Senin, 16 Maret 2009

Apa Yang Kita Tanam Itu Yang Kita Tuai

Pernahkan kita mendengar kata “tak jauh buah jatuh dari pohonnya” kalau dalam bahasa daerah dari medan mengatakan “dang dao tubis sian bonana” yang mengartikan dalam kehidupan keseharian kita bahwa perelaku anak itu tidak jauh beda dan bahkan kerap sama dengan kelakuan dari orang tuanya.
Seorang anak jika berbuat sesuatu yang salah selalu yang jadi bahan pertanyaan dari orang banyak adalah “anak siapa itu” atau “siapa bapaknya itu”, dari sini bisa kita lihat betapa malunya seorang bapak/orang tua kalau anaknya berperilaku yang tidak baik/jahat.
Namun disisi lain kita dapat melihat jika mana seorang anak berpredikat “pintar, baek, rajin dan sebagainya yang merupakan hal-hal baik” orang tidak langsung bertanya itu anak siapa, atau siapa orang tuanya itu tetapi orang itu pasti lebih dahulu berujar “berbahagialah orang tua yang memperanakkan dia” atau “bahagianya orang tuanya dia itu” baru setelah itu orang-orang bertanya anak siapa itu ya dan selalu diikuti lagi dengan kata “bahagianya orang tuanya mempunyai anak seperti itu
Dari kedua hal diatas bisa kita lihat peranan anak untuk mengangkat martabat dari orang tua dan atau sebaliknya, dan juga setidaknya tingkah laku atau perbuatan seorang anak bisa menggambarkan kehidupan orang tuanya kepada orang yang tidak mengenal mereka.
Tetapi bukan hanya kehidupan anak yang bisa menghancurkan citra dari orang tua, namun kehidupan masalalu yang baik dari orang tua (nenek moyang) dari sianak juga bisa mengangkat martabat dari sianak dan juga kehidupan jahat/kotor dari orang tua (nenek moyang) bisa menghancurkan masa depan dari sianak tersebut.
Banyak anak sekarang tidak diterima menjadi PNS hanya karena citra dari orang tua/leluhurnya yang ex. PKI yang salah satu ORMAS terlarang di Negara tercinta ini padahal dalam kehidupan kesehariannya begitu baik, patuh dalam beragama, namun hanya karena kehidupan masalalu dari orang tuanya/leluhurnya dia tidak bisa diterima bermasyarakat, namun ada sebaliknya karena nama baik, nama besar dari orang tuanya/leluhurnya yang begitu dikagumi oleh banyak orang hingga banyak tawaran dari sana-sini untuk sebuah pekerjaan untuk dia padahal kepintaran dia biasa-biasa saja.

Hal ini juga dapat kita lihat dalam Firman Tuhan (Alkitab) yang tertulis pada kitab Amsal pasalnya yang ke 17 ayatnya yang ke 6.

“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka”.

Dari ayat ini bisa kita lihat bahwa peran anak itu untuk martabat orang tua/nenek moyang mereka sangat besar hingga digambarkan sebagai mahkota, yang mana kita tahu bahwa mahkota itu bukan ditaruh di kaki dan juga bukan di pinggang atau juga bukan di pundak melainkan diletakkan di kepala, yang berarti mahkota adalah tingkatan yang paling tinggi dari setiap orang. Namun kelakuan anak itu banyak terpengaruh dari bagaimana sang orang tua dalam membimbing, membina dan menuntun cara hidup dari sianak mulai sejak kecil hingga dewasa. Sangat jarang (bukan tidak ada) anak yang sudah dididik, dituntun, dibina dalam tatakrama kehidupan yang begitu baik sejak kecil hingga besar (dewasa) jadi mencoreng muka/martabat dari orang tuanya. Anak-anak yang jatuh dalam Lumpur dosa biasanya adalah orang-orang yang didikannya salah mulai sejak kecil, kurang perhatian hingga ingin menemukan jati dirinya. Untuk itu jika kita sudah berpredikat sebagai orang tua marilah kita menjadi orang tua yang benar bagi anak-anak kita, kita tuntun mereka dalam perilaku kehidupan yang benar, kita ajak mereka mengenal kehidupan yang penuh sopan santun, kebajikan dan lain sebagainya dan bahkan kalau memungkinkan jadilah kita sahabat atau teman disamping sebagai orang tua bagi anak-anak kita.
Namun bagiamana kita bisa mengarahkan anak-anak kita agar bisa mereka kelak menjadi mahkota yang indah dalam hidup kita dan bukan menjadi mahkota duri, maka kita harus terlebih dahulu menjadi contoh, tauladan bagi mereka. Jangan sekali-kali kita mengajak, menyarankan mereka jangan mabuk padahal kehidupan kita sebagai orang tua sering bahkan selalu mabuk-mabukan. Bagaimana kita bisa melarang anak kita biar mereka tidak merokok sedangkan kita saat melarang itu saja sudah kita hembuskan, kita tiupkan asap rokok kepada mereka atau lain sebagainya.
Jadi kalau kita menginginkan anak kita berbuat sesuatu yang baik maka sebaiknya terlebih dahululah kita contohkan hal tersebut kepada mereka, biar akhirnya nanti kita juga sebagai orang tuanya menjadi kehormatan bagai anak-anak kita.
Karena ada juga Firman Tuhan dalam Kitab Galatia 6 : 7

“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”.

Jadi kalau kita sudah samaikan, kita tanamkan hal-hal yang baik, kebajikan kepada anak-anak kita, pastilah hal-hal yang baik, kebajikan juga yang akan kita tuai, kita dapatkan kelak. Kita berbuat baik maka itu akan menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak kita dan sekaligus menjadi kehormatan bagi anak-anak kita nantinya karena pasti orang-orang melihat dan orang-orang pasti tau apa yang telah kita perbuat.

Sekali lagi saya ingatkan bahwa seperti Firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal tadi bahwa Anak-anak kita adalah mahkota bagi kita, dan kita menjadi kehormatan bagi mereka, kalau kita sebagai orang tua tidak menjadi orang yang dihormati orang lain bahkan telah menjadi bahan cacian banyak orang, berarti kelak karena kelakuan kita itu maka anak-anak kita akan menjadi orang tidak terhormat dimata banyak orang, oleh karena itu marilah kita jadikan diri kita, hidup kita manjadi kehormatan bagi anak-anak kita yang pasti besar pengaruhnya nanti menjadikan anak-anak kita itu menjadi sebuah mahkota yang indah dan berharga dalam kehidupan kita.
Ingat Buah Jatuh tak jauh dari pohonnya atau seperti dikatakan Filsafat orang Medan (batak) DANG DAO TUBIS SIAN BONANA MOLO DAO DIHARAT PINAHAN, yang bahasa indonesia langsungnya adalah “Tak jauh tunas bambu (rebung) numbuh dari batangnya (kumpulan bambunya), kalau jauh pasti dimakan babi”.
Untuk itu jadilah kita contoh bagi anak-anak kita sebagaimana kita menginginkan mereka kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar