpinannya itu, maka pimpinan itu juga pasti tidak menganggap dia lagi hanya sebagai bawahannya atau hanya sebagai anak buahnya, namun sang pimpinan telah mengubah keberadaan dia menjadi sahabatnya, hal seperti inilah yang bisa kita lihat dalam gambaran Firman Tuhan yang tertulis dalan Yoh 15:15 “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”
Akan tetapi banyak anak buah atau bawahan yang berusaha untuk mendapatkan perhatian lebih dari atasannya/pimpinannya namun dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan hingga dia merasa sakit hati yang mengakibatkan dia melakukan hal yang menyakitkan hati dari sang pimpinannya dan dia tidak sadar bahwa tidak semua kita dapatkan akan apa yang kita harapkan namun kita harus sadar bahwa segala sesuatunya Tuhanlah yang mengaturnya hal ini bisa kita lihat pada Firman Tuhan yang tertulis dalah Yoh. 15 : 16A “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”. Namun yang perlu kita sadari bahwa segala sesuatu itu indah pada waktunya dan waktu kita bukan waktu Tuhan dan kehendak kita bukan kehendak Tuhan dan juga, hal ini bisa kita lihat dalam Firman Tuhan yang tertulis pada Pengkhotbah 3 : 11 “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

Jadi dari penjelasan-penjelasan diatas yang perlu kita simak dan kita perhatikan adalah :

1. Kita harus bisa mengasihi semua orang (yang mengasihi dan yang membenci kita) dengan sepenuh hati.
2. Dalam hal kita mengasihi baiknya kita melakukannya dengan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan yang setimpal dengan apa yang kita lakukan karena apabila kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan sangatlah menyakitkan.
3. Dalam melakukan segala kebaikan jangan membatasi waktu namun marilah kita lakukan selama umur kita, karena bukan kita yang menentukan namun Tuhanlah yang menentukannya.
====== AMIN ======

Senin, 11 Mei 2009

Gratis Itu Tidak Selamanya Murah

GRATIS TETAPI TIDAK MURAH!


Anugerah yang Murah?

Seseorang sangat mungkin untuk salah dalam memberikan makna pada sesuatu, misalnya menempatkan makna yang sangat tinggi kepada sesuatu yang kurang bernilai dan tidak penting, atau sebaliknya menganggap sesuatu yang sebetulnya penting dan bernilai sebagai sesuatu kurang bernilai dan kurang penting.

Evelyn Adams memenangkan lotre New Jersey dua kali berturut-turut pada tahun 1985 dan 1986 sejumlah $5,4 juta dan sebagian besar ludes di mesin jackpot Atlantic City . Ia pun kemudian harus hidup di Trailer Park. Adams berkata: “Saya harap saya punya kesempatan lagi.”

Mungkinkah Adams menganggap remeh uang sebesar 5,4 juta dolar Amerika karena ia mendapatkannya dengan mudah dua kali berturut-turut? Sikap dan pemikiran (mind set) seperti ini bisa terjadi pada orang Kristen dalam memahami aspek-aspek keselamatan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Banyak orang Kristen yang menganggap murah anugerah Allah dengan menjadi seorang Kristen namun menjauhi ibadah, tidak mau terlibat dalam pelayanan, tidak mau bertumbuh dan tetap mencintai dosa. Di sisi lain banyak orang Kristen yang merasa pasti masuk surga dan setiap mengaku dosa pasti diampuni oleh Tuhan (1Yoh. 1:9) lantas dengan alasan itu tetap bermain-main dengan dosa dan tidak hidup dalam kekudusan.

Alkitab mengajarkan dan menegaskan bahwa keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dan manusia tidak bisa menambah atau menyumbangkan apa pun sehingga keselamatan itu diberikan Allah kepadanya (Rm. 3:20). Namun karena cuma-cuma alias gratis (Ef. 2:8-9), keselamatan dan Kekristenan itu sering dipandang sebelah mata dan dianggap murah melalui sikap dan cara hidup orang Kristen yang tidak hidup dalam kekudusan. Mengapa demikian? Mungkin banyak orang Kristen yang melupakan kemutlakan sifat moral Allah, seperti diungkapkan T. C. Hammond (1938): “Adalah sesuatu yang selalu penting untuk mengingatkan diri kita sendiri akan keagungan kesempurnaan moral yang absolut, yang mengelilingi Pribadi Ilahi. Tanpanya, penyembahan sejati akan mengecil dan manusia akan menjadi arogan.”

Menghitung Harga Anugerah

Mengapa ada orang yang berpikir yang gratis itu pasti murah? Padahal yang gratis tidak selalu murah, tergantung nilai yang terkandung di dalamnya. Kata gratis mungkin dapat menjelaskan tindakan Allah menyelamatkan orang berdosa.

“Gratis” berasal dari kata latin “gratia” (for zero price, free of charge) atau dalam bahasa Inggris “grace” yang diterjemahkan dalam Alkitab sebagai anugerah atau kasih karunia (Ef. 2:8-9; Rm. 3:24). Secara penuh dan mutlak penebusan dosa telah dibayar lunas dalam kematian Kristus di kayu salib bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus (1Ptr. 1:18-19). Apakah penebusan itu murah, sehingga Allah mau memberikan keselamatan itu bagi orang-orang berdosa yang telah memberontak bahkan telah melakukan banyak kejahatan dan kekejian di hadapan-Nya? Strategi manajemen ‘six sigma’ menekankan beberapa prinsip antara lain: “You don’t know until you measure, you don't measure what you don't value, you don't value what you don't measure.” Dengan kata lain prinsip di atas menegaskan bahwa setiap orang Kristen harus melakukan perhitungan atau kalkulasi total atas tindakan yang dilakukan Allah atas keselamatan yang diberikan secara gratis kepadanya. Berapa harga anugerah Allah? Tergantung tindakan apa yang dilakukan oleh Allah untuk keselamatan tersebut. Surat Petrus mengatakan: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1Ptr. 1:18-19).

Harga keselamatan tidak bisa diukur dengan uang atau dengan apa pun yang ada di dunia ini, harga itu tidak bisa dibayar dengan usaha apa pun yang dapat dilakukan oleh manusia karena terlalu mahal harganya (Mzm. 49:8-10), karena hanya bisa dibayar dengan darah Kristus sang domba Allah. Begitu mahal harga penebusan dosa manusia sehingga Allah harus menjadi manusia, harga yang tak terhingga bagi manusia. Mengapa Allah mau melakukannya? Tentunya karena kasih-Nya yang sangat besar (Yoh. 3:16), kitab Hosea juga menggambarkan betapa besarnya hasrat Allah untuk menyelamatkan anak-anak-Nya yang berdosa (Hos. 14:5), dan puncak dari semuanya itu adalah pengorbanan Kristus di kayu salib (Rm. 5:8). Kalau seseorang diselamatkan dan menjadi seorang Kristen itu berarti anugerah diberikan kepadanya, mengapa mendapat anugerah? Tentu tidak ada alasan pada manusia selain dari kasih Allah semata. Paulus mengatakan, “Karena anugerah Allah di dalam Kristus kita tidak binasa” (Rm.. 3:24; 6:23).

Free, but not cheap

Dietrich Bonhoeffer, theolog Jerman yang meraih gelar Ph.D. pada usia 21 tahun dari University of Berlin, sangat menggumuli fenomena di atas. Dari pengamatannya di Jerman maupun ketika di Amerika ia melihat banyak hal yang tidak wajar terjadi dalam Kekristenan. Ia melihat Kekristenan yang semakin sekuler dan mengakomodasi tuntutan sosial daripada menaati Kristus, sehingga anugerah menjadi property umum. Tahun 1937 ia menulis buku “The Cost of Discipleship,” yang mengulas tentang “anugerah yang murah atau anugerah yang mahal” (“cheap grace or costly grace”). Ia mengaskan “anugerah yang murah adalah musuh gereja yang mematikan, kita berjuang hari ini untuk anugerah yang mahal, anugerah yang mahal adalah inkarnasi Kristus dan kematian-Nya di kayu salib (Flp. 2:5-8). Baginya anugerah yang murah adalah mengkhotbahkan pengampunan tanpa tuntutan pertobatan, memberikan baptisan tanpa disiplin, melakukan perjamuan kudus tanpa pengampunan dosa. Anugerah yang murah adalah Kekristenan tanpa pemuridan, Kekristenan tanpa salib dan tanpa Kristus. Ia menegaskan bahwa tuntutan menjadi orang Kristen adalah menjadi murid Kristus berapa pun harganya (following Jesus at all costs), dan ia dieksekusi hukuman mati oleh Hitler karena memperjuangkan Kekristenan.

Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk. 9:23). Salah satu tuntutan dan kualitas tertinggi yang diharapkan Yesus dalam ayat tersebut pastilah berbicara tentang kekudusan dan hal ini ditegaskan dalam Ibrani 12:10: “Sebab ayah kita mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” Sinclair Ferguson (1985) dalam bukunya “A Heart for God,” mengatakan: “Kekudusan Allah mengajarkan kita bahwa hanya ada satu cara untuk berhadapan dengan dosa–secara radikal, serius, menyakitkan, konstan. Bila engkau tidak hidup demikian, engkau tidak hidup di hadirat Dia yang Kudus dari Israel .” Harga yang harus dibayar untuk menjadi orang Kristen “KTP” pasti murah sekali, namun Alkitab menegaskan: “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1Yoh. 2:6).

Sejatinya yang gratis tidak berarti murah (free, but not cheap) dan gratis hanya berlaku bagi kita yang menerima penebusan tetapi harus dibayar oleh Kristus dengan pencurahan darah yang mahal di kayu salib. Haleluya!

Minggu, 03 Mei 2009

Kapan Kita MenerimaNya

Kasih Allah
Roma 5:8

I) Penderitaan bukan bukti bahwa Allah tidak kasih.

Pernahkah saudara merenungkan apakah Allah mengasihi saudara atau tidak? Kalau saudara adalah orang kaya, sehat, hidup enak, keluarga saudara rukun, dsb, maka mungkin tidak terlalu sukar bagi saudara untuk percaya bahwa Allah mengasihi saudara. Tetapi kenyataannya semua orang punya penderitaannya sendiri-sendiri, bahkan ada orang-orang yang menderita sangat hebat. Apakah orang-orang ini bisa merasakan bahwa Allah mengasihi mereka?

Saya pernah membaca tentang rekor dunia lamanya masuk rumah sakit. Ada orang yang masuk rumah sakit waktu usia 3 tahun, dan baru keluar dari rumah sakit itu pada waktu dia mati pada usia hampir 103 tahun. Jadi ia ada di rumah sakit selama hampir satu abad! Kalau saudara adalah orang itu, apakah saudara bisa percaya bahwa Allah mengasihi saudara?

Sekitar 20 tahun yang lalu, saya pernah punya teman dari luar kota yang kos di rumah familinya di Surabaya. Suatu hari, seluruh familinya yang berjumlah 7 orang pergi ke Malang , meninggalkan ia sendirian di rumah. Dalam perjalanan, hujan lebat membuat kali kecil di pinggir jalan meluap, dan mobil selip, lalu masuk kali yang mengalir deras. 4 mayat langsung diketemukan di situ, 2 lainnya di Pasuruan, dan 1 terhilang selama-lamanya. Waktu saya pergi ke rumahnya, saya melihat 6 buah peti mati berjejer. Kalau saudara adalah teman saya itu, bisakah saudara pada saat seperti itu percaya bahwa Allah mengasihi saudara?

Mungkin saudara tidak pernah merasakan sakit selama 1 abad, atau ditinggal mati seluruh keluarga, tetapi mungkin saudara mempunyai penderitaan yang lain. Bisa dalam bentuk kemiskinan, atau keluarga yang berantakan, anak yang rusak, problem pekerjaan/study, kesendirian/kesepian, dsb. Atau bisa juga saudara mengalami penderitaan batin, hati yang gelisah, tidak damai, kuatir, dsb. Apakah penderitaan-penderitaan yang saudara alami itu menyebabkan saudara beranggapan bahwa Allah tidak mengasihi saudara, atau bahkan bahwa Allah tidak peduli kepada saudara atau benci kepada saudara?

Perlu saudara ketahui bahwa pada waktu Allah pertama kalinya menciptakan manusia, yaitu Adam dan Hawa, maka Allah tidak memberikan penderitaan apapun kepada mereka. Tetapi mereka lalu berbuat dosa. Mereka makan buah yang oleh Tuhan dilarang untuk dimakan. Sebagai hukuman karena dosa mereka, maka penderitaan masuk ke dalam dunia. Jadi, penderitaan ada dalam dunia, bukan karena kesalahan Allah, tetapi karena kesalahan manusia sendiri. Karena itu jelaslah bahwa adanya penderitaan dalam hidup kita tidak boleh dijadikan dasar untuk berkata bahwa Allah tidak mengasihi kita, atau bahkan benci kepada kita.

II) Bukti kasih Allah.

1) Roma 5:8 berkata: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus ...".
Jadi bukti pertama dari kasih Allah adalah Kristus. Kristus adalah Allah sendiri yang rela menjadi manusia karena cintaNya kepada kita. Peristiwa Allah menjadi manusia, atau turun dari sorga ke dunia, jelas merupakan suatu penurunan luar biasa, yang jelas memberikan penderitaan. Orang dengan mudah bisa naik, tetapi sukar untuk bisa turun. Kalau saudara sudah biasa hidup di kota, tidur di kasur yang empuk, pakai AC, mau minum tinggal ambil di lemari es, mau masak pakai kompor Elpiji/microwave oven, dsb. Lalu tahu-tahu saudara mesti turun ke desa yang termasuk daerah minus dimana tidak ada listrik; saudara harus tidur di tikar di tanah; pada waktu kepanasan jangankan AC, kipas anginpun tidak ada; kalau mau minum mesti menimba air di sumur atau mengambil di sungai; kalau mau masak mesti mengumpulkan kayu bakar lalu mem-buat api, dsb, maka itu semua tentu merupakan penderitaan. Padahal itu baru turun dari kota ke desa. Bayangkan pada waktu Yesus harus turun dari sorga ke dunia. Ini tentu merupakan penurunan yang jauh lebih hebat, dan karenanya melibatkan penderitaan yang hebat. Tapi Ia mau mengalaminya demi kita, dan itu menunjukkan cintaNya kepada kita.

2) Roma 5:8 itu lagi: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ...".

Ini bukti kedua kasih Allah kepada kita! Kalau tadi Allah itu sudah rela menjadi manusia, maka sekarang, Allah yang sudah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus itu, lalu rela mati bagi kita.
2 hal yang akan saya bahas:

a) Mengapa Dia harus mati bagi kita?

Karena kita adalah manusia berdosa, dan Allah itu adil, sehingga harus menghukum manusia berdosa. Yesus ingin supaya kita jangan sampai dihukum, dan supaya kita tidak dihukum, Ia yang harus memikul hukuman kita. Karena itulah maka Ia mati di kayu salib. Kalau kita tahu mengapa Yesus mati bagi kita, maka jelas bagi kita bahwa kematianNya itu menunjukkan kasihNya kepada kita.

Illustrasi:
ada seorang anak gadis kecil yang mengalami kecelakaan, sehingga membutuhkan darah untuk transfusi. Tetapi anak gadis kecil ini mempunyai golongan darah yang langka, dan hanya cocok dengan kakak laki-lakinya yang juga masih kecil. Waktu mau diambil darahnya, anak laki-laki itu bertanya: ‘Apakah saya segera akan mati setelah darah saya diambil?’ Ia mempunyai pengertian yang salah tentang pengambilan darah, tetapi ia tetap rela memberikan darahnya karena cintanya kepada adiknya.

Pada waktu Yesus rela mencurahkan darahNya bagi kita, Ia menunjukkan cinta yang lebih hebat dari pada cinta anak laki-laki itu, karena anak laki-laki itu merelakan darahnya untuk adiknya, sedangkan Yesus merelakan darah/ nyawaNya untuk kita yang adalah musuh-musuhNya, karena kita adalah manusia berdosa yang selalu menyakiti hatiNya melalui dosa-dosa kita.
Ada tuan tanah kejam yang mempunyai banyak budak. Suatu hari ada budak yang melarikan diri, tetapi ia tertangkap, dan tuannya memerintahkan hukuman cambuk 50 x. Seorang teman dari tuan tanah itu lalu berkata: ‘Kamu gila, budak sekurus itu mau dicambuk 50 x? Ia pasti akan mati!’. Tuan tanah berkata: ‘Aku tidak peduli, itu sudah hukumnya dan harus dilaksanakan. Hanya bisa dibatalkan kalau ada orang yang mau menjadi pengganti dia memikul hukuman cambuk itu’. Teman tuan tanah itu begitu kasihan kepada budak itu, sehingga ia lalu rela memberikan dirinya untuk dicambuki 50 x, supaya budak itu bebas dari hukuman.
Apa yang teman tuan tanah itu rela alami dan lakukan demi budak itu, mirip dengan apa yang Kristus rela alami dan lakukan demi kita. Kristus rela mengalami penderitaan dan kematian yang sangat mengerikan di kayu salib untuk memikul hukuman kita, supaya kita bisa bebas dari hukuman.

b) Cara kematianNya.

Ada 2 hal yang sangat mengerikan yang Yesus alami, yaitu:
pencambukan.
penyaliban.
Cobalah merenungkan bagaimana rasanya orang dicambuki, ditembus paku pada tangan dan kaki, dan dibiarkan tergantung dalam keadaan seperti itu selama berjam-jam. Kitalah yang seharusnya mengalami semua itu sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, tetapi Yesus rela mengalami semua itu demi kita! Bahwa Ia rela mengalami kedua hal ini untuk memikul hukuman dosa kita, menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa kepada kita.

3) Roma 5:8 berbunyi: "Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa".

Kalau Ia mau mati bagi orang baik, yang taat kepada Dia, mencintai Dia, maka itu sebetulnya sudah kasih, tetapi itu tidak terlalu mengherankan. Tetapi bahwa Ia mau mati bagi kita ketika kita masih berdosa, itu betul-betul luar biasa. Dan inilah keluarbiasaan kasih Allah! Kalau saudara mengasihi seseorang, maka pasti dalam diri orang itu ada sesuatu yang baik yang menyebabkan saudara mengasihiNya, mungkin wajahnya, bentuk tubuhnya, sifatnya, kepandaiannya, dsb. Tetapi Allah mencintai kita dan rela berkorban bagi kita tanpa melihat kebaikan dalam diri kita.

Sekalipun saudara tidak peduli kepadaNya, benci kepadaNya, acuh tak acuh kepadaNya, tidak pernah ke gereja, tidak senang mendengar Firman Tuhan terus berbuat dosa, dsb, Allah tetap mencintai saudara! Itu Ia buktikan dengan rela mati bagi saudara ketika saudara masih berdosa.
III) Tanggapan kita terhadap kasih Allah.
Kalau saudara sudah mendengar, mengerti dan menyadari akan kasih Allah kepada saudara, maka sekarang saudara perlu memberikan tanggapan ter-hadap kasih Allah itu.

1) Tanggapan yang salah.
Saudara bisa menanggapi kasih Allah itu dengan menolak, acuh tak acuh, atau tidak percaya. Kalau demikian, perlu saya tekankan bahwa sekalipun Allah mengasihi saudara yang berdosa, tetapi kalau kasihNya itu terus-menerus ditolak, maka ada satu saat dimana Allah harus menjalankan keadilanNya dengan menghukum orang yang menolak kasihNya itu, dan membuang orang itu ke dalam neraka!

Seorang penafsir bernama Ironside, dalam komentarnya tentang Kis 4:12, mengatakan: "Remember, it must be Christ or hell, and to neglect the one is to choose the other" (= Ingat, harus Kristus atau neraka, dan mengabaikan yang satu berarti memilih yang lain).

Saudara tidak perlu memusuhi atau membenci Kristus, membakar gereja atau menganiaya orang kristen. Cukup dengan mengabaikan Kristus, itu sudah berarti bahwa saudara memilih neraka! Sekalipun saudara adalah simpatisan kristen, rajin ke gereja, memberi persembahan untuk gereja, dsb, tetapi kalau saudara mengabaikan Kristusnya, saudara sudah memilih neraka!

2) Tanggapan yang benar.

Saudara bisa menanggapinya dengan benar, yaitu dengan percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi saudara.
Saudara harus percaya bahwa Yesus adalah Allah yang sudah menjadi manusia, dan sudah mati disalib untuk semua dosa-dosa saudara. Kalau saudara percaya, maka saudara akan diampuni dan tidak mungkin dihukum. Saudara dijamin akan masuk ke sorga, kapanpun saudara mati.

Yoh 3:16 - "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal".

Roma 8:1 - "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus".

Beberapa halangan untuk percaya kepada Yesus:

a) Saudara mungkin berkata: Kok gampang sekali untuk selamat?

Jawabnya: memang gampang, karena Kristus sudah membayar mahal itu semua itu, yaitu dengan mengorbankan nyawaNya sendiri.

Illustrasi:
Seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata ‘Hanya percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana kamu bekerja?’. Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah, tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau turun’. Lalu penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya, demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus/percaya kepada Yesus, dan Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’

b) Saudara mungkin mau percaya, tetapi bingung karena banyaknya macam gereja / aliran pada jaman ini.

Jawabnya: Keselamatan saudara tidak tergantung gereja, tetapi tergantung pada apakah saudara percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saudara atau tidak.

Illustrasi:
Pada waktu ia hidup, John Wesley, pendiri gereja Metodist, juga bingung karena banyaknya aliran gereja. Suatu hari ia bermimpi dan dalam mimpinya itu ia dibawa ke pintu gerbang neraka. Di sana ada seorang malaikat yang menjaga, dan ia lalu bertanya: ‘Apakah di sini ada orang Katolik?’. Malaikat menjawab: ‘Banyak’. John Wesley bertanya lagi: ‘Apakah ada orang Calvinist?’. Malaikat menjawab: ‘Banyak’. ‘Apa ada orang Baptist?’. ‘Banyak’. Akhirnya John Wesley bertanya: ‘Apakah ada orang Methodist?’. Malaikat menjawab: ‘Juga banyak’.
Lalu John Wesley dibawa ke pintu gerbang surga. Di sana ada malaikat lain yang menjaga, dan ia bertanya kepada malaikat itu: ‘Apakah di sini ada orang Katolik?’. Malaikat menjawab: ‘Tidak ada’. John Wesley bertanya lagi: ‘Apakah ada orang Calvinist?’. Malaikat menjawab: ‘Tidak ada’. ‘Apa ada orang Baptist?’. ‘Tidak ada’. Akhirnya John Wesley bertanya: ‘Apakah ada orang Methodist?’. Malaikat menjawab: ‘Juga tidak ada’. Dengan bingung dan putus asa John Wesley bertanya: ‘Kalau begitu siapa yang ada di dalam sana ?’. Malaikat menjawab: ‘Orang yang percaya kepada Yesus’.

Illustrasi ini menunjukkan bahwa saudara masuk surga bukan karena mengikuti gereja ini atau itu, aliran ini atau itu, tetapi karena percaya kepada Yesus. Ini memang tidak menunjukkan bahwa saudara tidak perlu memilih gereja yang benar, tetapi bagaimanapun keselamatan saudara bukan tergantung pada aliran gereja tetapi tergantung pada apakah saudara percaya kepada Yesus atau tidak!

c) Saudara mungkin percaya, tetapi mau menunda.

Jawab: Saudara tidak tahu kapan saudara akan mati, dan kematian bisa datang secara mendadak. Kalau itu terjadi, dan saudara belum percaya kepada Yesus, saudara akan masuk neraka selama-lamanya!

Illustrasi:

Suatu hari ada seseorang yang bermimpi tentang adanya suatu konperensi setan. Konperensi itu dipimpin oleh Iblis sendiri dan bertujuan untuk mencari siasat yang jitu supaya manusia tidak percaya kepada Yesus dan binasa/masuk neraka. Lalu ada satu setan yang mengusulkan: ‘Baiklah kita membujuk manusia supaya tidak percaya akan adanya Tuhan’. Iblis berkata: ‘Tidak. Manusia merasa dalam hatinya bahwa Tuhan itu ada. Siasat itu tidak akan berhasil’. Setan lain mengusulkan: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa mereka itu terlalu jahat untuk bisa diampuni’. Iblis menolak usul itu dengan berkata: ‘Justru kalau manusia sadar bahwa dirinya jahat, itu akan membawa mereka kepada Tuhan. Usul itu masih kurang baik’. Akhirnya satu setan berkata: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan itu mencintai mereka yang berdosa, dan bahwa Injil itu benar adanya’. Iblis menjawab: ‘Tetapi bagaimana hal itu bisa membinasakan mereka?’. Setan itu melanjutkan siasatnya: ‘Kita akan mengatakan kepada manusia bahwa sekalipun semua itu benar, dan mereka harus percaya, tetapi masih ada cukup waktu. Mereka tidak perlu percaya sekarang’. Iblis senang sekali dengan usul itu, dan memerintahkan supaya usul itu dilaksanakan.

Ini menyebabkan banyak orang yang pada waktu mendengar Injil, lalu menunda untuk datang kepada Yesus. Tetapi tiba-tiba mereka mendapat kecelakaan atau serangan jantung, yang membuat mereka mati secara mendadak, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertobat. Akhirnya mereka terhilang selama-lamanya di dalam neraka, hanya karena mereka menunda untuk percaya kepada Yesus!

Karena itu janganlah turuti bujukan setan supaya menunda keper-cayaan kepada Yesus. Datanglah kepada Yesus dan percayalah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara sekarang juga. Maukah saudara?

====AMIN====

Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba- Ku.

Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.