Selasa, 26 Mei 2009

Utamakan Kepentingan Orang Banyak

“Jika mau aman, maka lebih baik diam dan tidak perlu macam-macam”, kalimat ini sering muncul dari mereka yang ingin posisi dan jabatannya tetap aman dan nyaman. Betapa tidak jarang kita menemukan orang-orang yang sudah tahu apakah itu kebenaran dan keadilan, namun ia rela tutup sebelah mata terhadap ketidak-adilan. . Hal ini terjadi semata-mata hanya karena ia mau mencari aman. Apabila ia bersikap arogan dan menantang maka kemungkinan besar akan kehilangan teman dan sahabat, bahkan para pendukung dan posisinya bisa terancam.

Demi untuk kepentingan yang sama, maka tidak jarang yang bermusuhanpun dapat menjadi sahabat. “Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan” (Lukas 23 :12) Kondisi semacam ini yang sedang dihadapi oleh seorang tokoh Alkitab yang bernama Pilatus. Tatkala Yesus dibawa kehadapan persidangannya, sebenarnya ia tahu jelas siapa Yesus itu, Ia juga tahu kalau Yesus itu tidak bersalah. Coba lihat Lukas 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." Lukas 23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya”..

Memang pada awal nampaknya ada niat baik dari Pilatus berusaha membebaskan Yesus dengan dalih tradisi disetiap perayaan Paskah, ia boleh membebaskan seorang penjahat. Oleh sebab itu Pilatus menawarkan dua orang narapidana yang kontras, yakni seorang penjahat besar Barabas dan Yesus. Dalam pikiran Pilatus ada harapan besar jika masyarakat memilih Yesus ketimbang Barabas dengan mempertimbangkan kejahatan yang telah diperbuatnya. Lukas 23:20 “Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus”. Lukas 23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya. "

Namun kenyataan yang terjadi justru mereka memilih membebaskan Barabas sang perampok besar itu dan menyalibkan Yesus. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu fakta kebenaran yang dapat kita lihat adalah bahwa ada ketakutan dalam diri Pilatus terhadap suara mayoritas. Jabatannya dapat dicopot atau juga nyawanya terancam apabila ia membela minoritas. Pilatus sendiri yang mengatakan bahwa sebenarnya ia berhak membebaskan atau menghukum Yesus, namun tatkala ia berada pada kondisi ini justru ia menyerahkan kepada orang banyak untuk mengambil keputusan. Kisah 13:28 Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Kepentingan pribadi Pilatus makin terlihat tatkala ia melimpahkan tanggung jawabnya kepada ornag lain. Matius 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"

Sangat disayangkan, di mana-mana hingga hari ini sang minoritas selalu tidak terhitung dan diremehkan. Seorang pencuri ayam dapat divonis bertahun-tahun, sementara para koruptor tetap menghirup udara segar, bahkan boleh berpesta-pesta di hotel berbintang. Semua ini terjadi karena ada pihak-pihak tertertu sedang berusaha meraih kepentingan pribadi. Rupanya tradisi tidak pernah luntur, sebab yang berhubungan dengan kepentingan pribadi itu sering diutamakan manusia. Hingga hari ini, mulai dari golongan bawah hingga golongan atas bahkan para pejabat gereja tidak pernah terlepas dari yang disebut kepentingan pribadi. Tidak jarang kita menemukan rapat pengurus/majelis bahkan pendeta diakhiri dengan pertengkaran hanya karena kepentingan pribadi. Posisi pribadi lebih penting ketimbang memikirkan orang lain.

Memang benar ada orang yang mencoba berargumentasi dengan pemikiran bahwa, kepentingan sendiri saja belum terpenuhi jangan memikirkan kepentingan orang lain? Pemikiran seperti ini tidak salah seratus persen, tetapi penerapannya harus pada konteksnya. Misalnya jika saya belum makan, bagaimana mungkin memberi makan pada orang lain? Namun bukankah saya dapat memberi setengah dari makananku kepada ornag lain. Inilah konsep pengajaran Tuhan Yesus. Ia bahkan rela mengorbankan diriNya demi kepentingan umat manusia bukan setengah dari hidupNya yang Dia korbankan akan tetapi semua hidupNya Dia relakan hingga ke kayu salib untuk menyelamatkan kita umat ketebusanNya.

Kepentingan pribadi, produk lama yang tidak pernah usang. Tanpa disadari, kita juga sering terjebak di dalam kepentingan pribadi ini bukan? Tatkala anda menyetir mobil, sementara kemacetan terjadi. Kalau di Jakarta kita sudah biasa melihat pemandangan berduyun-duyun mobil menumpuk macet di persimpangan lampu merah. Semua orang harus duluan, akhirnya macet total. Bagaimana pula dengan orang-orang yang berdesakan di dalam bus? Relakah kita menyerahkan tempat duduk kita yang nyaman pada orang lain? Bagaimana pula dengan ketidak-adilan yang anda lihat dengan mata kepala sendiri di kantor? Bukanklah demi keamanan lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain? Bagaimana dengan penyaluran dana kepada mereka yang terkena bencana alam? Sering penyalurannya tidak lancar juga karena ada oknum yang sedang bermain-main dengan kepentingan pribadi?

Kondisi begini juga tidak jarang muncul di gereja. Demi kepentingan pribadi ada artis yang gara-gara pernikahannya rela meninggalkan Kristus, padahal konon cerita ia pernah melayani sebagai penginjil. Pernahkah anda mengecek bagaimana kehidupan dan karakter para majelis di dalam usaha dagang mereka? Kadang demi kepentingan pribadi para pejabat gereja tertentu, maka para koruptorpun dibiarkan mengerjakan pelayanan dengan posisi yang aman. Mereka ibarat Robinhood masa kini, merampok di sana , mengerjakan dan mendukung kegiatan rohani di sini. Jika kepentingan pribadi didahulukan, maka hal ini membahayakan; sebab bisa timbul oknum yang mau mencari kepentingan dan keuntungan untuk diri sendiri.

Mari kita syukuri, dalam rangka mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus ini kita diingatkan kembali betapa jahat dan bejat bila kepentingan pribadi selalu diutamakan. Apalagi karena demi kepentingan pribadi orang lain yang dikorbankan. Tuhan Yesuslah satu-satunya teladan yang rela mengorbankan kepentingan pribadiNya untuk kepentingan orang lain. Ia rela terpaku di atas kayu salib dan mati demi orang lain. Dan orang lain itu tidak lain dan tidak bukan, anda dan saya. Masihkah kita mempertahankan kepentingan pribadi itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar